(ii)

1K 66 3
                                    

Lihatlah di trotoar sempit yang memisahkan toko berbaris dengan bahu jalan yang terbentang oleh ruang yang tak seberapa. Sempit, pikirku. Riuh, dengarku. Terlalu padat jika kamu mencoba berjalan di pinggirnya—jalan yang lebarnya kurang dari ukuran petak kontrakan yang dijual mahal di ibu kota, penuh dengan pedagang. Yang mengipas, yang memotong, yang menggoreng. Gerobak dengan kelipatan warna yang memudar melimpah ruah hingga meluber sampai luar batas jalan—menggangu mereka yang mungkin sedang diburu waktu.

Aroma kota sewaktu malam sama saja. Menghangatkan namun disaat yang sama mematikan. Berisik yang mengalahkan ribuan dengung lebah tidak menjadi sesuatu yang inginku hindari kali ini. Karena memang itu cirinya. Karena memang itu tanda eksistensinya. Langit yang tiap detiknya seolah menyuruh untuk terlelap, tidak ada yang mengindahkan. Semuanya tampak fokus dalam satu tujuan.

Mungkin ada yang mencari sesuap nasi di sela keramaian malam di kota. Mungkin ada yang hanya mencari kudapan untuk dijadikan teman dengan bertumpuk-tumpuk kaset film, atau mungkin ada yang masih berusaha mencari pakaian mode baru untuk esok hari agar teman sebayanya tidak memandangnya kuno. Mungkin juga ada yang sama sepertiku, hanya berjalan-jalan, menangkap satu dua raut wajah asing saat tidak sengaja melirik, atau mendengar gelombang suara baru saat menunggu seseorang memberikan ruang untuk berjalan.

Mungkin ada yang sama sepertiku, mencari ketenangan di bawah temaram lampu kuning yang memancarkan sengat keasingan. Atau mencari keramaian di antara lelah oleh kesendirian.

— Lulu, 2017

note;
sumpah demi apa work jamuran ini naik peringkat:'') aku terhura sekali lo serius, padahal ini cuma curhat menye-menye tentang perasaan labil anak smp (yang ekhem beranjak sma) tapi makasih banget, jadi semangat lanjutin (kalo ada ide) ><!! THANK YOUUU—

Aku dan Kata ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang