Surat Cinta Untuk Rembulan

56 4 2
                                    

Seperti namanya, Dia adalah Dewinya Sang Malam. Rembulan, yang akan membuat Malam Kelabu Jika Tanpa Hadirnya. Rembulan, yang Selalu menjadi Sinar terang Satu-satunya Di langit Malam. Apalah artinya Gemintang tanpa Hadirnya, apalah Artinya Malam Tanpa Ada dirinya. Rembulan,  seperti namanya, orang akan Tersenyum jika Melihat hadirnya.

Hari ini,  Di Kota metropolitan sebesar Jakarta,  Dia akan Kehadiran Sang Rembulan, warga Negaranya yang Baru Saja Lulus Kuliah s2 nya di Luar Negeri. Gelar dokter sudah di tangannya, dan Hari ini Ia Kembali bersama Harapan Besar akan Bahagia di tanah airnya.

"Kiev.. "
Teriakan Melengking Itu membuat lelaki yang telah lama Menunggunya di Pintu kedatangan Bandara Menoleh. Dia tersenyum, senyum hangat yang Selalu membuat Orang lain menatapnya. Dia merentangkan kedua tangannya Menyambut hadirnya Sang rembulan.

"Miss you so bad baby"
Katanya Lalu memeluk Erat Rembulannya.

"Oh,  i know babe, me too"
Mereka kembali saling Memeluk,  tak peduli orang Akan Mengatakan Apa tentang Mereka. Ini hidup mereka,  orang Lain tidak perlu ikut Campur. Begitu kan Seharusnya?

"Dimana yang Lain? Kenapa Mereka Tidak Ikut Menjemputku?"
Bulan Memulai Obrolan ketika Mereka sudah Berada di dalam Mobil.
Kiev tersenyum singkat,  mengusap kepala Bulan lalu kembali Fokus pada Jalanan di hadapannya.

"Siapa yang Kamu Cari? Qila? Kamu kan Tau, dia Sibuk dengan Anaknya. Puspa? Ku rasa dia sudah mengabarimu kalau dia baru saja di terima kerja di Bank Swasta"

"Jadi CS? "

"Hhmm"

"Lalu Amhy?"

"Jangan Berharap Banyak sama Guru satu itu, mana Bisa dia kabur Jam segini?"

Bulan melirik jam tangan Guccy di pergelangan tangan Kirinya. Benar saja,  Ini baru jam 11 siang. Dan Amhy tidak akan Pernah Bisa Bebas di jam-jam seperti ini.  Ketiga Sahabatnya memiliki kesibukan Masing-masing,  terutama Qila Yang sudah memiliki Suami. Hadirnya tidak Bisa Terlalu di harapkan Lagi, lalu puspa? Dia Memang Jomblo yang Baru di tinggal nikah pacarnya,  tapi sama Saja,  tidak Bisa di ajak Kompromi.  Sebenarnya Hanya Amhy yang Berpotensi besar ikut Menjemputnya di Bandara, tapi berhubung ini adalah Hari senin, maka Bulan harus Rela di jemput oleh Kiev saja, kekasihnya. Orang yang sudah delapan Tahun Menemaninya, mencintainya dengan Caranya Sendiri.

Kiev berpamitan pada Bulan, tak lupa Ia mengecup kening Kekasihnya,  dia memang tidak Bisa Terlalu lama Meninggalkan Bengkel tempatnya Bekerja. Dia hanya Karyawan kecil yang Tidak Punya Hak apa-apa untuk bebas selama jam kerja. Dan lagipula di rumah,  Bulan Tinggal Sendiri, tidak enak Saja Jika Harus Bertamu tanpa ada orang lain.

Bulan merebahkan Badannya di Singel Bad miliknya. Kamarnya tidak Berubah sedikitpun,  padahal sudah dua tahun di tinggalkan. Bulan Meraih Ponselnya Lalu Membuka Aplikasi Chat yang memuat dirinya dan Tiga orang Sahabatnya.

Rembulan : Gak ada yang kangen Gue kah?  Udah sampai di rumah Nih. Kalian Jahat 😭😭

Tak ada Respon sampai 10 menit kedepan. Bulan mendengus Sebal lalu Beralih meninggalkan King Sizenya. Langkahnya Mengantar gadis manis itu ke Kamar Mandi. Mungkin Lebih Baik bersih-bersih dulu dari pada Menunggu Chat balasan Dari sahabat-sahabatnya.

Cukup lama Bulan berada di kamar Mandi, pasalnya Gadis itu tertidur,  di temani Alunan Musik Klasik dan Pengharum ruangan berbau Mint yang menenangkan, entah sudah sejak Kapan dia tak Menikmati waktu sesantai ini. Demi karir,  demi sebuah Gelar.

Bulan mematut dirinya di depan Cermin, menilik kembali penampilannya Siang ini. Dress Hitam sepanjang mata Kaki berlengan Pendek terlihat Manis di kenakan olehnya.

APDS FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang