chapter 2

47 2 0
                                    

maaf guys ada sedikit perubahan tata cerita & penambahan alur dan beberapa tokoh :) jadi memang ada Ally & Jullie. so, keep reading and vomment ya! xx 

HARRY's POOF

aku berjalan tanpa arah, tanpa tujuan. melangkahkan kakiku terus menerus tanpa tau kemana aku akan pergi. membiarkan aku menghilang bersama dengan keheningan london hari ini. tak ada kata terucap semenjak aku melihat Ally pagi tadi. 

"aku bahkan baru satu hari disini"  batinku

benarkah itu Ally... 

namun bagaimana bisa dia bersama dengan pria itu? pria bajingan itu..

apakah kau telah benar-benar melupakan segalanya Ally...

“what the heck marie!!!” kurasa sendari tadi wanita itu hanya berteriak-teriak pada handphonenya, mengapa perempuan itu tidak bisa diam? Daritadi dia hanya mengucapkan katakata tidak berguna  

“bisakah kau berhenti mengatakan hal hal sampah seperti itu? aku mulai muak mendengarnya” ucapku ketus, aku hanya bermaksud untuk membuatnya diam.

“whats ur problem sir?” mengapa dia?

“what?” aku membuka kacamata hitam yang kupakai

“hey aku hanya bertanya" ucapku memperjelas.

“what u care about?” perempuan itu melipat kedua tangannya dan melepaskan kacamata yang dia pakai.

“kenapa kau begitu ketus dan menyebalkan?!” aku membuka topiku. rasanya aku ingin memukul wajahnya dengan keras sehingga dia berteriak minta maaf.

“talk to my hand lobster!” apa!? Wanita itu memanggilku lobster!? 

“shut up pelican” kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. dia memalingkan wajahnya dan pergi begitu saja. Apa maksudnya?! Maksudku, mengapa dia bisa menghinaku seperti itu? Bahkan dia yang salah!

*jullie’s pov*

Aku berdehem dan menahan batukku beberapa kali dibalik selimut.

“mumm”

“muuummm” aku berteriak dengan nada parau, tidak ada jawaban. hanya ada suara kaki berlari menaiki tangga dari arah bawah.

“ibu sedang keluar. Ada apa?” itu esme, pembantuku.

“aku tidak memanggilmu bodoh! Keluar!” esme melotot lalu keluar membanting pintu kamar.

“KAU HARUS LEBIH SOPAN!” suaraku menggema seisi rumah.

“whatever!” esme membalas dari luar. Dia pembantuku, tidak salah kan jika aku bersikap seperti itu? Toh dia hanya pembantu. Aku memang tidak pernah bersikap baik padanya. Namun baru kali ini aku berteriak kasar padanya.

“ini semua karena pria yang menyebalkan itu!”

“jika saja dia tidak ikut campur dan sok tau, pasti aku tidak akan nekat menerobos hujan dan sakit seperti ini!” Aku menatap kedua tanganku yang mulai berkeringat dan memucat. Seharian hanya berbaring ditempat tidur membuatku keroncongan

“esme.. esme..” tidak ada jawaban. Kurasa esme pulang kerumahnya karena kesal padaku. Aku memaksa tubuhku untuk bangun dan melangkahkan kedua kakiku walaupun rasanya berat dan goyah.

Palm Trees and The CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang