chapter 4

11 1 0
                                    

Jika saja aku bisa mengingat segalanya. Jika saja aku bisa mencatat segala hal yang tak bisa ku ingat. Jika saja ketika itu aku tidak membiarkan segalanya berlalu begitu saja. Tidak. Apakah aku akan sanggup nantinya? Danise... Kau adalah arah hidupku. Hingga segalanya memburam dan ketika aku membuka mata, kau bahkan sudah bersemayam di halaman belakang rumah. 

 ***

"ayolah lamban. kita akan terlambat"

"a minute!"

Such a regular fucking day. Jika kalian membayangkan masa kuliah yang begitu indah seperti dalam film yang selalu kalian lihat, maka tidak dengan masaku. Aku bahkan merasa heran dengan semua film berlatarkan sekolah yang memberi kesan semua orang hanya perlu menunggu keajaiban dan mereka akan mendapatkan nilai sempurna dan ciuman dari pria tampan. Seriously, didunia nyata kau tidak akan menemukan hal seperti itu. Kau hanya akan menemukan tumpukan tugas yang datang seperti piring kotor yang siap untuk dicuci. 

"Ally! You okay there?"

"yeah Liam, just a minute."

"tapi ini sudah sepuluh menit sejak kau mengatakan hal yang sama sebelumnya"

"alright alright, I'm coming"

Aku dan Liam memang memiliki minat yang berbeda, namun gedung tempat dimana kami belajar hanya berjarak satu blok. Jadi itu memungkinkan kami untuk pergi bersama.

Liam memarkir mobilnya tepat di samping coffe shop disebrang jalan sehingga ia bisa memastikan bahwa aku tidak akan bolos dari jam kuliahku. 

"have a good day ally" 

"hanya jika Mary tiba-tiba terjangkit cacar dan pindah ke New York dan menghilang untuk selamanya" aku bisa mendengar Liam tertawa ketika aku mengatakannya

"god bless that Mary"

"sure Liam, sure."

Daun-daun berguguran dibawah kakiku mengingatkanku bahwa sebentar lagi musim dingin akan datang. Kampus terlihat agak sunyi. Ya keadaan akan seperti ini jika-

"OH SHIT!" tentu saja keadaan akan begitu sunyi karena semua orang sudah masuk kedalam kelas dan itu artinya aku terlambat


Harry's poof

Kotak kecil itu terlihat tak asing bagiku. Terdapat sedikit goresan warna krayon di tepinya dan beberapa lubang dibagian atas.

"Mom what;s this? Box with my name on it" 

"Your old stuff, honey." suaranya menggema keseluruh ruangan kosong yang baru saja kami bersihkan

Aku tidak ingat sejak kapan aku meletakkan barang-barangku dikotak kecil seperti ini. Jika ibuku menyimpannya, mungkin barang-barang ini dulunya berharga bagiku. Satu foto usang dimana aku menggunakan kostum Elvis Presley dengan 2 wanita disampingku terletak dibagian paling atas ketika aku membuka kotak tersebut. Setelah aku menyadari kotak apa yang ku genggam saat ini, aku segera meletakkan foto itu kembali kedalam kotak dan meninggalkannya begitu saja. 

"Tidak hari ini"


Aku melangkahkan kakiku lamban sembari menatap langit diatas kepalaku. Angin berhembus lamban melewati tiap celah kecil yang dibuat oleh rambutku. Segalanya terjadi begitu cepat. Segala hal yang telah ku tinggalkan selama bertahun-tahun muncul begitu saja bagai ucapan selamat datang dari London untuk kembalinya diriku. Namun, melihat Allysa bersama pria itu, membuatku merasa tak nyaman. Aku tak tau apa ini. Dengan segala hal yang telah terjadi diantara kami. Entahlah.


Ally's poof

Hari di London terasa begitu lamban, aku melangkahkan kaki ku kembali pada dedaunan kering yang aku jumpai pagi tadi.

"Bye looser!" ah tentu, gadis itu.

"bye mary" gumamku pelan

Di parking lot sudah terlihat sebuah mobil sedan hitam dengan Liam yang berada dibalik kemudi. Aku melambaikan tanganku padanya, menandakan bahwa aku masih bertahan dari serangan Mary hari ini.

"Hey"

"hey" ucapku seraya menutup pintu mobil

"bagaimana harimu?"

"kau tau persis bagaimana hariku dengan Mary didalamnya" Liam memutar mobilnya. Ia terlihat sangat manis hari ini. Ia mengenakan tshirt hitam dan jeans. Ia memakai converse putih karena ia tau aku menyukainya. Rambutnya terlihat sedikit berantakan tapi aku lebih menyukainya seperti itu. Entah mengapa aku akan selalu memperhatikan bagaimana dan seperti apa bibir merah muda itu bergerak ketika ia berbicara padaku.

"apakah ia seburuk itu?" Liam terkekeh

"Oh liam, kurasa kau harus mulai menuliskan lagu tentang betapa menderitanya diriku"

"come on Ally, maybe she wants to hangout with you"

"dengan menumpahkan sirup di catatanku?"

"wow that was sucks"

"I told you"

Liam telah berjanji untuk menghabiskan waktunya besamaku sebelum kepergiannya ke New Jersey besok pagi bersama teman-temannya. Aku baru mengetahui tentang kepergiannya pagi tadi. Kurasa semacam acara wisata dimana mereka harus mencari inspirasi lalu menuangkannya dalam lagu. Liam sempat menawarkan aku untuk ikut bersamanya, tapi tidak terimakasih. Lagipula besok aku harus berkeliling kota untuk berburu foto.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Palm Trees and The CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang