3

1.7K 177 20
                                    

"Apa ayah yang menyuruh kalian turun kemari" tanya Mark. Matanya melirik sang ayah yang telah duduk dikursi biasa, menyaksikan dirinya dari atas sana.

"Seperti biasanya. Kita bisa menggunakan senjata apapun untuk saling menyerang" jelas Jhonny "Jangan kurangi kekuatanmu Mark karena kami juga tidak akan mengalah hanya karena kau merupakan adik kami"

Matanya mengamati Jaehyun, Jhonny dan Yuta yang sekarang menjadi lawan mainnya. Biasanya ayahnya akan mengirim anggotanya untuk berduel di bangsal ini tapi kenapa sekarang malah kakaknya yang menjadi lawannya.

Duel yang dilakukan Mark bukan sekedar bertarung beradu kekuatan dan keahlian tapi bertarung untuk keluar dalam keadaan hidup. Selama ini Mark tidak akan segan - segan membunuh lawannya. Mark sudah terlalu menikmati pertarungan ini.

Yuta dengan katana miliknya sudah berlari kearah Mark seakan pedang itu telah siap memotong tubuh adiknya, Jaehyun pun telah siap dengan pukulan - pukulan yang dia lancarkan pada Mark. Jhonny pun tak kalah gencar melawan Mark.

Sudah 1 jam berlalu tapi belum ada dari mereka yang tumbang, para anggota yang menonton berdecak kagum melihat pertandingan dari anak - anak ketua mereka. Kemampuan para penerus sangat jauh diatas kemampuan mereka.

Senyum bangga terpatri di wajah yang sudah mulai menua itu. Melihat anak - anak didikannya yang bahkan sudah melampaui dirinya menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Senyuman nya bertambah lebar saat melihat Mark berhasil menumbangkan Yuta dan Jaehyun secara bersamaan.

"Berhenti bermain - main dan seriuslah" perintah Jhonny "apa yang kau tunggu Mark. Kau adalah calon penerus ayah. Lakukanlah"

Untuk pertama kalinya Mark merasa dibingungkan untuk membunuh seseorang. Pistol yang ada di tangannya masih berada tepat di kepala Jhonny yang sudah tersungkur olehnya. Lutut yang berada di punggung Kakaknya pun kini mulai melonggar.

Kakak tertuanya sangat berbeda. Tidak seperti Yuta dan Jaehyun yang benar - benar mengeluarkan kemampuan mereka untuk bertarung dengannya tapi Jhonny selalu membiarkan Mark lolos saat dia dalam keadaan mendesak.

"Aku tidak bisa" gumam Mark lirih, pistol yang digenggamnya pun terjatuh begitu saja.

Meskipun dari awal dia diajarkan untuk tidak membawa perasaan pada saat bertarung tapi kali ini dia melanggar ajaran ayahnya. Dia tidak bisa membunuh Kakaknya, meskipun mereka bukan sodara kandung tapi Mark sudah menganggap mereka keluarga. Pada saat dirinya berhasil menumbangkan Yuta dan Jaehyun, dia bahkan melihat kedua Kakaknya tersenyum bangga padanya.

Mark melihat pengawal dari ayahnya memasuki area bangsal. Itu menandakan bahwa pertarungan ini telah dihentikan. Orang - orang bertubuh besar itu bergegas membawa tubuh Yuta dan Jaehyun.

"Kau melakukan yang terbaik. Mereka akan baik - baik saja" Jhonny segera meninggalkan Mark dan keluar dari bangsal itu.

Matanya menerawang jauh pada tempat dimana sang Ayah yang masih duduk dikursi kebesaran nya. Mark melihat sang ayah  tersenyum kearahnya.

"Kelak mereka akan menjadi Kakak untukmu" ucap pria tua pada anak yang sedari tadi duduk disampingnya. Anak itu hanya mengangguk mengiyakan pernyataan orang itu.

Membayangkan saat dirinya pertama kali menemukan Mark yang saat itu hanya seorang bocah usia tujuh tahun yang menangis di jembatan kumuh Canada. Masih sulit dipercaya bahwa sekarang dia merupakan calon penerus organisasi mafia besar dan diusianya yang masih muda, Mark menjelma menjadi sosok yang baru - baru ini diperhitungkan di jaringan kejahatan skala besar Mafia.

5072 milesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang