"Pagi Laura!" Jaeden menyapa Laura , Laura menjawab "Pagi Jae!". Jaeden ingin memberi tahu kalau ia akan pergi ke Singapur dan menetap di sana tapi ia takut ingin bilang itu kepada Laura, dengan pandang Jaeden yang murung memikirkan itu. Laura bingung kenapa dia beda sekali hari ini tidak seperti biasanya murung seperti ini.. Laura pun bertanya "Jaeden kamu hari ini lagi kenapa kok murung sekali??" Jaeden pun menjawab "ah maaf Laura sebenarnya ada yang i-ingin aku ka-kasih tau ke ka-kamu tapi please jangan marah ya.." Laura pun mengerutkan alisnya dan bertanya "bilang saja aku tidak akan marah kok!" Jaeden pun menjelaskan ke Laura bahwa satu minggu lagi ia akan menetap di Singapur, tatapan Laura menjadi murung dan perlahan-lahan air mata dari Laura keluar dan ia pun segera berlari ke kelasnya. Dalam hati Jaeden ia berkata Laura maafkan aku jika suatu hari nanti akan benar meninggalkanmu tetapi ini bukan aku yang merencanakan semuanya tetapi ayahku maafkan aku Laura. Sepulang sekolah Jaeden meminta maaf kepada Laura tetapi Laura malah langsung pulang karena takut menatap Jaeden, tetapi ia tidak lolos dari tangkapan Jaeden dan Jaeden pun bertanya "apakah kamu segitu takutnya kalau aku meninggalkan mu? Tetapi ini bukan rencana ku Lau.. aku saja baru dikasih tau ayahku," Laura tidak berani menatap Jaeden karena ia sedang menangis akan hal itu. Jaeden berusaha untuk Laura menatap nya "Laura tatap mataku tenang aja ya aku akan berusaha untuk tidak jadi ke Singapur jadi jangan menangis lagi oke?" Laura pun memeluk Jaeden dengan erat dan begitu juga sebaliknya. Jaeden pun tiba di rumah dan langsung membujuk ayahnya untuk tidak menetap di Singapur "ayah bolehkah aku bertanya?"
Ayahnya pun menjawab "boleh nak, apa yang ingin kau tanyakan?" Jaeden pun bertanya "ayah bolehkah aku untuk tidak menetap di Singapur? Karena aku tidak i.." ayahnya pun langsung memotong pembicaraan anaknya dan seketika marah "ayah tidak suka kamu main membatalkan begitu saja!" Jaeden pun perlahan-lahan mengeluarkan air matanya dan memberontak "Aku tidak pernah setuju dengan ayah, tetapi ayah saja yang selalu merencanakannya sendiri tanpa sepengetahuanku. Pokonya aku tidak akan menetap di Singapur!" Jaeden pun keluar dengan membanting pintu kamar ayahnya. Ayahnya pun memikirkannya apakah aku terlalu keras kepada anakku dan lebih mementingkan perkerjaanku.. mungkin aku akan coba untuk membahagiakan anakku dengan aku saja yang pergi ke Singapur dan juga membahagiakan istriku yang sudah di Surga. Pagi hari pun tiba ayahnya segera meminta maaf melalui surat "nak maafkan ayah karena ayah terlalu memikirkan perkerjaan ayah sehingga kita harus ke Singapur.. ayah memutuskan untuk ayah saja yang pergi ke Singapur kamu tidak apa apa jika tidak ingin ikut, ayah ingin kamu bahagia bersama sahabat-sahabatmu. Entar sore ayah akan berangkat jaga dirimu dengan baik ya nak.. sampai jumpa lagi." Jaeden pun menangis dan menceritakan itu semua ke Laura. Laura pun ikut menangis karena Jaeden sampai tidak ikut dengan ayahnya hanya demi sahabat tersayangnya. Jaeden pun berkata "Laura kamu tidak akan meninggalkanku juga kan?" Laura pun tersenyum dan menjawab "aku janji bahwa aku tidak akan pernah meninggalkanmu dan melupakanmu!". Sepulang sekolah mereka berencana untuk pergi nonton di bioskop bersama di hari Sabtu siang. "Laura hari sabtu mau nonton bareng tidak?" Jaeden bertanya. "Pasti dong" Laura pun menjawabnya tanpa berpikir lagi. Hari Sabtu pun tiba mereka menonton film "One Fine Day". Saat perjalanan pulang mereka saling bertatap-tatapan dan saling ketawa. "Terimakasih buat hari ini ya Jaeden." Kata Laura. "Sama sama Laura, oh iya ini sudah malam kamu juga harus tidurkan? Aku pulang dulu ya, bye!" Jaeden pun berjalan arah pulang setelah mengantar Laura. "Bye!" Laura menjawab sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Myself and I
RomanceSeorang gadis yang selalu menyendiri karena suatu masalah namun ada seorang laki yang berusaha mengubahnya..