Little sis

7 0 0
                                    

"Eriska!" Gadis itu tetap melangkahkan kakinya meskipun namanya diteriakan berkali-kali. Malah langkahnya semakin cepat.

"Eriska! Mama bilang berhenti!" Ucap wanita 35 tahun itu sambil berjalan cepat menuruni tangga.

Eriska berbalik dan mendengus sebal. Cukup sudah, ia sudah sangat jengah. "Lo. Bukan. Mama. Gue." Ucapnya sinis. Kemuadian berbalik pergi menjauhin Sarah yang kini hanya bisa menahan air matanya.

"Ma..." seseorang menepuk bahunya pelan mencoba menenangkan mamanya. Ia adalah gadis berseragam SMA namun masih tingkat X berbeda dengan Eriska yang sudah kelas XI. Amelia.

"Gak papa sayang, kamu sarapan dulu ya. Abis itu mama anter ke sekolah." Ucap Sarah sambil mengusap rambut anaknya lembut. Dan beranjak masuk ke kamarnya.

----

Eriska mengumpat dalam hatinya. Dari kejauhan dia bisa melihat mobil Agam yang pasti sedang menunggunya. Padahal hari ini Eriska memiliki kegiatan lain. Ia menghembuskan nafasnya perlahan dan berjalan menghampiri Agam.

Eriska membuka pintu mobil dan langsung mendudukan dirinya di kursi penumpang tanpa menunggu persetujuan dari pemiliknya.

"Tadi malem lo kemana?" Tanya Agam tanpa basa-basi.

Eriska P.O.V

"Tadi malem lo kemana?" Mampus! Dia tau kalo gua kemarin ke tempat anak-anak.

Gue berdehem nyoba buat netralisir rasa gugup gue.
"Ke tempat anak-anak, ada urusan sama Fakhri." Jawab gue santai.

Agam cunya diem dan mandang kedepan tanpa respon apapun. Gue tersenyum kecut. Agam emang udah berubah semenjak keesokan harinya dia nembak gue. Dia jadi dingin, cuek, kejam dan jarang ngomong. Dia bahkan pernah nyekek gue gara - gara ada cowo yang ngagandeng tangan gue. Setelah ngehajar itu cowo Agam malah melampiaskan kekesalannya ke gue yang gak tau apa-apa. Gue bahkan gak kenal sama cowo yang tiba-tiba ngegandeng tangan gue. Setelah gue tanya baik-baik ke cowo itu, dia jawab katanya "Maaf mbak mas, saya cuman ngeprank biar kayak anak hitz gitu." gue cuma manggut-manggut sambil meringis kecil, kasihan sama mukanya yang udah gk berbentuk.

But, gue gak terlalu ambil pusing karena pada awalnya Agam cuma pelampiasan. Dan sebaliknya gue diibaratkan action figur yang bisa dia mainin saat dia bosen.

Miris memang.

-----
Eriska baru sampai di umahnya pukul 7 malam. Ia memijat bahunya pelan. Rasanya benar-benar lelah menemani Agam seharian berbelanja di mall. Awalnya ia mengira bahwa Agam memintanya menemani membeli sepatu. Tapi ternyata malah ia yang dibelikan banyak barang. Muali dari atasan, bawahan, piyama, gaun bahkan dalaman. Hell! Bukannya Eriska tidak suka hanya saja membelikan dalaman, menurutnya itu terlalu...
Memalukan mungkin kalau dipikir-pikir.
Eriska bergegas membuka seragamnya dan menyisakan baju kaos serta celana pendek. Ia langsung mengambil handuk dan berjalan masuk ke kamar mandi.

20 menit kemudian ia sudah keluar menggunakan celana training hitam semata kaki dan baju kaos putih tipis yang nampak pas ditubuhnya. Baru saja ia mengeringkan rambut seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Eriska mebuka pintunya lebar-lebar. Mendapati Amelia menatapnya ragu-ragu. Eriska menaikan sebelah alisnya saat Amel menyodorkan buku matematikanya kepada Eriska.

"Aku gak bisa jawab soal yang ini kak. Yang nomer tiga." Terang Amel sambil mentap lantai dibawahnya. Ia tak berani membalas tatapan Eriska.

Eriska hanya menatap datar Amel. Dan mengambil buku itu lalu masuk kembali ke kamarnya. Saat ia ingin menutup pintu, "Ehm yang nomer dua juga" Amel kembali berucap tapi masih menatap takut lantai dibawahnya. Amel merutuki kebodohannya pasti sekarng ia terliahat tidak tahu malu didepan kakak tirinya ini.

Berselang dua menit Amel masih setia berdiri di depan kamar Eriska. Baru saja ia ingin duduk tiba-tiba pintu yang sedari tadi ia tunggu agar terbuka, terbuka perlahan. Sontak aja Amel langsung terperanjat dan berdiri di posisi semula. Eriska melempar buku digenggamannya dan kembali masuk ke kamar. Untung saja Amelm memiliki reflek yang bagus, jadi ia bisa mengakap buku yang hampir saja mengenai wajahnya. Amel tersenyum senang karena Eriska menjawabkan semua soalnya. Bagi Amel, Eriska tetap lah orang yang sama saat mereka pertama kali bertemu 2 tahun yang lalu. Walaupun orang-orang menggap Eriska berubah 180 derajat. Tetap saja bagi Amel, Eriska adalah orang yang sangat ingin diikutinya, seorang kakak yang menjadi panutan adiknya.

-----

"Lo udah tau siapa orangnya?" Ucap remaja laki-laki sambil menghisap rokoknya. Eriska langsung menepis rokok yang dia pegang pria itu dengan kasar. "Jangan ngerokok kalo gua lagi enggak!" Ucapnya ketus.
"Iya-iya bawel lo ah" pria itu cuman mendengus sebal sambil mengambil sebuah permen lolipop dari kantongnya. Pengalihan agar mulutnya tetap bergerak.

"Gue pinjem motor lo." Eriska bernjak mengambil tasnya berniat untuk meninggalkan sekolah. Sekarang memang sudah jam pulang sekolah. Fakhri hanya mendengus pasrah sambil menyerahkan kunci motornya.
"Kalo ada apa-apa hubungin gue sama anak-anak yang lain" gumamnya pelan tapi masih bisa didengar Eriska.
Eriska hanya menepuk bahu pria itu pelan pertanda kalau ia setuju.
"Gue cabut." Pamit Eriska dan memakai helm full face kemudian mulai melajukan motor sport berwarna hitam itu.

-----
Seorang gadis berseragam SMA terpojok di salah satu sudut gang dengan lima pria yang berseragam agak berbeda sedang mengerumuninya dan menatap sinis.
"Jadi ini cewe yang lo ceritain?" Tanya seorang pria bernametag Rio itu kepada teman disebelahnya sambil terkekeh kecil. Amel meneguk ludahnya kasar. Ia ingat pria yang kini sedang ditertawakan temannya. Itu Dimas! Dimas sering sekali menagih uang kepadanya. Sehingga Amel geram dan berusaha untuk kabur. Namun gagal karena larinya yang kurang cepat. Alhasil dia terpaksa melemparkan batu yang cukup besar dan mengenai kepala Dimas. Dimas sedikit terhuyung sehingga memberi kesempatan untuk Amel kabur. Dimas memamg pantas mendapatkannya. Ia juga sering kali menjambak bahkan menampar Amel hingga sudut bibirnya lebam. Amel tidak berani mengadu karena Dimas mengancam akan melakukan hal yang lebih jika ia berani melaporkan Dimas. Amel bahkan sering berbohong jika mamanya bertanya mengenai lula ditubuhnya dan Amel yang sering mengeluh pusing karena efek jambakan dari Dimas. Amel terlalu pengecut. Ia tidak berani dan mandiri seperti Eriska.

Pria bernametag Rio tadi maju mencengkram rahang Amel. Amel kemudian sadar dari lamunannya dan meringis pelan. Ia merutuki kebodohannya bukannya memikirkan cara untuk kabur ia malah mengingat Eriska.

Tiba-tiba terdengar deru motor yang membuat enam remaja itu menoleh ke arah suara.

Eriska melepaskan helmnya dan turun dari motor. Ia menarik sebuah tongkat bassball dari dalam tas gendongnya. Rio melepaskan cengkraman tangannya dati rahang Amel dengan kasara membuat kepala gadi itu ikut kesamping dan hampir membentur dinding di sebelahnya. Rahang Eriska mengeras. Dilangkahkan kakinya perlahan dan pada langkah ketiga ia mulai berlari kencang.

Suara bentruan benda keras terdengar sangat jelas. Eriska sedang mengamuk menghajar lima orang yang telah berani melukai adiknya. Eriska menatap narnar kearah lima pria yang terduduk tak berdaya dengan darah yang keluar dari sudut hidung dan pelipis mereka. Ia kemudian mendekati siswa yang mencengkram rahang adiknya tadi, kemudian menarik kerah bajunya agar pria itu membalas tatapan kelam dan tajam milik Eriska. "Gue Eriska Sandjaya. SMA Tri Bhakti. Bawa pasukan lo." Kemudia melayangkan satu pukulan lagi diwajah pria itu.

Eriska memberi isyarat agar Amel mengikutinya. Amel yang masih syok setelah menyaksikan kejadian tadi mulai mendapat kesadarannya dan sedikit berlari menghampiri Eriska yang sudah menaiki motornya.

-----
Eriska menghentikan laju motornya di depan rumah mereka. Amel kemudian turun dang menggenggam erat tasnya sambil tertunduk pelan. Tanpa mengucapkan apapun Eriska melajukan motornya kecang dan meninggalkan Amel didepan rumah. Amel tak berani mengatakan sesuatu kepada Eriska. Eriska pasti sudah tau tentang hal yang menimpa Amel belakangan ini. Ia menghela nafas pelan. Hari ini sangat melelahkan baginya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anak BaekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang