Anak Baek

love, lips, life

Agam menjatuhkan tubuh eriska di ranjang. Lebih tepatnya membanting. Gairah di tubuhnya benar - benar membuatnya kehilangan akal. Apalagi tubuh seksi yang sudah terkurung dibawahnya ini semakin menghilangkan akal sehatnya.

"Eungh.." erang riska saat Agam meremas payudaranya dengan keras.

Agam mulai membuka kancing kemeja sekolah riska. Tangannya menelusup mencari pengait bra wanitanya itu.

Sedangkan Riska mulai menciumi Agam. Bibir. Leher. Pundak. Dada. Semuanya tak luput dari tanda kemerahan yang berhasil dibuatnya.

Keduanya telah sama - sama telanjang. Agam mulai turun menuju titik yang menjadi surganya beberapa tahun belakangan ini.

"Eungh... Agam.." erang riska menjambak kecil rambut Agam.

Agam naik kemudian mengecup bibir Riska singkat.

"Lo salah karena dengan lo nyebut nama gua barusan. Lo gak akan bisa buat gua mundur." Ucap Agam tersenyum miring dan mulai memasuki milik kekasihnya dengan sekali hentakan.

"Akh.. pelan - pelan bangsat lo." Protes Riska merasa kesal. Hal ini selalu saja terjadinya bila ia memanggil nama kekasihnya saat mereka bercinta. Agam selalu memberi alasan yang sama setiap kali ia bertanya, "Lo seksi banget kalo nyebut nama gua sambil ngedesah, gua gk tahan."

"Ahhh... Agam faster.." pinta Riska menggenggam erat sprei hitam yang kini sudah tak berbentuk itu.

"Shit!" Agam terus mempercepat temponya. Hingga akhirnya mereka mencapai pelepasan bersama.

Agam mengecup singkat kening Riska. Kemudian merebahkan tubuhnya kesamping.

"Hahh.. hahh.. Sial lo belum denger penjelasan gue. Main hukum aja." Ucap Riska sambil berusaha mengatur nafasnya.

"Makannya jangan cari gara - gara." Sahut Agam cuek.

Agam memiringkan tubuhnya menghadap Riska kemudian mengelus pipi gadis itu dengan lembut.

"Lagian perjalanan kita masih panjang." Lanjut Agam dengan senyum khasnya.

Dan Riska?

Hanya bisa mendengus pasrah. Dia terlalu lelah untuk protes

"Besok pagi gua gak bakal bisa jalan" gerutunya dalam hati.