CIS. 1

944 23 4
                                    

Jangan lupa di Vote 🌟 Hargai author dengan meninggalkan jejak

***

Pagi yang indah untuk mengawali hari-hari yang akan di lalui oleh umat manusia, salah satunya dengan hari ini ia berangkat sedikit pagi untuk bekerja agar tidak terkena macet nantinya. Ia mengawali harinya dengan mengucapkan 'Bismillah' yang terucap dalam hatinya.

Setelah melewati jalanan yang agak sedikit macet ia telah sampai di kantor ia bekerja, masuk keruangan kerjanya dengan tulisan didepan pintu 'Manajer keuangan'.

Ya perkenalkan nama saya Alyana Putri Darmawan kalian bisa memangil saya dengan Ana saya bekerja bagian manjaer keuangan, saya mempunyai seorang Kakak laki-laki yang bernama Reksa Putra Darmawan.

Saya mempunyai seorang sahabat Naya Puspita ia rekan kerja saya dan Edfani Latifah teman ketika saya SMA. Saya rasa cukup untuk memperkenalkan diri saya.

Lain tempat lagi, seorang pria yang masih bersiap dirumahnya. Yap seorang Direktur ini masih bersiap dirumahnya dan tidak biasanya juga ia terlambat. Rumah megah tapi tidak terlalu megah itu terlihat sepi.

Memang sepi dan hanya ada dua orang yang mengisi rumah ini, dan para pembantu saja yang membersihkan rumah ini bukan berarti pria ini tidak mempunyai orang tua hanya saja sudah seminggu ini orang tuanya pulang ke kampung halamannya.

Malik. Yuda Malik Atmadja. Keluar dari dalam kamarnya, bergegas turun ke meja makan dengan baju yang sudah rapi. wanita paruh baya yang setara dengan ibunya itu mengahampirinya.

"Mas Malik mau mbok buatin apa?"

"Malik cuma minum segelas susu hangat saja mbok"

"Ya sudah mbok siapkan dulu"kata mbok marni ini yang suka mengurusi rumah ini ketika ibu sama bapanya lagi pulang ke Jogja tapi kalau mereka sudah kembali mbok marni pulang untuk istirahat.

"Vina sudah pergi"

"Ya mas katanya mba Vina ada janji sama temen-temennya"sedangkan Malik mengangguk dengan meminum segelas susu yang dibuatkannya tadi.

***

Sesampainya di kantor ia sudah disuguhi pemandangan para pegawainya yang sudah tebar pesona dengannya namun ia hanya melewatinya tidak membalas senyum mereka bukan ia sombong atau apa tapi memang sifat ia memang seperti ini tidak terlalu peduli dengan sekitar.

Disatu sisi Alyana tengah menahan sakit yang mendera perutnya, padahal tadi pagi ia tidak memakan makanan yang pedas. Pintu terbuka menampilkan sahabatnya dengan tak berdosa dengan tidak mengetuk pintunya terlebih dahulu ia masuk dengan menampilkan sederet giginya.

"Lo gak apa-apakan"tanya sahabatnya sedikit gelisah ketika melihat wajah sahabanya yang pucat. Ia tersenyum mencoba menenangkan sahabatnya bahwa ia baik-baik saja.

"Mending lo balik deh gue gak tega liat muka pucet lo"

"Gue gapapa kok, lo gausah lebay deh, inikan udah biasa"senyumku

"Bukannya lebay tapi gue khawatir sama lo Na"ujar Naya

"Terus lo kesini mau apa? Udah masuk gak pake salam atau ketuk dulu"cibirnya sedangkan yang dicibir hanya terkekeh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Calon Imam SayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang