2

9.3K 683 22
                                    

Diana menggendong Rio untuk diberikan ASI. Demam Rio sudah sedikit menurun karena obat yang diberikan Diana tadi.

Diana menengok ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 11.40. Sepertinya sekarang dia akan kembali telat menjemput Hany. Hany adalah anak pertamanya yang berumur 4 tahun dan duduk di bangku Taman Kanak-Kanak tahun pertama.

Diana mulai memfokuskan tatapannya pada Rio yang sedang menyusu. Pikirannya kembali kepada masa lalu. Masa lalu yang menyakitkan baginya.

Saat umurnya baru 5 tahun, dia harus ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya meninggal dunia karena penyakit yang diderita. Menjadi anak tunggal membuatnya harus tinggal dirumah bibinya.

Sayangnya, bibinya tidaklah sebaik yang ia kira. Diana kecil pun sering menjadi bahan siksaan paman dan bibinya. Ada niat dalam hati Diana untuk kabur dari paman dan bibi nya, tapi diumur 5 tahun dia bisa apa? Dia hanya bisa menuruti semua perintah paman dan bibi nya walaupun itu berat baginya.

Saat beranjak remaja, Diana harus membantu bekerja paman dan bibinya. Mulai dari pekerjaan yang mudah sampai berat. Diana hanya bisa mengeluh dalam hati dengan kehidupannya yang jauh dari kata bahagia. Hingga saat usianya menginjak 17 tahun, paman dan bibinya meninggal karena kecelakaan. Tinggalah Diana seorang.

Beruntung ada Rey yang selalu menemani dan melindunginya. Rey adalah kakak kelasnya waktu SMA. Mereka menjalin hubungan dan menikah setelah Diana lulus SMA. Sayangnya, hubungan mereka tidak direstui oleh orangtua Rey karena Rey yang berasal dari kalangan atas sedangkan Diana berasal dari kalangan bawah. Rey pun tetap nekat menikahi Diana dengan konsekuensi Rey dikeluarkan dari keluarganya.

Rey dan Diana hidup bahagia walaupun dengan keadaan ekonomi yang pas-pas an. Tapi, kehidupan bahagia Diana harus terenggut lagi sejak 8 bulan yang lalu dimana Rey meninggal dunia karena kecelakaan saat pulang kerja.

Hingga kini Diana masih hidup hanya dengan anak-anaknya. Mengingat statusnya yang seorang janda beranak dua, membuat Diana sedikit minder mencari pasangan lagi karena takut kalau dia dan kedua anaknya hanya akan membebani.

Lamunan Diana buyar saat mendengar suara petir yang menggelegar pertanda akan turun hujan deras. Diana menengok ke arah jendela dan rintik-rintik hujan mulai terlihat.

"Aduh, Mama harus menjemput kakakmu dulu Rio." Ucap Diana panik. Dia bingung, hujan sudah mulai turun dan kalau Rio di bawa, mungkin demamnya akan tinggi lagi. Nenek Tati, tetangganya yang biasa mengasuh Rio sedang pergi.

"Bagaimana ini?" Tanya Diana dalam hati.

.
.
.

Ardhi melihat ke arah jendela besar yang berada di ruangannya. Matanya yang tajam bak elang itu dapat melihat air yang turun dari langit walaupun masih sedikit. Ardhi ingat pesan Ibunya tadi, bahwa Desy, kakak sepupunya itu memintanya untuk menjemput anak keduanya yang masih berumur 4 tahun di Taman Kanak-Kanak.

Ardhi membereskan dokumen yang ada di mejanya lalu menyambar kunci mobil miliknya. Dia harus menjemput Delia sekarang juga sebelum hujan turun semakin deras.

Ardhi keluar dari ruangannya dan dia mendapati sosok sekretarisnya yang sedang berdiri di pintu ruangannya.

"Maaf Pak, rapat dengan Mars Company akan dilaksanakan 20 menit lagi." Ardhian hanya menatap sekretarisnya itu dengan datar.

"Alia, kau pimpin rapat. Aku harus pergi." Ucap Ardhian dingin. Sekretaris yang bernama Alia itu hanya mengangguk patuh.

"Baik Pak." Setelah itu Ardhi pergi tanpa berkata-kata lagi. Ardhi tentu tahu bahwa Alia menyimpan perasaan padanya. Tapi dia tak mau peduli karena dia tak tertarik sedikitpun pada Alia. Alasan Ardhi mempekerjakan Alia adalah karena kegesitan perempuan itu dalam bekerja.

Alia menatap kepergian Ardhi dengan pandangan sendu.

"Adakah kesempatan untukku masuk kedalam hidupmu?" Batin Alia selalu bertanya-tanya hal yang sama. Apakah dia bisa menjadi bagian hidup dari boss nya yang sudah dia kagumi selama 3 tahun ini?

Ardhi memasuki mobilnya yang diparkirkan di tempat khusus. Kemudian mobil itu pun melaju dengan sedikit kencang menerobos hujan yang belum terlalu deras.

15 menit perjalanan, akhirnya Ardhi pun sampai di sekolah Delia. Ardhi turun dari mobilnya dan dia melihat banyak orang-orang berlalu lalang. Matanya mencari-mencari sosok gadis kecil yang menjadi keponakannya itu.

"Om!" Ardhi mendengar suara teriakan seorang anak kecil yang dia kenali. Ardhi mencari asal suara dan dia melihat Delia sedang berdiri dibawah pohon rindang agar tidak kehujanan.

Ardhi menghampiri Delia dan ternyata di sebelah Delia ada teman seumuran Delia yang juga sedang berteduh.

"Ayo pulang." Ajak Ardhi. Delia mengangguk tapi kemudian matanya terarah pada temannya itu.

"Hany, aku duluan ya." Gadis kecil yang dipanggil Hany itu mengangguk kecil dengan kedua tangannya yang memeluk tubuhnya sendiri.

"Iya Del. Sebentar lagi Mamaku pasti datang." Ucap gadis kecil yang bernama Hany itu.

Ardhi menatap Hany lama. Hujan semakin deras dan kelihatannya orang yang menjemput Hany masih lama datang. Akhirnya, Ardhi pun mengajak Hany pulang bersama dan berniat mengantar Hany pulang.

"Delia, ajak saja temanmu. Om akan mengantarnya pulang." Ujar Ardhi. Delia pun tersenyum lebar lalu mengangguk semangat.

"Hany, kita pulang bareng aja yuk. Om aku akan mengantarmu pulang." Ajak Delia. Hany terlihat ragu tapi sedetik kemudian dia mengangguk.

Mereka pun masuk kedalam mobil. Hany menatap kagum mobil itu dari dalam. Dia tak pernah naik mobil, setiap Ibunya menjemput, dia dan Ibunya hanya berjalan kaki dengan dilindungi sebuah payung.

"Dimana kau tinggal?" Hany langsung menatap Ardhi yang sedang fokus menyetir.

"Disana Om." Tunjuk Hany pada sebuah gedung yang terlihat bertingkat tiga. Ardhi pun menjalankan mobilnya ke arah gedung yang ditunjuk Hany tadi.

Tak lama akhirnya mereka pun sampai. Delia memaksa Ardhi untuk mengantarkan Hany sampai ke apartemennya itu. Ardhi hanya bisa mengiyakan keinginan keponakannya itu walaupun dia malas.

Mereka sampai di sebuah pintu yang cat nya sudah sedikit memudar karena dimakan waktu. Hany mengetuk pintu itu dan memanggil Ibunya.

"Mama! Mama buka pintunya!" Panggil Hany sedikit berteriak. Tak lama kemudian pintu terbuka memperlihatkan sosok wanita yang terlihat masih muda.

"Hany? Kamu pulang dengan siapa? Maaf Mama telat menjemputmu." Ucap wanita itu yang ternyata Diana.

"Delia dan Om nya yang mengantar Hany pulang Ma." Jawab Hany sambil menunjuk Delia dan Ardhi yang berdiri tak jauh dibelakang Hany.

Diana yang semula berjongkok kini berdiri lagi sambil menatap sepasang paman dan keponakan itu.

"Terima kasih sudah mengantarkan anak saya pulang. Silahkan masuk dulu." Ucap Diana seraya membuka pintunya lebar agar Delia dan Ardhi masuk. Ardhi hendak menolak tapi Delia mendahuluinya.

"Om, mampir dulu yuk. Lagian hujannya deras. Kita tunggu sampai hujannya reda ya Om?" Delia menatap Ardhi dengan tatapan memohon. Akhirnya, Ardhi pun hanya menurutinya.

____________________________________

Jelek ya??

Vomment nya ditunggu selalu....

My Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang