Chapt 1 - Br-OK-en

343 26 4
                                    

Mohon maaf sebelumnya author terpaksa mengunggah ulang chapter 1 karena tidak sengaja terhapus.
Maaf atas ketidaknyamanannya /bow/

Happy Reading! ^^)

.
.

Gadis berambut panjang kecokelatan itu hanya mengaduk-aduk minumannya tanpa minat sembari mendengarkan celotehan seseorang yang duduk tepat didepannya. Kekasihnya. Gadis itu lelah mendengarkan alasan-alasan dan juga cerita-cerita tak penting yang dilontarkan kekasihnya tentang gadis lain, ya. Gadis lain. Yang tidak lain tidak bukan adalah sahabat kekasihnya sendiri. Gadis itu-sahabat kekasihnya-lah yang sering membuat kekasihnya terlambat datang di tempat kencan. Entah menyuruhnya mengantarkan pulang, atau menemaninya membeli sesuatu. Gadis itu merasa ia hanya di-nomordua-kan oleh kekasihnya sendiri. Dia selalu mendahulukan sahabatnya. Gadis itu tak bisa protes apapun untuk hal itu.

"Fany? Tiffany? Kau mendengarkanku?" pria di hadapan gadis itu melambaikan tangan di depan wajahnya, sontak gadis itu terkejut dari lamunannya.

"oh? Apa tadi? Kau sedang mencari lowongan kerja sambilanmu?" gadis itu asal bertanya.

"eyy. Itu bahkan jauh dari topik yang aku bicarakan tadi. Kau kenapa? Apa kau baik-baik saja?" pria itu nampak sedikit khawatir dengan keadaan kekasihnya yang tidak fokus. Namun gadis itu hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

"aku baik-baik saja, aku hanya mengantuk, gege" ucap gadis itu berbohong.

"sebaiknya kita pulang, aku antar. Sebagai ucapan maafku karena hari ini aku kembali membuatmu menunggu lama" lalu pria itu berdiri dan menggapai lengan gadisnya lalu keluar dari cafe. Tiffany hanya mengikutinya tanpa menolak ajakan kekasihnya.

'sebagai ucapan maaf? bukankah sudah sewajarnya seorang lelaki mengantarkan kekasih nya pulang dari kencan? Jika dia tidak terlambat, apa dia tidak akan mengantarkan aku pulang?' batin gadis itu setelah ia duduk di kursi penumpang. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah gadis itu hanya diam, namun sepertinya pria tinggi yang sedang melajukan mobilnya ini tidak peka dan terus saja berceloteh tentang gadis lain-sahabatnya di depan Tiffany. 'apa aku salah jika aku berfikir kalau kekasihku ini selingkuh dariku? Kenapa seperti tak ada hentinya membicarakan gadis itu. Siapa kekasihmu sebenarnya, gege?' Tiffany kembali membatin.

"terima kasih, ge" akhirnya gadis itu berucap setelah mereka sampai di depan rumahnya. Tiffany hendak melepaskan seatbelt namun gerakannya terhenti ketika ada lengan kekar yang memegang tengannya. Tiffany menoleh, mendapati kekasihnya sedang tersenyum menatapnya.

"wo ai ni, Tiffany. Aku akan mengabarimu lagi nanti" Tiffany tersenyum mendengar pernyataan kekasihnya. Siapa gadis yang tak senang mendengar pernyataan cinta dari sang kekasih? Namun Tiffany tidak yakin apakah senyumnya kali ini karena senang atau karena terpaksa. Entahlah.

"wo ye ai ni, Zhoumi gege" ucap Tiffany pada akhirnya lalu ia keluar dari mobil tanpa menoleh lagi ke belakang. Ia butuh tidur, dia benar-benar lelah, fisik dan hatinya.

___

Selesai membersihkan diri, Tiffany langsung merebahkan dirinya di kasur. Hari ini benar-benar melelahkan seluruh badannya. Ia kembali teringat dengan ucapan Zhoumi yang akan menghubunginya lagi, ia pun meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Nihil. Tidak ada satupun pesan dari kekasihnya. Tiffany mendengus kesal lalu meletakkan ponselnya ke tempatnya semula dan merebahkan dirinya lagi di kasur. Dia benar-benar butuh tidur untuk menenangkan pikirannya.

Tiga bulan setelah kencan terakhir kalinya dengan Zhoumi, sampai detik ini pun Tiffany belum dapat kabar dari sang kekasih. Ia tak ambil pusing, ia lebih ingin berfokus pada kuliahnya. Toh ia sekarang bukan lagi anak remaja yang butuh bermanja kepada kekasihnya selama 24jam, ia memiliki kesibukkan sendiri. Tiffany sedang repot menata design ruangan untuk acara tahunan kampusnya, tahun ini Tiffany ditunjuk sebagai Sie Design dan Dekorasi yang menguras tenaga dan pikirannya. Bagaimana tidak? Dari Tiffany ditugaskan untuk menggambar design Maskot, merancang sendiri kostum Maskotnya hingga mendekorasi tempatnya. Ini lebih melelahkan dari kisah cintanya dengan sang kekasih. 'Kekasih? Apakah masih bisa dianggap kekasih setelah hilang tanpa kabar selama tiga bulan?' batin Tiffany.

My Love JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang