BAB III

7K 282 57
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 pagi ketika Pamanku yang menyebalkan itu tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar. Aku yang tengah bergelung manja di atas kasur sembari membaca buku Psikologi pemberian cowok ganteng eh- Damar, maksudku, lantas terlonjak kaget. Bodohnya aku  yang tidak mengunci pintu sehingga makhluk astral itu bisa masuk!

            “Kamu dapet darimana buku itu?”tanyanya tak mengacuhkanku yang sedang mengatur napas akibat ulahnya tadi. Aku yang masih shock, dan kesal tentu saja, menatap garang lelaki yang kini sudah berkacak pinggang di depan pintu kamarku yang terbuka.

            “Yang pasti ini buku aku dapetin halal ya. Bukan dari hasil ngemis apalagi nyolong. Udahlah…paman gak usah khawatir. Aku gak ada nyopet sepeserpun duit paman buat beli buku ini. Buku ini fix orang yang kasi,”jawabku lugas. Paman menatapku tajam. Tajam sekali hingga rasanya bajuku pun ikut terkoyak. Aku lantas menyilangkan kedua tanganku di depan dada.

            “Ngapain ngeliat-ngeliat? Jangan bilang Paman sekarang beralih jadi pedophile?”tembakku langsung. Lelaki itu terbelalak. Lalu kemudian ia mendengus.

            “Pedhopile ke kamu? Badan segede gajah begitu mana bisa narik minat pedhopile! Udahlah! Strees saya ngomong sama kamu! Cuma nambah keriput saja. Ini udah malem. Matikan lampunya. Saya nggak mau tagihan listrik membengkak kayak badan kamu!”ujarnya marah dan lagi-lagi melengos pergi begitu saja tanpa menutup pintu.  Meninggalkanku yang kini hanya bisa terduduk di kasur dengan kepala berasap saking marahnya.

Dasar sialan! Berani sekali ia berkata seperti itu! Memangnya dia pikir dia siapa? Yayaya….ini memang rumahnya. Tapi apa harus dia berbicara kayak knalpot vespa seperti itu? Udah berisik, menyakitkan pula! Aku baru 2 hari tinggal di rumah ini! Tagihan listrik tidak mungkin langsung meleduk hanya karena aku menyalakan lampu sampai jam segini. Dasar bangkotan labil! Ingin rasanya aku meracuni laki-laki itu dengan baygon…

Bercanda. Tidak mungkin aku membunuh pamanku sendiri dengan cara seperti itu. Terlalu ringan untuknya. Lelaki phsyco seperti dia pantasnya langsung ditelanjangin, diikat di pohon beringin, terus diangkut ke Taman Lawang sekalian sama pohon-pohonnya, biar digilir sampai kisut sama penghuni-penghuni di sana.

Tapi mau tak mau, aku bangkit juga dari kasurku. Dengan langkah gontai dan hati panas sepanas panggung sandiwara, aku pun berjalan untuk mematikan saklar lampu. Sekaligus menutup pintu yang dengan tidak bertanggung jawabnya telah lelaki itu biarkan terbuka.

Saat melewati cermin besar yang menjadi satu dengan lemariku, aku langsung menoleh. Aku menatap bayangan diriku yang juga balas menatapku. Aku lantas menghela napas saat mendapati fakta bahwa badanku memang sedikit membengkak. Sedikit ya…sedikit. Tidak sebengkak gajah seperti yang paman bilang tadi. Aku heran. Padahal dari kemarin Paman selalu menyruhku kerja rodi. Tapi kenapa aku bisa sampai sebesar ini?

Apa jangan-jangan ini semua adalah lemak-lemakku yang telah tertimbun sejak zaman dahulu kala?! Segitu banyakkah sampai-sampai tugas dari paman yang berat pun tidak mampu membakarnya?! Dan tanpa kusadari, aku malah berdecak kagum.

Eh-eh-eh! Apa yang bisa dikagumi dari lemak yang tidak bisa terbakar?

            “Andri! Matikan lampunya! Atau kamu mau saya yang pecahin lampu kamar kamu sekarang?!”suara paman yang sangat tidak merdu itu tiba-tiba saja berkumandang. Aku menggemeretakkan gigiku menahan emosi.

            “Iya pamanku yang baik hati dan bersahaja!”balasku berdusta. Dusta terbesar yang pernah aku ucapkan sepanjang sejarah. Lalu dengan keras, kupukul saklar lampu itu, dan dengan ganasnya kutendang pintu kamarku hingga tertutup.

Sayang, saking kerasnya aku menendang pintu, tembok kamarku langsung bergetar. Menyebabkan jam antik yang tampak sangat-luar-biasa-ohmaigad mahalnya, yang sebelumnya tergantung cantik di tembok, jatuh mengenaskan ke lantai lalu pecah berkeping-keping.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me VS Uncle : RAWRRR!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang