Tentang Lara

14.3K 472 20
                                    

Beberapa dari kalian mungkin sudah mengenalku. Atau bagi mereka yang sudah selesai pada sebuah KALA, aku yakin telah mengenalku bahkan lebih baik dari aku mengenal diriku sendiri. Tapi, aku tak menampik kemungkinan bahwa beberapa dari kalian ada yang tak mengenalku sama sekali. Oleh karenanya, kali ini biarkan aku kembali mengulang perkenalan diriku.

Aku, Lara. Adalah sebagian dari KALA, tempat segalanya bermula. KALA mengantarkan masing-masing kepingan masa lalu, untuk kemudian membentuk sebuah kisah baru. Menjawab doa-doa di sepertiga malam yang diam-diam dipanjatkan, hingga terangkai menjadi sebuah harapan yang disemogakan.

Lara Alana, itulah nama yang disematkan oleh kedua orangtuaku. Nama yang semestinya menjadi doa, namun beberapa kali justru aku anggap sebagai kutukan. Lara menurut ibuku dalam arti sebenarnya adalah perlindungan, tapi untuk sebagian orang sudahlah tentu sebagai sesuatu yang lekat dengan kesedihan.

Dan pada kenyataannya hidupku memang tak bisa berjauhan dengan kesedihan. Ditinggalkan, dikecewakan, dikhianati, dibohongi, dan sederet hal menyesakkan lainnya bahkan sudah menjadi makananku sehari-hari. Sedang Alana sendiri berarti batu, yang nampaknya secara tak sengaja disisipkan untuk membuatku kuat ketika diterpa kesedihan yang bertubi-tubi. Tapi mungkin di sanalah letak dari doa atas namaku berkuasa.

Aku yang sedari kanak-kanak sudah ditinggalkan oleh sosok lelaki yang katanya selalu menjadi cinta pertama tiap anak gadis, justru siap tidak siap seolah dijatuhi beban untuk menjadi pelindung bagi ibuku sendiri. Aku yang selalu diberikan kesempatan untuk mencintai, berkali-kali malah ditinggalkan untuk alasan-alasan klise.

Persis seperti Lara dalam bahasa Spanyol yang artinya perlindungan. Aku, secara tidak sadar melindungi mereka-mereka yang datang dan mampir sejenak dalam hidupku. Menjaga mereka sebaik yang kubisa, sebelum akhirnya mereka pergi untuk berlabuh dan menambatkan sauh.

Begitu pula dengan arti Alana, aku mau tak mau harus kuat seperti batu. Aku harus mencegah tangis luruh ketika ramai hadir di sekitar. Aku harus terang-terangan menahan pilu seorang diri hanya agar tak membebani dan tak melukai siapa saja.

Kerap aku ingin mengeluh hingga berpeluh, mengapa mereka bisa semudah itu meninggalkan. Apa yang sebenarnya terlintas di benak orang-orang yang memilih pergi? Secepat itukah melupakan dan memutuskan untuk tak lagi bisa bersama hanya karena tergoda dengan hal-hal lain? Hanya karena alasan-alasan yang jika ditelisik sebenarnya tak masuk akal.

Aku mempertanyakannya terus-menerus dengan isi kepalaku sendiri. Hingga pada suatu kala, aku melakukan kepergian dalam sebuah kehilangan yang baru saja kembali aku rasakan. Sebuah kepergian setelah kembali ditinggalkan, kepergian untuk menerima serta belajar arti pertemuan. Sebuah upaya untuk aku kembali memberikan kebahagiaan pada hati yang tengah terluka.

Dan pada sebuah detik yang tak bisa diulang, ada sebuah pertemuan yang tercipta tanpa bisa aku tolak. Aku bertemu dengan seseorang yang dari tangannya, tulisanku mampu menjadi lebih nyata dan bernyawa. Seseorang yang dari tangannya, lahir perspektif-perspektif baru yang telah diubah menjadi sebuah gambar yang mampu dinikmati oleh lebih banyak manusia.

Aku bertemu dengan seseorang itu, pemilik dari gambar yang kubuatkan tulisan. Dan dia adalah...

Saka, yang juga sebagian dari KALA.

- Ini bukanlah KALA yang seutuhnya, namun lagi-lagi, ini adalah sebuah pesan yang belum sempat tersampaikan pada sebuah KALA.\

KALA (extended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang