Beginning

84 8 4
                                    

"Ayolah.." Lantunan nada mengajak itu seakan- akan menarik seorang pemuda yang memasang raut kebingungan.
"Sudah hampir sampai.." Tempo nada itu--familiar?.
Ia memfokuskan manik hazel pekat nya sembari mencoba mencari sumber suara itu.
Tungkai nya mulai di langkah kan--
"Alvi.." Ia terhenti ketika mendengar alunan suara yang lembut itu, berbeda namun, nyaman .
"Alvi!" Ia pun tersentak sadar.

"Akhirnya kau bangun tuan Adalvino Leoni Eros Ogilvy, mommy sudah mengetuk dari tadi tapi tidak ada respon." Gerutu seorang wanita yang sudah berusia sekitar 40 tahun. Namun, masih terlihat sangat muda dan dipenuhi jiwa pekerja keras. Ya, dia adalah ibunda dari Alvi yang bernama Elleanora Rhizelda Estelle, seorang yang perfect dan wanita karir yang luar biasa ini menikahi salah seorang yang masih tergolong dalam garis bangsawan. Leonard Richardio Van Aaron Ogivly.

"Permission to apologize mother." Jawab sang pemuda yang masih mencoba membebaskan jiwa nya dari alam mimpi. Iris nya masih ternaungi kedua kelopak yang memaksa membelalak.
"Apology granteed, sekarang bersiap- siap lah mommy hari ini ada meeting jadi mommy akan pulang agak larut." Seru wanita itu diiringi kurva manis berwarna pink cherries yang terlukis rapih di wajah nya. Pink cherries, warna yang matching dengan busana yang ia kenakan. Kemeja sweet namun memiliki kesan formal bernuansa pink agak tua yang dihiasi garis linear sebagai hiasan, menambah kesan modern pada wanita itu. Ia mengenakan rok putih yang ujung nya cenderung panjang pada sebelah kanan nya, di sisi kanan nya terlukis corak kolaborasi antara bunga mawar dan beberapa dedaunan, berwarna pink muda.
Sembari melangkah keluar, dentuman dari derapan heels putih yang bertemu dengan ubin lantai itu menggema dan sampai akhirnya menghilang, menjadi pertanda bahwa wanita itu telah menjauh dari kamar sang pemuda itu.

Pemuda dengan iris hazel tua itu mulai melangkahkan tungkai nya menuju kamar mandi untuk membasuh dirinya.
Setelah beberapa menit di dalam sana, ia pun melangkah keluar sembari menyibak- nyibakan rambutnya dengan handuk putih bersih yang menjadi agak abu setelah terkena air. Ia pun mengenakan kemeja putih yang adalah seragam nya.
Kemudian, ia mengatur dasi bergaris nya dan membalutkan badan dengan jas hitam. Sebuah emblem berlogo pohon palem berwarna emas tercetak di jas hitam itu. Lalu ia mengenakan celana hitam kain nya yang masih satu set dengan kemeja nya, begitu juga sepatu hitam nya. Ya, dia akan pergi ke sekolah tapi, bukan sekolah biasa namun, sekolah khusus ilmu perusahaan yang dibentuk khusus anak- anak penerus generasi perusahaan- perusahan besar.

'Suara itu, tidak asing namun, terasa hilang? Suara itu sering aku dengar. Tapi kapan?' Seru pemuda itu dalam hati sembari melangkah ke ruang belajarnya. Jemari nya meraih salah satu buku, yang dibalut cover yang terbuat dari bahan kulit berwarna merah maroon. Kemudian mulailah ia menulis. Menulis mimpinya.

Dream Track Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang