Little Town

86 3 0
                                    

Alvi POV

Date: 20 April 2027

Aku terbaring disana, sebuah jalan. Lagi- lagi jalan yang sama yaitu jalan lurus yang pada sisi kanan dan kirinya di tumbuhi tanaman gandum. Bercahaya keemasan seraya menari-nari diiringi tiupan angin. Aku yakin pernah bermimpi seperti ini. Aku pun berjalan masuk ke antara ladang itu betapa sesak nya, ini keputusan buruk. Harusnya aku memilih untuk pergi menjelajahi jalan itu bukan ke dalam ladang gandum ini tapi, entah mengapa kali ini aku tak bisa melangkah untuk kembali lagi ke jalan itu. Ya, sudahlah.

"Hoiii... Ka Vi." Langkah ku terhenti ketika mendengar suara yang ceria itu yang meredakan ketegangan hati, itu suara adik ku--Evangeline Rachel Ogivly.
"El? Dimana kau haha." Ujar ku mulai melega karena mendengar suara adik ku sembari mencoba keluar dari ladang gandum itu yang sesak itu, aku benar- benar kesulitan bergerak disana.
Beberapa kali kaki ku terlilit batang tanaman gandum itu.
"El!" Teriak ku lagi karna semakin lama ladang gandum itu semakin gelap dan sesak. Astaga, siapapun tolong aku.

Bruk!

Aku tersandung salah satu batang gandum yang melilit kaki ku. Dan ketika aku berdiri aku berada di jalan itu lagi namun kali ini, aku pun memilih untuk menyusuri jalan itu, entah bagaimana namun rasanya aku berjalan sangat cepat dan makin cepat. Ya, ini mimpi. Selalu saja begitu berpindah- pindah tak tentu bahkan waktu pun abstrak disini. Semua selalu tiba- tiba dan tidak jelas namun, karena itulah aku menyukai mimpi karna, aku bisa mengatur nya.

"Apa ini?" Seru ku ketika berakhiran di sebuah tempat yang belum pernah ku datangi. Mana mungkin aku bisa memimpikan tempat yang belum pernah ku datangi bukan?.
Aku seperti berada di kota kecil seperti pada film- film yang ada sheriff dan cowboy nya.
"Apa sekarang? Apakah aku akan terlibat dalam sebuah perkelahian dengan mafia? Atau aku akan diculik lagi? Ini sudah mimpi yang ke sekian kalinya aku berada di tempat antah berantah." Seru ku sembari berjalan menyuri jalan setapak di antara sebuah rumah dan sebuah tempat yang nampak seperti toko buah.

"Hey nak!" Teriak seseorang yang memiliki suara yang sangat berat dari suaranya, sepertinya seorang bapak yang sudah lumayan tua. Yang pasti aku akan terlibat dengan orang- orang yang sepertinya akan menegur ku.
"Sedang apa kau disini? Ini sudah larut malam, sebaiknya kau pulang." Lihat? Sudah kuduga. Ya, tentu saja karna ini kan mimpi ku. Aku senang menjadi seorang Lucid Dreamer.

"Ah, maaf pak. Saya agak tersesat bisakah anda menunjukan jalan ke kota?" Ujar ku sembari menampakan diri dari jalan setapak kecil itu, jemari ku yang masih bersembunyi di balik kedua saku celana jeans ku.
"Kota? Apa maksudmu kota? Lihat sekelilingmu nak, kau sedang ada di kota." Balas lelaki yang agak tua itu sembari mengeluarkan lirikan mata sinis yang agak masuk kedalam dan tersembunyi sedikit dibalik topi cowboy nya.
'Dia pasti bercanda.' keluh ku dalam hati, sembari mulai berjalan melewati nya dengan angkuh tanpa mempedulikan apa pun.

"Hei!" teriak seseorang yang pastinya bukan lelaki tua penggerutu tadi. Aku tak mempedulikan suara asing itu, yang pastinya aku sedang tidak ingin bermimpi buruk sekarang.

Derapan langkah ku serasa menggema diiringi derap langkah yang menemani langkahan ku. Serasa seperti bayangan ku sendiri mengikuti ku.
Ekor mata ku mulai memicing tipis, seraya diikuti gerakan perlahan dari leher ku untuk menengok ke belakang sedikit namun perlahan. Rasa penasaran merenggut jiwa ku, yang saat itu sedang dalam atmosfer penuh rasa penasaran namun takut.
Seketika aku pun berbalik sigap dan mendapati-- tak ada siapa pun.

'Jangan berpikir yang aneh- aneh, jangan berpikir yang aneh- aneh.' ucap ku berulang- ulang dalam hatiku irisku mencoba terfokus mencari- cari figur yang tak ku ketahui yang telah menghasilkan suara tersebut.

Dream Track Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang