PART 4

33 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya dikamar 401, aku lihat tubuh Ayahku sudah dikerumuni (?) para perawat dan dokter. Karena detak jantung yang sudah tidak terdeteksi alat, doter pun melakukan CPR pada ayah. Akupun mulai menangis melihat keadaan sosok yang harusnya amat kuhormati meskipun sekarang telah membuat hidupku berantakan seperti ini, tapi apa mau dikata, sosok itu tetaplah ayahku.

"Appaaaa......."

Tangisku pecah

.

Beruntung, dengan penanganan yang cepat dari para dokter dan perawat, detak jantung ayah kembali.

"Hye Jin, bisa ikut saya sebentar"

"Iya dok..."

Dokter yang merawat ayahku menjelaskan bahwa ayah harus segera dioperasi karena kondisi jantungnya semakin memburuk, sesaat aku hanya bisa terdiam dan entah harus berkata dan melakukan apa.

Sembari memegang tangan ayah yang dipasangi selang infus, aku menangis

"Appa, apa yang harus aku lakukan hiks?"

"darimana aku hiks bisa mendapatkan uang untuk operasi Ayah hiks?"

Tangisku kembali pecah diruangan tempat ayahku dirawat itu.

.

.

Aku berlari menuju satu rumah yang ada dipinggiran kota, yang aku tahu itu adalah rumah Bibiku. Berharap aku bisa meminjam uang darinya untuk pengobatan ayahku, namun apa yang aku dapat. Hanya cacian dan hinaan yang kuterima, mereka merasa ayahku telah mempermalukan nama baik keluarga karena hutangnya yang besar dan menyusahkan keluarganya. Akupun diusir dari rumah itu.

Sembari masih berusaha menggedor gerbang rumah bibiku, berharap ada secercah harapan yang dapat menggerakan hati bibiku untuk membantuku. Tapi apa daya, semua usahaku sia-sia..

Akupun berjalan menjauh sembari menangis dan tidak tahu harus berbuat apa...

Bulir-bulir air mataku yang terjatuh kini menyatu dengan tetesan hujan yang mulai turun cukup deras dan membasahi seluruh tubuhku.

Tanpa kupedulikan kondisi tubuhku yang sudah basah kuyup dan kedinginan, akupun berjalan menuju sebuah bangunan besar di tengah kota seoul.

Entah apa yang kupikirkan saat itu, tujuanku hanya satu. Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang untuk membayar biaya pengobatan ayahku.

.

.

Sesampainya disebuah pintu apartement Nomor 513, aku mulai memberanikan diri untuk membunyikan bel pintu itu. Dengan sedikit tenaga yang kukumpulkan dan tangan yang gemetar, ujung jari ku mulai menekan bel yang ada dihadapanku. Sedikit lama aku berdiri karena waktu sudah menunjukan pukul 11.00 malam dan aku yakin sang pemilik rumah pasti sudah tertidur. Setelah itu terdengar seseorang dari balik pintu yang berjalan untuk membuka pintu itu.

Cklek..

Pintu terbuka

.

Sesaat kemudian aku mengangkat kepalaku untuk melihat sang pemilik rumah, dan setelah pintu terbuka, mataku langsung tertuju pada mata indah sang pemilik rumah yang menatapku heran.. karena kedatanganku yang tiba-tiba dilarut malam, dan kondisiku yang basah kuyup kedinginan

Sungguh mengenaskan.

"Taehyung su-sunbae...




Tbc...

My PrisonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang