[28] ─ Pingsan

11.8K 628 15
                                    

❝Dia yang harusnya menjadi cahaya berganti menjadi gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia yang harusnya menjadi cahaya berganti menjadi gelap.

─────🎈─────

Jumat, 9 Juni 2017

Dhika memandangi sejenak layar ponselnya, banyak notifikasi chat yang masuk. Mungkin ada ratusan chat dari cewek yang mendekatinya telah ia anggur hanya demi menunggu notifikasi dari pacarnya. Setelah beberapa saat tidak ada satu pun notifikasi dari pacarnya, Dhika berdecak dan segera mematikan ponselnya.

Sejam yang lalu ia baru saja mengantar Lyn pulang ke mansion orangtuanya, sahabat kecilnya itu memang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya. Dhika juga sempat membawa Lyn berkeliling, gadis itu akan sangat cerewet jika kemauannya tidak dituruti.

Kakinya melangkah masuk ke dalam rumahnya, awalnya tidak ada yang begitu istimewa mengingat rumah ini begitu sepi kecuali suara grasak-grusuk yang berasal dari kamar Dian. Namun, kali ini tubuh Dhika terkesiap saat melihat televisi di ruang tengah hidup, ditonton oleh seorang pria paruh daya bersama adiknya yang bergelayut manja di lengan beliau.

"DHIKA KENAPA BARU PULANG JAM SEGINI?!"

Suara itu, astaga! Dhika terbengong melihat kedatangan seorang wanita dengan wajah galaknya dari arah dapur. Dhika melesat memeluk wanita itu dengan erat, "Kangen, ma.." ucap Dhika mengecup beberapa kali pelipis wanita yang paling ia cintai di muka bumi ini, mamanya, Ceryna.

Pelukan sang anak perlahan meredam rasa kesal Cery mengingat Dhika pulang larut malam, niat hati ingin memarahi namun bagai tertiup angin, Dhika berhasil meluluhkan perasaannya.

"Hei-hei bocah, ingat dia hak milikku"

Dhika memelet lidah pada papanya yang melayangkan tatapan tajam, "sirik aja. Udah tua masih ae cembokor" ejeknya

"Asal kamu tau, tua-tua begini masih sanggup bikin 10 anak" bangga beliau membuat Dhika dan Dian tawa terpingkal.

Cery memberi pelototan pada sang suami, "Van, bahasa kamu!"

"Itu fakta, darl. Biar dia tahu" ujar Devan-sang suami, sambil menunjuk ke arah Dhika dengan dagunya.

Cery mengaitkan lengan pada Dhika membawa anaknya ikut bergabung duduk di ruang tengah, "halah itu pasti kode kan pa!" ucap Dian disambut tertawa receh Devan.

"Yak, benar! Satu juta buat anda dipotong pajak 100%"

Baru saja Dhika duduk di bawah sofa, tepatnya di bawah Cery, ia melihat Cery menjitak keras kepala Devan. Ringisan lebay Devan berhasil membuat Dian dan Dhika tertawa.

"Kamu kira ngelahirin anak segampang balikin telapak tangan, hah"

Melihat perdebatan kecil kedua orangtuanya ditambah celetukkan Dian yang senang mengompori keadaan membuat perasaan bahagia membucah dalam diri Dhika. Dhika jadi tersenyum geli saat mengingat pertengkaran orangtuanya mirip dengan pertengkarannya bersama Echa.

The Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang