Surat -3-

18 1 0
                                    


.
.
.

#-#-#

Anakku...

Maaf, maafkan aku.

Mungkin kau berpikir, betapa buruknya aku sebagai orang tuamu. Mungkin kau berpikir betapa lemahnya aku yang tak bisa memberi pembelaan untukmu. Mungkin kau berpikir betapa tak bergunanya aku karena selalu bergantung padamu. Akan tetapi, apakah kau tahu bahwa aku memang tak bisa menjauh darimu?

Anakku... Maafkan aku yang menjadi orang paling egois yang pernah kau lihat dan temui. Maaf jika aku selalu memaksakan kehendakku padamu. Kupikir, itu akan baik untukmu, tanpa tahu bahwa bebanmu semakin berat di pundak kecilmu.

Aku tahu keengganan yang kau tutupi dengan diam. Meskipun berat untukmu, kau selalu melakukan apa yang kuperintahkan. Sedang aku terus saja tak merasa puas dengan segala kemampuanmu untuk membuatku berbangga memilikimu. Maafkan aku...

Anakku... Maaf, maafkan aku. Mungkin aku akan terus mengulang kata itu, hanya untukmu. Maaf karena tak tahu menahu tentang bebanmu. Maaf karena tak mengerti perasaanmu. Maaf karena membuatmu merasakan kesedihan selama bersamaku. Kau tahu? Aku mengingat masa-masa di mana kau belajar berbicara, memulai langkah kakimu pertama kali. Dan semuanya membuatku merasa menjadi orang yang paling bahagia. Namun, saat kau beranjak tumbuh, aku lalai. Memaksamu untuk mengikuti kemauanku, menambah jam belajar, melarangmu dan bahkan memotong jam bermainmu. Memeras otakmu dan memerintahmu menunjukkan prestasi yang bisa kudengungkan ke telinga orang-orang di sekelilingku. Tanpa tahu kau berubah menjadi bom waktu karena egoku.

Kau benar, seharusnya aku melindungimu. Menyayangimu dan tahu rasa sakit milikmu. Tapi harga diriku dan obsesiku akan kehormatan membuatku lupa diri, dan malah mengorbankan dirimu.

Apakah kau menerima maafku, Anakku? Atau apakah kau akan berpaling dariku, dan berucap bahwa kau membenciku? Entahlah, aku tidak tahu. Yang aku tahu sekarang aku tidak ingin kau pergi, aku tidak ingin kau membenciku, dan aku hanya bisa berharap maaf darimu.

Anakku... Maaf.

.
.
.

#-#-#

.
.
.

- Rhinearana -

Letters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang