Surat -6-

11 1 0
                                    


.
.
.

#-#-#

Untuk seseorang yang duduk bersamaku sekarang...

Maafkan aku yang menjadi pengecut hingga harus memberi sepucuk surat meskipun kita tengah duduk berhadapan sekarang. Tapi sungguh, jika aku terus berusaha mencoba mengatakannya, aku khawatir jika mungkin kau tidak akan pernah tahu perasaanku.

Aku menyayangimu, sepenuh hati-tunggu, jangan mengangkat wajahmu dan melihatku, aku benar-benar malu sekarang-. Aku mencintaimu. Dan aku berharap kau memiliki perasaan yang sama denganku.

Ah, itu hanya harapanku, terserah padamu jika perasaan kita berbeda. Aku tak mungkin memaksakan kehendakku padamu. Apa hakku? Aku hanya ingin kau tahu, bahwa perasaanku tulus untukmu.

Aku yakin kau pasti tertawa membaca surat ini. Bagaimana tidak, di saat semua orang berlomba-lomba untuk mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan dengan penonton dadakan yang memberikan sorakan semangat padanya, aku lebih memilih gaya kuno dengan secarik kertas hanya karena aku merasa malu berterus terang. Aku konyol bukan?

Tapi apa yang kukatakan benar adanya. Aku menyayangimu, sejak dulu. Entah kau menyadarinya atau pura-pura tidak tahu tentang perasaanku. Aku akan menunggu jawabanmu, dan kau harus menjawabnya entah sehari, dua hari, atau beberapa minggu lagi. Aku akan menunggu, dan tidak akan memaksamu.

Jadi, bagaimana jawabanmu? Apakah kau akan menjawabnya sekarang-karena aku tengah berada di depanmu-, ataukah kau akan mengabaikan perasaanku?

.
.
.

#-#-#

.
.
.

- Rhinearana -

Letters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang