Perjalanan Itu Bernama "Hijrah"

2.6K 114 3
                                    

Perjalanan Itu Bernama "Hijrah"

🌾🌾🌾

"Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrag kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An-Nisaa' : 100)

Sudah lama ingin menuliskan kisah hijrah ini, tapi entah mengapa baru dapat saya sampaikan..

Semenjak SMA saya suka heran dengan mba-mba Rohis yang jilbabnya lebar, dan setiap bertemu saya, selalu menjabat tangan dan cipika-cipiki, padahal saya tidak mengenal mereka.

Lalu saya berkaca, "Kenapa ya mba-mba itu?"

Padahal jilbab saya nggak selebar mereka.

Saya tidak paham bahwa itulah sebaik-baiknya pakaian muslimah.

Pemahaman agama saya teramat sangat lemah, meski saat itu sekolah memfasilitasi taklim pekanan.

Selang waktu berlalu, takdir Allah ternyata mengizinkan saya untuk tinggal dan menuntut ilmu di belahan bumi-Nya yang lain.

Suatu negara dimana muslim menjadi hal yang tabu bagi mereka.

Suatu kota yang hanya saya beragama Islam.

Tidak ada masjid, tidak ada adzan, apalagi perempuan yang berhijab.

Dari situ sebenarnya sudah ada keinginan untuk berhijab lebar, karena qadarullaah, justru kedekatan pada Allah sangat terasa ketika saya menjadi sosok yang single fighter di negeri orang.

Segala keluh kesah hanya bermuara pada Allah dan air mata.

Namun, apalah daya, seumuran anak SMA seperti saya kala itu, sendirian dan tidak punya pemahaman yang mantap tentang Islam dan pakaian muslimah, akhirnya niatan berhijab lebar pun hanya sekedar niatan semu.

Dulu saya tidak paham apa itu berhijab syar'i, yang hanya saya tau muslimah itu diwajibkan menutup aurat.

Meskipun begitu, saya sempat berpikir, andaikan kala itu saya lebih lama lagi di negeri orang, pasti saya sudah berhijab lebar.

Karena saya melihat kedamaian di wajah muslimah yang berhijab lebar dan rapi.

Terlebih lagi waktu itu sedang booming film Ketika Cinta Bertasbih, dimana pemain utamanya mayoritas berlatar belakang pendidikan yang syar'i dan mengenakan pakaian kehormatan bagi muslimah.

Walau niat untuk berhijab lebar kala itu tidak terealisasi sempurna, tidak sekalipun saya ingin menanggalkan hijab saya meski banyak yang bertanya, "Buat apa dipakai di sini, kan kamu bukan di Indonesia?", "Apakah setiap saat kamu harus mengenakannya?", "Kalau mandi dicopot nggak?"

Haha..

Saya tau akhirnya, menurut mereka jilbab ini hanya kebudayaan, bukan bagian yang melekat dari agama seseorang.

Beberapa waktu berlalu dan kembalilah saya ke pangkuan Ibu Pertiwi, dan masih mengenakan jilbab yang "yaaah yang penting nutupin kepada dan leher laah".

Namun terkadang kenyataannya, berada di negeri yang membebaskan seorang muslimah berhijab sesuai syariat malah melalaikan saya untuk taat kepada-Nya.

Hingga akhirnya di tahun 2013, tepatnya tanggal 7 Oktober, pagi itu saya ingin pergi kuliah dengan hijab syar'i.

Bismillaah...

Hijrah, Yuk! (Inspirasi Hijrah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang