Karena janjinya kepada Mamahnya, setelah pulang kerja sekitar 15 menit yang lalu. Eira bersama mobilnya menuju ke toko kue langganan keluarganya.
Toko kue ini milik orang tua Anggina. Lebih tepatnya Tante Katya, ibu dari Anggina. Sudah lama sekali beliau merintis usahanya mulai dari nol sampai usahanya terkenal seperti saat ini.
Design tokonya seperti cafe, terkadang jika hari libur atau sepulang kerja Eira dan Anggina menghabiskan waktu mereka di sini.
Sambil menunggu pesanan, Eira duduk di sofa berwarna pastel disudut cafe. Sambil melihat-lihat hanphonenya, menatap notifikasi walau memang tidak ada chat yang masuk. Faktor dari kejombloannya...
Untuk menghilangkan rasa jenuhnya, ia memainkan hpnya. Membuka aplikasi instagram, membuka facebook, atau melihat video di youtube. Iya. Pesanan yang ia pesan cukup banyak, jadi dirinya harus menunggu sedikit lama.
"Eira,"
Merasa namanya dipanggil, ia menengok ke sumber suara.
"Eh, Ka Genta?" Entah perasaan apa yang dia rasa sekarang. Yang jelas dia gembira maupun terkejut.
Sosok Genta Prayoga Ardi, ketua OSIS di SMA nya dulu. Muncul lagi di depan nya. Sosok yang ia kagumi semasa SMP dan SMA ini berhasil lagi membuat dirinya ingin berteriak kegirangan.
Dari kelas tujuh hingga kelas dua belas, Eira selalu menggagumi Genta, dengan sifat tanggung jawabnya, disiplinnya, kerendahan hatinya, kehangatannya, dan satu lagi labelnya yaitu, Pangeran Dingin. Bisa dibayangkan, betapa beruntungnya Eira bisa dekat dengan sosok dingin seperti Genta.
Dingin yang dulu menjadi kesan pertama ketika bertemu. Sekarang ia rindukan. Sudah lama sekali mereka tidak berkomunikasi.
"Ra?" Suara Genta berhasil membuyarkan lamunannya.
"Eh, Kak apa kabar?" Ia harus segera menyusun topik-topik pembicaraan. Jika tidak, suasana garing yang nantinya terasa.
"Baik, kamu gimana? Udah kerja? Gak di suruh duduk nih?" Matanya mengarah ke sofa.
"Eh...iya lupa, hayu duduk!"
Genta pun duduk di seberang Eira.
"Kerja dimana sekarang?"
"Aku sekarang kerja di perhotelan, kak."
"Wahh. Menarik, yah?" Intonasi dari kalimat yang dikeluarkan oleh Genta berhasil membuat Eira melongo.
"Ini Genta Prayoga Ardi kan? Yang dingin itu? Ketua OSIS dulu di SMA Sinar Bangsa, kan?"
"Iya.. Kakak itu Kak Genta. Tapi bukan Genta yang dingin kayak dulu."
"Tuntutan pekerjaan kakak mengharuskan kakak gak boleh jadi orang cuek, katanya kalo cuek gak dapet uang." Lanjut Genta.
"Ngakak plus garing, kak." Ucap Eira masih melongo.
"Kak, minta no hpnya, yah? Eira masih mau ngomong sama kakak. Ini hape Eira, Eira mau ngambil pesanan dulu." Dengan percaya dirinya, Eira memberikan handphone-nya kepada Genta.
Setelah menerima pesanannya Eira pamit dengan Genta dan menuju ke rumahnya. Tak lupa ia meminta kembali hpnya.
-------
Cittt
Duk
Kepala Eira terantuk dengan setir mobilnya. Perasaan takut sekaligus kaget secara langsung menyelimutinya.
Oh Tuhan, ada apa ini?
Ucapnya dalam hati. Ia sedang enak-enak menyetir. Tiba-tiba ada mobil yang menabraknya, apa tidak liat jika ada lampu merah?
Ia meminggirkan mobilnya ke sisi jalan. Ia bernafas lega ketika mobil yang menabraknya juga ikut memarkirkan mobilnya.
"Mbak, maaf saya sudah menabrak mobil, mbak.." Permintaan dari seorang supir itu membuat hati Eira yang tulus terenyuh.
"Enggak papa, Pak. Rusaknya cuman dikit kok, lain kali hati-hati yah, Pak.."
Tiba-tiba keluarlah dari dalam mobil si penabrak, seorang pria.
Eira terkejut melihat penampakan di depannya. Pak Erlos?
"Pak?" Sapa Eira.
"Mang Adeh, masuk aja ke mobil, biar saya yang urus." Ucap Erlos dingin tapi ramah.
"Buat kamu,"
Erlos merogoh beberapa peser uang dari dompetnya dan menyodorkan uang.
"Saya tidak mau lari dari tanggung jawab." Ucapnya lebih dingin daritadi tanpa seutas senyuman.
Benar-benar dingin membuat wanita di depannya ini, merinding ketakutan.
Tanpa berfikir panjang Eira menerima uang tersebut.
"Maaf bapak tapi ini keba-" Belum selesai ia berbicara mobil itu sudah berlalu.
"Itu manusia apa kulkas?! Dibilang manusia? kaya kulkas, dibilang kulkas? bisa jalan!" kesalnya.
Akhirnya tidak mau berlama-lama, iapun langsung segera menuju rumah. Pasti mamah dan papi nya sudah menunggu dirumah.
*****
Terima kasih hahaha buat semuanya..
Udah baca cerita yang udah sekian lama di draf dan kesampaian akhirnya di publish..Di luar ekspetasi
Seperti hal nya yang lain,
AKU MINTA KOMEN BUAT CERITA AKU KALI INI YAHH....
TULIS DI KOLOM KOMENTAR
CERITANYA PENGEN TAU SIAPA SIH YANG BACA CERITA INI...
JAN LUPA..

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukti
RomansaTerkadang apa yang berasal dari sebuah melodi, munculah sebuah rangkaian kisah. Selamat membaca. ***** "Eira," Mendengar suaranya memanggil namaku, membuat aku merasa spesial dimatanya. Sesimpel itu mencintainya. Jangan sebut aku murahan. "Aku menci...