Jam menunjukan pukul 19.00 malam.
Minkyung melirik kearah kanan-dan kiri, menunggu kehadiran Wonwoo yang ia tunggu hampir 30 menit lamanya."Minkyung? Maaf aku baru datang ya, tadi macet banget." Ucap Wonwoo mengagetkan Minkyung. Sambil tersenyum, Wonwoo menarik kursi putih di hadapannya.
"Iya kak, gapapa kok. Belum lama juga," Jawab Minkyung canggung. Karna jujur saja baru pertama kali ini ia berinteraksi sedekat ini dengan Wonwoo.
"Jadi? kamu mau bahas soal apa?"
"Soal kak Mingyu." Jawab Minkyung sedikit lesuh,
"Dia kenapa?"
"Kak Mingyu, sebenarnya dia masih pengen kakak balik sama dia. Cuma ya, rasa kecewa dia lebih mendominasi. Dia selalu aja rusakin barang-barang dia , atau sakitin tubuhnya dia sendiri."
Wonwoo fokus mendengarkan setiap kalimat dari Minkyung,
"Kaka masih mau balik kan kak? Aku ga sanggup kalau liat Kak Mingyu terus-terusan sedih. Karna gimanapun juga, Kak Mingyu satu-satunya orang yang pernah selamatin nyawa Ayah aku."
Minkyung menunduk, suaranya bergetar, mencoba untuk menahan air mata yang siap untuk jatuh.
"Kakak harus bicara 4 mata dulu sama dia ya, dek. Harus tau dari pihak dia juga, Kakak mau ketemu sama dia. Tapi gatau kapan.."
Minkyung mengangguk. Sebenarnya ia ingin menanyakan masalah dari pihak Wonwoo. Karna ia sudah mendengarkan penjelasan dari pihak Mingyu. Tapi, ia urungkan. Lebih baik Wonwoo sendiri yang menyelesaikan nya, takut-takut nanti ada kesalah pahaman lagi.
"Kalau besok, kaka bisa?"
"Aku bisa. Tapi malam, sehabis mata kuliah ku selesai, gapapa?"
"Gapapa kak."
Minkyung tersenyum sangat manis pada Wonwoo. Dan Wonwoo akui, itu senyuman termanis yang pernah ia lihat. Seandainya ia bukan seorang gay, ia pasti akan mengejar-ngejar Minkyung untuk menjadi kekasihnya.
"Wonwoo?"
Wonwoo menoleh. Matanya membola saat mendapatkan Seungcheol juga ada di Restaurant Seafood ini. Wonwoo yakin, pasti Seungcheol mengenal Minkyung.
"Eh? Kak cheol.. udah lama gak ketemu," Sapa Minkyung sangat ramah pada Seungcheol.
"Minkyung? Hehe iya." Jawab seungcheol seadanya.
Wonwoo tak bisa bergerak dari tempatnya, sangat takut untuk melihat muka seungcheol.
"Won? ikut bersama ku sebentar,"
Wonwoo mengangguk. Lalu berpamitan pada Minkyung.
××××
"Sudah ku bilang Stop untuk menemui atau berhubungan dengan keluarga Kim sialan itu, jalang!" Seungcheol menarik rambut Wonwoo kuat.Membuat Wonwoo sedikit memekik kesakitan. Menahan air matanya yang akan keluar dari kelopak matanya,
"Masih saja berani dengan ku? Kau pikir ancaman ku itu hanya gurauan ?! "
Wonwoo memejamkan matanya rapat-rapat. Menutup mulutnya agar berenti mengeluh sakit.
"Sudah berani berbohong? Kau mau ayah dan ibumu ku buat mati?!"
"....."
"Jawab jalang sialan!" Seungcheol semakin menarik rambut Wonwoo.
"T——tidak. Jangan, maafkan aku." Jawab Wonwoo lemah.
"Jangan berani lagi kau berhubungan dengan dia!"
Wonwoo mengangguk. Seungcheol menariknya kedalam kamar membuka seluruh pakaian yang ada di tubuh Wonwoo.
"Malam ini kau kuhukum. Cukup mendesah, dan nikmati permainan yang aku berikan. Stop mendesahkan nama Mingyu, karna aku ini Choi Seungcheol. Bukan Kim Mingyu! Paham?"
"I-iya."
"Ah ya satu lagi, karna kau melanggar setiap perjanjian yang kita buat. Keluarga Mingyu tetap akan kubunuh."
Hancur. Itulah yang Wonwoo rasakan, tidak ada yang bisa mempertahankan keluarga Mingyu lagi. Semua ini karna kesalahan Wonwoo. Pikirnya, Wonwoo benar-benar lemas. Tidak bisa pergi, bahkan menolak. Untuk melapor kepolisi saja dirinya sudah menciut. Tidak ingin korban kekerasan Seungcheol semakin banyak hanya karna kesalahannya.
sudah di publish guys! ayo mampir:) oiya, FF ini aku rubah judulnya ya. jadi
PAIN. :)
vote + komen jangan lupa!
YOU ARE READING
ii. pain. (MEANIE)
Random" aint nobody hurt you like i hurt you, but aint nobody love you like i do" ⚠BXB - © Kang Kathleén.