7. Sang Penolong (Part 2)

4K 270 109
                                    

Terhitung, sudah dua hari Naruto tinggal di apartemen kekasihnya. Melakukan aktivitas panas sampai lupa waktu, bahkan membuat Haruno Sakura sedikit kesulitan berjalan.

Akan tetapi, ketiadaan Naruto justru berpengaruh baik pada Hinata.

Gadis manis berusia 16 tahun itu kembali bebas menikmati hidup, tanpa perlu lagi merasa takut akan ancaman dan pelecehan Naruto.

Masih jelas betul diingatan ketika dua hari yang lalu, tepatnya di pagi setelah aksi barbar Naruto, Hinata dibangunkan oleh jeritan Kushina yang terkejut melihat isi kamarnya.

Ibu baru itu memekik histeris, dan mendekatinya hanya untuk meneliti setiap jengkal tubuh Hinata yang mungkin terdapat luka karena serpihan pecahan kaca.

Dan memang benar luka itu ada, ditambah beberapa memar kemerahan hasil karya gemilang bibir merah kecoklatan Naruto.

Tak heran jika Kushina semakin panik hingga ia memaksa Hiashi membawa Hinata ke rumah sakit, untuk melakukan visum atau apapun yang berhubungan dengan pengobatan.

Namun sayang, niat baik Kushina ditolak halus oleh Hinata.

Gadis itu malah merangkai alasan palsu, bahwa dirinya terpeleset di kamar mandi, dan menabrak pintu kaca hingga pecah.

Dan soal isi kamarnya yang berantakan, Hinata mengakui jika itu perbuatannya ketika kelimpungan mencari kotak P3K.

Mengingat sifat Hinata yang tidak suka berbohong, Hyuuga Hiashi tentu menelan bulat-bulat segala dusta yang susah payah dirangkai putrinya semalaman.

Namun agaknya, Kushina yang memang sedari dulu mengidamkan seorang putri, 85% masih meragukan ucapan Hinata.

Ia menemukan beberapa keganjilan, semisal pecahan kaca yang harusnya lebih banyak berada di luar kamar mandi, malah sebagian besar ada di sisi lainnya.

Dan itu, sangat tak sebanding dengan pengakuan Hinata yang mengatakan bahwa dirinya terpeleset dan menubruk pintu dari arah dalam.

"Jadi, Sayang .... Ingin menceritakan sesuatu pada Ibu? Hem?"

Membelai lembut surai indigo Hinata, Kushina mengambil tempat di tepi ranjang. Iris matanya tak lepas mengawasi ekspresi wajah sang putri tiri. Ia tahu, bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Hinata.

Menaruh buku tulis dan sebuah bolpoin di atas pangkuan sang gadis, Khusina berharap mendapat jawaban apapun berupa tulisan.

"Pakai buku ini," serunya. "Ibu tau ada yang kau sembunyikan."

Hinata melirik alat tulis dipangkuannya, dan beralih pandang menatap Kushina.

Wanita yang kini menyandang status sebagai ibunya itu, sedikit banyak telah berhasil membobol tembok kesendirian yang selama ini Hinata bangun.

Jika saja Naruto memperlakukannya dengan baik layaknya sikap seorang kakak pada adik, maka kesedihan karena cemoohan publik akan teralihkan oleh kebaikan Naruto pun Kushina.

Dan sungguh, kasih sayang seperti inilah yang selama ini Hinata butuhkan.

Ia merindukan, perhatian keluarga.

.

.

.

.

.

Naruto POV

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang