ㄴ 1 ㄱ

299 59 29
                                    

"The only thing more incredible than your smile is when you smile back to me."



Pagi ini cuaca di Seoul sedang dingin-dinginnya. Perkiraan cuaca di televisi menyebutkan bahwa masyarakat agar berhati-hati ketika keluar rumah dikarenakan angin yang berhembus kencang.

Jam yang berdentang menunjukkan pukul 9 tepat. Tidak seperti orang kebanyakan yang masih bergelung diatas tempat tidur, Ong Seongwu sudah siap dengan pakaian musim gugurnya dan sedang berkutat didapur dengan tepung dan peralatan masak.

"Ck! Mengapa aku bisa telat bangun sih? Aku bahkan tidur jam 9 kemarin. Ah menyebalkan!" Gerutuan terdengar sayup diantara bunyi perkakas dapur.

Namanya Ong Seongwu, 22 tahun, mahasiswa semester akhir disebuah Universitas ternama di Seoul. Termasuk orang yang ramah pada siapapun. Sekali lihat pun, orang akan mengatakan bahwa wajahnya diatas rata-rata. Tetapi Ong Seongwoo selalu menyangkal hal tersebut. Ia berkata wajahnya tidak ada apa-apanya dan termasuk wajah standar orang Korea pada umumnya.

Ya. Tolong iyakan saja. Berdebat dengan Ong Seongwu seputar wajahnya tidak ada guna. Mau kau berkata wajahnya serupawan Dewa Zeus pun, ia tidak akan percaya. Padahal kalimat barusan tidak ada salahnya. Walaupun dibanding Dewa Zeus, ia sebaiknya disamakan dengan Dewi Aphrodite.

Cinta dan kecantikan. Ya memangnya siapa yang tidak akan jatuh cinta pada Seongwoo? Ia tampanㅡatau cantikㅡ, memiliki selera humor yang disukai semua orang, ramah, dan pintar, bahkan semua kata baik tidak akan cukup menggambarkannya. Tapi hanya satu kekurangannya, ia tidak percaya diri.

Deringan telfon diatas meja makan membuat laki-laki yang sedang menuangkan sirup maple diatas pancake-nya tersentak kaget.

Dengan cepat Seongwoo mengambil benda persegi tersebut; menggeser ikon berwarna hijau dan menempelkan benda tersebut di telinga kanannya.

"Ya?"

"Kau dimana?

"Masih dirumah. Aku terlambat bangun."

"Mau ku jemput? Aku diantar Hyunbin."

"Sebaiknya tidak. Aku akan mengganggu kalian."

"Omong kosong. Hyunbin bahkan terlihat senang ketika aku menawarimu tumpangan."

"Baiklah. Ketuk saja pintu ketika sudah sampai. Aku masih sarapan."

"Ya. Sampai nanti."

Dengan tergesa Seongwu menghabiskan pancake yang dibuatnya barusan. Ia ingin siap sebelum Minhyunㅡyang barusan menelponㅡ datang.

Yang baru saja menelpon adalah Hwang Minhyun. Sahabatnya yang ia kenal dari awal perkuliahan dan seseorang yang mengetahui sisi terlemahnya.

Tepat ketika Seongwu hendak mendudukkan diri ke sofa ruang tengah, pintu rumahnya terketuk.

"Ya! Sebentar!" Teriak Seongwu sembari berjalan cepat menuju pintu dan membukanya.

Ketika Seongwu membuka pintu, saat itu juga badannya ditubruk oleh sebuah pelukan.

"Ugh! Kau berat, hyun." Ujar Seongwu sembari menepuk punggung yang memeluknya.

"Aku kangen~" Rengek Minhyun kecil.

Seongwu merotasikan bola matanya, "Jangan berlebihan Hwang Minhyun. Kita bahkan bertemu kemarin." Ucap Seongwu.

Sementara Hyunbinㅡkekasih Minhyunㅡ hanya terkekeh gemas melihat tingkah clingy pacarnya.

Dengan pelan Hyunbin menarik lengan Minhyun dan merangkul bahunya.

"Seongwu-hyung akan semakin kurus jika terus kau peluk seperti itu, sayang." Ucap Hyunbin sembari mengelus lengan prianya.

audentes | ongniel;nielongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang