•dyfs 25•

26 6 6
                                    

Do You Feel Same?

Sampai hari ini, entah apa alasannya, aku masih terus menghitung akan sampai seberapa lama kebersamaan kita.

***

Sudah sejak dua jam lalu sang fajar kembali menyembunyikan dirinya dan kini cahaya pun telah tergantikan oleh sinar sang rembulan ditemani ribuan bintang.

Allea dan Gio menikmati malam mereka di balkon kamar gadis itu. Allea memang meminta Gio untuk menginap karna orangtua dan kakaknya sedang ke Surabaya karena ada saudaranya yang sakit.

Untung saja orangtuanya membolehkan Gio menginap. Bukan apa-apa, tapi kalau tidak boleh itu akan membuatnya seperti orang gila dikejar satpol PP.

"Gio,"

Yang dipanggil pun menoleh. "Ya?"

"Kamu tau apa tempat yang lebih nyaman dari kasur buat aku?" tanyanya.

"Kamu?" ulang Gio. Ia tidak salah dengar bukan? Allea memang menggunakan aku-kamu tadi. Dan itu pun tiba-tiba.

"Iya kamu. Pengen aja." jawab Allea santai.

Gio mengangguk.

"Jadi apa?" tanya Allea lagi.

Gio mengedikkan bahunya."Mana aku tahu,"

"Sandaran di bahu kamu, kaya gini." Allea menyandarkan kepalanya di bagi kanan Gio dengan pandangannya ke arah cowok itu.

Gio tersenyum, begitu juga Allea.

Bolehkan malam ini jadi malam terindah dari 17 tahun malam yang pernah Gio ataupun Allea lewati?

Ribuan bintang saja mungkin mengerti betapa bahagianya mereka berdua.

"Al?"

"Ya?"

"Apa jadinya kalau tiba-tiba gue ilang tanpa kabar dan setelah lo nemuin gue, ternyata gue emang berniat ninggalin lo?"

"Nampar bolak-balik." jawab Allea enteng.

"Gue serius, Nona Fernando."

"Oke oke. Melihat, tersenyum, kemudian meninggalkan. Mengikuti alur yang udah Tuhan buat. Berjalan tanpa melihat ke belakang. Belajar dari masa lalu,"

"Intinya jangan menggenggam terlalu erat kalau nggak mau ngerasain sakit." jawab Allea yakin.

Masa lalunya bukan hal buruk. Melainkan pengalaman yang memberi warna lain dalam hidupnya juga pelajaran baginya.

"Yakin?" tanya Gio memastikan.

Allea mengangguk. "Yakin."

"Tapi... Gue akan berusaha supaya lo gak merasakan sakit itu lagi. Tanpa kita sadari kadang cinta itu bagai kekuatan tersembunyi. Dia bisa menguatkan kita, tanpa kita minta."

Gio mengusap lembut puncak kepala Allea. Tapi... Tak lama, tanpa rasa bersalah Gio dengan santainya mencubit pipi gadis itu.

"Aduh!" ringis Allea seraya menepuk kepala Gio.

"Sakit Gio!"

"Bodo amat," balas Gio sambil menjulurkan lidahnya.

Entah dengan sengaja atau tidak, Allea menginjak kaki Gio. Dan sontak saja membuat cowok itu meringis kesakitan. Bagaimana tidak? Ibu jari kakinya yang diinjak!

Untung sayang. Coba kalau tidak, sudah lama Allea dijadikan sop olehnya.

"Sakit bego."

"Enggak sengaja!" Allea mencoba membela dirinya.

Gio mendelik kemudian menggendong Allea ala bridal style. Allea pun tak segan-segan memukul kepala cowok itu.

Coy! Kaget ogeb!

"Gak bakal ada maaf sebelum... Lo atau kamu, Al?"

Allea menepuk jidatnya. Sabar. Memang dasarnya Gio itu sedikit gak jelas. Jadi kalau Allea sabar pasti disayang Gio.

Eh.

Gapapa lah.

"Terserah lah," jawab cewek itu.

"Aku-kamuan aja deh. Biar serasa pacaran beneran. Iya kan?" Gio menaik turunkan kedua alisnya dengan senyumnya yang tengil.

"Nurut."

"Oke gue ulang. Gak bakal ada maaf sebelum kamu tidur," ulang Gio tapi diakhir kalimat ia justru tertawa sendiri.

"Eh salah. Aku." sambung cowok itu dengan kikuk.

Sedikit aneh.

Atau memang aneh?

Tuhan berikan kesabaran yang lebih.

"Yaudah sih. Kamu keluar," usir Allea.

Keduanya jadi geli sendiri menggunakan aku-kamu. Rasanya senang senang risih aneh gimana gitu.

Ya maklum.

"Nungguin kamu dulu sampe di alam fantasi. Gak bakal aneh-aneh. Tenang aja,"

Allea mengerucutkan bibirnya.

Plis. Dia bukan lagi bocah lima tahun yang perlu ditemani saat tidur, dibacakan dongeng, atau semacamnya.

Sebocah lima tahun kah dia?

"Terserah," ujarnya sebelum membalikkan badan memunggungi Gio.

"Udah buruan tidur," Gio mengelus rambut Allea dengan lembut.

Kurang dari lima belas menit kemudian, Allea sudah tertidur. Gio tersenyum.

Tidur saja cewek itu masih tetap terlihat cantik.

Subhanallah. Nikmat Tuhan mana yang kau dusatakan?

Gio memiringkan kepalanya, berpikir sejenak.

"Lucu deh pake 'aku-kamu' an," kekehnya.

Tangannya beralih menaikkan selimut yang dipakai Allea sampai sebatas dagu.

Malam yang indah.

***

Masih ada yang minat baca kan? (':

Sorry telat update terussss )))):

Vomment dumsss (:

Do You Feel Same?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang