Mengandung kata-kata kasar dan umpatan yang mungkin kelewat batas. Jika tidak nyaman, silakan tidak perlu dibaca.
"Hold my hand, please."
-------
"Si goblok itu cari mati?"
Hampir seluruh kelas itu diam saat melihat Alvian marah. Bukan hal tidak jelas Alvian marah. Sebenarnya cowok itu adalah tipe sahabat sejati. Maksudnya solidaritas tanpa batas. Namun kalau sudah marah, cowok itu bahkan lebih menyeramkan daripada guru BK.
"Maaf, Al. Gu—gue tau kalo lo ni—nitip makanan di ka—kantin. Ta—tapi duitnya malah dirampas Wi—Wira." Erik, berkata dengan gugup. Mati dia kalau bikin Alvian marah. Bukan, Alvian bukan menyuruhnya layak budak. Seluruh kelas tahu kalau Erik bukanlah berasal dari keluarga yang kaya. Keluarga Erik sederhana namun Erik butuh uang lebih untuk mencukupi kebutuhannya seperti jajan dan tugas. Erik pun membuka jasa menjadi orang yang siap ke kantin dengan bayaran upah lima ribu untuk tiap orang. Lumayan juga kan menambah uang.
Tapi kali ini, pertama kalinya Alvian menyuruhnya dengan membelikan siomay dan es teh manis dengan upah Rp. 50.000,-
Uangnya lumayan banget buat nambah jajan Erik semingguan ini. Namun malangnya, ada cowok sok jagoan dari kelas sebelah bernama Wira yang malah merampas uang Alvian yang diberikan kepada Erik. Padahal biasanya Wira tidak pernah melakukan itu kepada Erik.
"Anjing!" umpat Alvian kasar. "Gue gak mau tau, lo ke kelas Wira dan ambil duit gue," perintah Alvian dengan wajah gahar. "Kalo dia sampe nyentuh elo, dia yang bakalan mati di tangan gue!"
Erik ciut. Sama saja keluar dari kandang ular dan masuk ke kandang singa. Sama-sama mati.
"Kok diem?" Alvian membentak. "Udah sana ambil duit gue, tolol!"
Erik berbalik, tubuhnya lemas. Kenapa harus begini jadinya. Kaki Erik gemetar. Doa-doa sudah dirapalkannya namun belum ada keajaiban yang terjadi.
Menit berikutnya, sebelum Erik melangkah keluar dari pintu kelas, seseorang ingin masuk ke dalam kelasnya. Erik mendongak, wajahnya semakin pucat dan kakinya semakin gemetar. Mimpi apa semalam ia harus berhadapan dengan Wira, Alvian, dan juga Carissa?
Erik minggir, membiarkan Carissa berjalan masuk ke dalam kelasnya. Namun Carissa tidak melewatinya melainkan melemparkan uang Rp. 50.000,- kepada Erik.
"Nih duit yang tadi Wira ambil dari elo." Carissa berkata sinis. "Orang dimana-mana punya sifat baik, rajin, ramah. Lah lo punya sifat kok bego?"
Erik mengambil uang Rp. 50.000,- itu dan melirik Alvian yang terdiam. Mata Alvian memandang Carissa tanpa malu. Sementara Carissa ikut melirik Alvian.
Seisi kelas makin hening. Semua orang tahu kalau Alvian dan Carissa memiliki hubungan. Namun hubungan mereka bukan sepasang pacar. Itu jauh lebih dalam. Namun selama ini tidak ada bukti kedekatan mereka. Hanya hal-hal kecil yang manis yang tidak bisa dipikirkan oleh nalar.
Carissa berdehem menetralkan degup jantungnya. Ia pun tanpa pamit meninggalkan kelas yang masih hening.
Alvian mengerjapkan matanya kemudian tersadar. Ia berjalan cepat keluar kelas untuk menyusul Carissa.
"Carissa!"
Hanya suara Alvian yang memenuhi koridor. Dimana pun kedua sejoli itu berada, mereka selalu bisa membuat orang-orang menahan nafas dan jantung berdegup kencang.
Carissa berbalik. "Apa?" sahut Carissa usai menahan degup jantungnya.
"Hari ini—" Alvian terpana memandang wajah Carissa. "—lo cantik."
*****
Carissa mencuci wajahnya dengan air keran westafel. Wajahnya panas akibat pujian yang padahal setiap hari Alvian ucapkan padanya. Efeknya masih sama: wajah panas, bibir gemetar, kepala pusing, dan jantung berdegup kencang. Dan Carissa masih menyukai efeknya.
"Yailah, si Rissa senyum-senyum. Mau gila gue rasa."
Carissa mematikan keran westafel dan memandang Maureen dan Rachel—sahabatnya sejak jaman SMP. "Bagi tisu dong," pinta Carissa.
Maureen yang terbiasa membawa tisu kemana-mana, langsung memberikannya kepada Carissa. "Muka lo kayak kepiting. Merah semua," cibir Rachel.
Carissa memanyunkan bibirnya. "Iri aja lo, Nyet," balas Carissa memberikan sebungkus tisu itu kepada Maureen yang langsung menerimanya. "Gue malu banget, anjing."
"Malu kenapa dah, Ris?" tanya Maureen bingung. "Kan emang tiap hari si Alvian selalu bilang lo cantik," tambahnya.
Rachel mengangguk membenarkan. "Itu mah si goblok ini aja yang hiperaktif depan cowok ganteng," cibir Rachel yang langsung dipelototi Carissa.
"Gue gak hiper!" tukas Carissa. "Semua orang selalu puji gue cantik tapi gak ada yang semanis dia," kata Carissa dengan pelan.
Rachel mencebikkan bibirnya sementara Maureen mengangguk-angguk.
"Eh bel masuk bentar lagi nih. Kantin dulu bentar. Gue mau beli cemilan," kata Maureen sambil mengeluarkan hand sanitaizer dari saku kemejanya. Kemudian melangkah keluar dari toilet.
"Ris, sebenernya hubungan elo sama Alvian apaan sih?" Rachel melontarkan pertanyaan yang sama berulang kali namun ia tahu kalau Carissa sendiri mengetahui jawabannya.
Carissa menggeleng tak paham. "Gue deket sama dia, gue chat sama dia, gue sama dia main ke apartemen masing-masing, gue suka nungguin dia basket atau futsal, dia suka nungguin gue kalo lagi latihan dance." Carissa terdiam sebentar. "Itu namanya apa, Chel?"
Rachel menghela nafas sabar. Padahal ia berharap hubungan sahabatnyamulai jelas tiap kali ia bertanya. "Yaudah ayo ke kantin. Keburu si Maureen kabur lagi."
*****
Carissa terlonjak bangun dari tidurnya saat sisi sebelah kasurnya bergetar. Carissa meraih guling dan memukul kepala Alvian yang sudah tiduran santai di sampingnya sambil memainkan ponselnya.
"Apa sih, Car?"
Carissa mendengus sebal. "Emang gue mobil-mobilan?" gerutu Carissa.
"Hm."
Carissa memukul kembali kepala Alvian menggunakan gulingnya lagi. Alvian menghela nafas sabar kemudian melirik Carissa. Cowok itu bangkit dan menindih tubuh Carissa. Tangannya mengacak-acak rambut hitam Carissa tanpa henti, membuat Carissa berteriak.
"Brengsek!"
"Sialan!"
Kelakuan dua sejoli itu jika tidak di depan umum memang berbeda.
----
hello semua balik lagi. gimana kabarnya? silakan dibaca yang belum tidur dan semoga mimpi indah. jangan lupa vomments juga. gnite guys.
YOU ARE READING
Mistletoe
Teen FictionCarissa Audrey Menjadi cewek populer di SMA BUMI NUSANTARA bukanlah kemauan Carissa Audrey. Menjadi sosok yang begitu menarik perhatian karena cantik dan profesi sebagai selebgram, membuat Carissa menjadi pusat perhatian. Bukan hanya modal cantik da...