Mengandung kata-kata kasar dan umpatan yang mungkin kelewat batas. Jika tidak nyaman, silakan tidak perlu dibaca.
Dua
"I need you."Carissa membuka pintu apartemen yang sedari tadi diketuk. Carissa memandang wajah Alvian yang ada dibalik pintunya. Biasanya cowok itu masuk tanpa pamit kalau main ke apartemen Carissa. Namun sepertinya Carissa tahu jawabannya.
Carissa spontan memeluk Alvian yang berjalan sempoyongan. Wajahnya babak belur dengan beberapa noda darah di bajunya. Carissa dengan susah payah membawa masuk Alvian ke apartemennya.
"Goblok, lo kenapa segininya coba?" desis Carissa sambil membaringkan tubuh Alvian di sofa karena tidak sanggup membawa Alvian ke kamarnya.
Carissa meringis saat menyadari kalau masih ada darah yang mengalir dari pelipis, hidung, dan sudut bibirnya. Carissa tidak tahu apa yang terjadi tapi sepertinya perkelahian Alvian masih brutal seperti biasanya.
"Car—Carissa."
Carissa menatap Alvian yang memanggilnya meski mata tertutup. "Kenapa, Al? Ada yang sakit?" tanya Carissa yang sering diajukan pada Alvian.
Alvian mengangguk dengan mata tertutup. "Hati gue sakit, Car," bisik Alvian. Suaranya serak seperti menahan tangisan.
Mata Carissa berkaca-kaca. Perasaan yang sama membuat Carissa paham maksud dari Alvian. Sakit hati yang sama. Carissa mengelus rambut tebal Alvian. "Udah, Al. Lo baik-baik aja. Ada gue. Kita hadapin semua masalah sama-sama. Itu janji kita," balas Carissa lembut. Hati Carissa sakit melihat cowok dihadapannya begitu lemah. Alvian tidak boleh lemah, sama sekali tidak boleh.
Alvian memeluk Carissa. Tidak mempedulikan sakit di luka-lukanya. Alvian butuh Carissa. Alvian hanya butuh Carissa. "Jangan kemana-mana, Car. I need you."
"Gak ada yang pergi." Carissa membalas pelukannya. "Gue gak akan pergi. Begitu juga sama elo, kan?"
Alvian mengangguk kemudian memeluk tubuh Carissa lebih erat lagi.
*****
Carissa memandang Alvian yang tertidur disampingnya. Wajah babak belurnya sudah diobati oleh Carissa. Entah sejak kapan cowok dihadapannya ini mencuri hatinya. Carissa menghela nafasnya. Terkadang hidup memang tidak bisa ditebak. Tiba-tiba saja Carissa menjadikan Alvian sebagai pusat dari hidupnya begitu juga Alvian. Carissa sadar kalau bersama Alvian, sama saja dengan mendekati dengan kematian. Berlebihan memang namun benar adanya.
"Udah puas natap gue?"
Carissa mengalihkan pandangannya dari Alvian. Padahal tiap malam mereka bersama namun Carissa selalu saja malu jika tertangkap basah memandang Alvian.
"Car, tatap gue." Alvian meminta pelan.
Carissa memandang Alvian kembali. Dipandangnya wajah tampan yang sudah menghiasi sisi ranjang apartemennya sekitar setengah tahun ini.
"Lo mikirin apa?" tanya Alvian sambil memeluk tubuh Carissa tanpa ada gerakan sensitif. Meski mereka tidur bersama, Alvian masih sangat menghormati Carissa. Tidak ada hal sensual yang mereka lakukan. Semua masih dalam takarannya.
Mata Carissa berkaca-kaca. Seketika rasa sesak kembali menyeruak dihatinya. "Al, janji jangan tinggalin gue, ya?"
Alvian tersenyum. Digerakkan bibirnya menempel di kening Carissa. "I'm so in love with you. It kills me to think of life without you."
YOU ARE READING
Mistletoe
Teen FictionCarissa Audrey Menjadi cewek populer di SMA BUMI NUSANTARA bukanlah kemauan Carissa Audrey. Menjadi sosok yang begitu menarik perhatian karena cantik dan profesi sebagai selebgram, membuat Carissa menjadi pusat perhatian. Bukan hanya modal cantik da...