Sekolah Arcadia Lucifer, sekolah yang dibangun oleh yah...seperti nama sekolahnya juga Arcadia Lucifer. Sekolah ini di kategorikan sebagai sekolah populer dan terfavorit.
Suatu hari, sekolahku menerima seorang murid baru, tepatnya di kelasku, bernama Claura Lusiana. Tapi, sudah beberapa bulan sejak dia pindah aku tidak pernah melihatnya bergaul, jangankan bergaul.. melihat dia tersenyum saja tidak.
Bahkan saat pelajaran olahraga dia tidak pernah ikut. Ada rumor mengatakan kalau dia memiliki sebuah penyakit langka. Entah apa itu.
Oh iya, aku lupa mengenalkan diri. Namaku Jason Maxwell atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Jay.
Aku merupakan anak yang sedikit hmm... populer kalau bisa dibilang. Tapi, bukan populer karena ketampanan lalu disukai banyak gadis yang ku maksud.
Aku populer karena di sekolah, aku dan beberapa temanku membuat sebuah grup band. Yah, walaupun itu awalnya cuman iseng, tapi karena suaraku yang terbilang merdu dan teman-temanku yang pandai bermain alat musik, kami pun mulai dikenal oleh sejumlah murid Arcadia Lucifer, bahkan para guru sekali pun.
Tapi hal itu sudah membuatku biasa Semenjak Claura pindah ke sekolahku. Aku agak tertarik untuk mengetahui beberapa hal tentang dirinya. Aku tidak tahu kenapa bisa begitu tertarik.
Di kelas juga posisi duduk kami bersebelahan. Claura duduk di dekat jendela dan aku berada di sebelahnya. Jadi secara spontan setiap pelajaran aku sering memperhatikannya. Bukan aku saja, yang lain juga sering memperhatikan. Claura selalu saja melihat ke luar jendela, seperti melihat sesuatu yang menarik baginya.
Aku selalu bingung dengan semua tingkah laku yang sering kuamati.
"Hei rambut kepanasan! Pinjam alat tulismu!" Ucap salah satu temanku itu telah membuatku sadar dari lamunan.
"Ah iya ini, Ran.. sudah kubilang rambutku habis di cat." Aku sedikit kesal. Karena rambut coklatku sering dibilang kepanasan, kebakar, kekeringan dan yah... banyak hinaan lainnya.
"Sorry, habisnya rambut coklatmu tidak seperti biasanya sih." Dia menjulurkan lidah.
Aku menghela nafas. "Warnanya memang adanya ini.."
Bel pulang telah berbunyi. Kami mulai membereskan kelas lalu pulang.
○
○○
Hai gais! Ini first chapter dri story ini, maaf kalau aneh atau kata2 yang mungkin gaje untuk dibaca hehe..
Jangan lupa saran dan comment ya!
juga klik bintangnya, aku butuh support kalian 🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
Waiting For Death
Teen Fictionkematian pasti akan dialami oleh setiap orang. Tetapi, bagaimana jika kematian itu bisa di prediksi oleh kita? Akankah kita akan tetap semangat untuk hidup atau menantikan perlahan-lahan kematian tersebut?