Chapter 1

53 16 10
                                        

Pelajaran olahraga telah dimulai, dan seperti biasa gadis itu tidak ikut pelajaran. Sekarang dia berada di UKS, katanya tidak enak badan sih.

"Hari ini kita akan bermain basket. Jay, tolong bawakan bola basketnya!" Ucap guru olahragaku.

Aku langsung berjalan menuju gudang, tempat penyimpanan peralatan sekolah. Kebetulan, ruang gudang bersebelahan dengan UKS. Aku melirik ke jendela, dan disitu aku melihat dokter khusus sekolahku sedang bercakap-cakap dengan Claura. Memang penasaran sih, tapi aku harus cepat-cepat kembali sebelum semuanya marah karena menunggu.

Saat kembali ke lapangan, guru kami langsung membagi tim menjadi 2. Kami pun bermain.

Saat permainan berlangsung, aku sempat terlamun sejenak.

Sebenarnya aku sempat berpikir hal yang di UKS tadi. Sepertinya kasihan juga melihat kondisi Claura yang sakit-sakit terus. Rasanya aku ingin menemani dia dan mengobrol. Kasihan juga kan, Melihat dia yang selalu sendiri?

"Jay awas!" Teriak temanku.

Duak...

Bola basket itu mengenai kepalaku.

Spontan aku terjatuh dan memegangi kepalaku."Duh.."

Guruku langsung menghampiri. "Jay, kenapa diam saja saat bolanya datang!" Kesalnya.

"Pak, murid anda kesakitan. Kok malah dimarahi." Ucapku sambil cemberut.

Pak Guru menggeleng-gelengkan kepala. "Ya sudah, pergilah ke UKS. Urus kepala benjolmu."

Ran mendekatiku dan berbisik. "Jay, ini kesempatanmu kan? Selain gak ikut pelajaran olahraga kamu juga bisa berduaan dengan Claura." Ledeknya.

Aku menjitak kepalanya. "Awww..." jeritnya.

Ran langsung melirik ke pak guru. "Waduh pak, barusan Jay memukul kepalaku, sepertinya kepalaku juga bermasalah nih. Aku juga pergi ke UKS ya pak?" Bujuk Ran.

Pak Guru mendekat kepada Ran lalu menjitaknya. "Jangan bercanda! Sana kamu ikut lagi bermain. Dan kamu jay, cepat pergi dari sini!" Kesalnya.

Kini Ran benar-benar kesakitan. Aku tertawa. "Rasakan."

Aku mulai meninggalkan lapangan. Tapi yang diucapkan Ran benar, aku bisa ke UKS dan melihat Claura. Karena aku penasaran sekali dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dia. Kini aku bisa berbincang-bincang dengannya.

Aku membuka pintu UKS dan melihat Claura yang duduk di kasur.

"Mm.. hai." Sapaku. Tatapan Claura biasa saja. Karena terasa canggung, aku mengisinya dengan mencari obat memar dan perban. Setelah itu aku duduk di kasur. Tapi bukan kasur yang sama.

Claura melihatku saat menggunakan perban. Akhirnya dia mulai membuka mulut. "Kamu kenapa?" Tanyanya dengan nada pelan.

"Hmm.. tadi tidak sengaja kepalaku terkena bola."

Dia tidak bertanya apapun lagi. Karena suasana kembali canggung, aku gunakan kesempatan ini untuk menanyakan beberapa hal padanya. "Hei..."sahutku.

Dia menatapku dengan maksud "ada apa?"

"Emm... sebenarnya kamu kenapa sih?" Tanyaku.

Dia berpaling. "Maaf, sepertinya aku harus ke toilet." Dia langsung pergi begitu saja.

Hah.. aku tahu, pasti dia tidak akan menjawab pertanyaanku barusan.

Mataku tertuju pada benda yang berada di kasurnya. "Benda apa itu?" Aku mendekat.

Benda tersebut terbuat dari logam dan berbentuk bulat pipih. Saat aku mengopreknya tanganku tiba-tiba tesentrum kecil. "Benda ini..." Seseorang mengambilnya dari tanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Waiting For DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang