Senja is not my Senja

40 6 0
                                    

SDD-4

Kutunggu sang Senja.
Karna kupikir, Senja akan datang untuk selalu menemani meski hanya di penghujung hari.
Tapi kenapa malah pelangi yang hadir?
Pelangi yang datang menyapa
dan hilang, terbit lalu
tenggelam yang indahnya hanya sesaat mewarnai hari.

*****

17'Aug,

Dear Sj,

Aku hanya ingin bercerita tentang hidupku hari ini. Hidup yang pernah kau bawa melayang, jauuuh diatas lapisan langit menari bersama awan, pelangi lalu kembali diantar oleh rintikan hujan yang jatuh. Hujan itu tak hanya jatuh ke bumi, tapi juga jatuh ke dalam hati.
Kemudian malam kembali tiba, sang bulan menyapa dan mengajakku untuk bersandiwara. Aku menolak bulan, karna yang kunanti itu adalah Senja. Tak lama selepas itu, pagi datang, Matahari menyinari hati menjemputku untuk menemui Senjaku. Senjaku hadir dengan bisikan syahdu yang menggema. Membawaku tenggelam dalam indahnya fatamorgana. Lalu saat aku sudah terhipnotis oleh Senja, pelangi kembali menarikku? Ia tak mengajakku untuk terbang melihat indahnya. Tapi membawa ku pergi, jauh.. Dan kembali hilang ditelan lapisnya, aku merasa seakan sedang dipermainkan. Membuat hatiku semakin tak sanggup untuk menahan.


Maklum yaaa kan Author udah bilang dari awal, si Michel emang puitis

AUTHOR

Setelah balik ke asrama, esok harinya para santri langsung mulai beraktifitas seperti hari biasanya di asrama.

Hari ini, hari pertama Michel dan Senja kembali masuk ke kelas di asrama setelah liburan Ramadhan dan Idul Fitri.

Biasanya, hari pertama itu begitu menyenangkan bukan?

Sayangnya,,,
Di hari pertama sekolah, Michel malah kenak sial.
Efek udah biasa bangun telat selama libur, sampe-sampe dia kesiangan juga waktu itu. Karna waktu itu Michel lagi gak bisa shalat, jadi Michel gak bangun untuk shalat subuh makanya sampe kesiangan. Plus si Sabil yang satu kamar sama Michel juga belum balik ke asrama. Alasannya sih masih di Singapoor. Jadi, ga ada yang bangunin Michel waktu itu.

Satu langkah lagi mau masuk ke gerbang.. (Gedung sekolah berada 0,5 km dari gedung asrama) katanya sih gitu, karna kemarin baru aja ada santri yang ga ada kerjaan ngitung-ngitung jalan hahaha. Eits, bukan mau ngomongin soal jalan!

Krek!
Suara gerbang yang sedang ditutup oleh pak Usop.

Michel pun dengan tidak sadar menghentikan langkahnya yang hanya tinggal satu langkah lagi. Dengan rasa kecewa, kesel, marah, cape, rusuh, sedih. Rasanya mau nangis.

"Pak.. Pak tolong saya pak. Saya kan baru telat satu menit doang pak masak langsung ditutup". Ujar Michel

"Kamu? Tumben telat atuh neng?". Jawab pak Usop, penjaga gerbang.

"Makanya itu pak, tadi saya kesiangan. Saya mohon pak bantu saya hari ini".

"Ga boleh atuh neng, kamu tunggu disitu aja sampe ukhti nya datang izinin kamu masuk".

"Ya ampun pak, ukhti keamanan ngeri banget pak. Bapak gak sayang liat saya masuk mahkamah pak?".

Tiba-tiba,

"Limadza hadza?". Ketua keamanan santri putra yang sedang berjaga di bundaran pemisah bertanya.

Dengan menunduk ke bawah Michel menjawab dengan sedikit terbata-bata.
"A.. Ana fi waqt muta'akhir Akhi".

Sahabat Dan DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang