0.1

3.2K 402 35
                                    

Kau memilih tempat duduk yang berada di tengah cafe. Bukan tanpa alasan kau memilih tempat itu untuk menyasap apa yang akan kau pesan sekarang. Kau menyangga kepalamu dengan tangan kirimu, matamu terus mengawasi seseorang yang kini dengan ramah melayani pelanggan dibalik meja barnya. Kau mengingat sesuatu, kau seperti pernah melakukan hal menyenangkan dibalik meja panjang dengannya bahkan kau sempat tersenyum tipis sebelu seorang pelayan menghampirimu.

"Vanillate saja."lirihmu tanpa melihat menu yang pelayan tersebut sodorkan padamu seakan kau sudah hafal semua menu yang mereka akan tawarkan.

Matamu tidak henti melihat sosok bersurai hitam kebiruan yang terlihat sedang membuat secangkir minuman. Tak lama, ia berjalan menghampirimu dengan secangkir Vanillate yang kau pesan.

"Selamat menikmati."katanya ramah dengan senyuman khas yang sangat kau sukai.

Kau ingat, senyuman itu biasanya hanya ia perlihatkan padamu. senyum yang menjadi favoritmu saat kau sedang merasa tidak baik. Senyum yang selalu memberimu tenaga ketika kau lelah dan ingin menyerah. Waktu terasa terhenti saat ia kembali ke balik meja bar. Kini hanya kau yang merasakan bahwa waktu hanya berputar di sekitarmu. Kau terus menatap matanya seakan kedua manik indah itu hanyalah milikmu sampai—

,

,

,

,

Gelak tawa terdengar jelas memenuhi seisi dapur. Hari itu, hujan sedang turun dengan derasnya membuat acara kencan kalian berdua terpaksa harus dibatalkan. 

"Ya!!! rasakan ini!!"ucapnya.

Tanpa ragu ia melemparimu dengan tepung di genggaman tangannya, kau sendiripun tak luput terus membalasnya dengan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan padamu. Suara tawa yang khas dengan wajah yang kini telah berlumur tepung dan sepertinya siap untuk masuk ke dalam oven menggantikan kue yang seharusnya kau buat untuk menemani menikmati secangkir teh hangat sambil menonton televisi dengannya.

"A!!!"

Tubuhmu hampir saja jatuh ke lantai karena terpeleset jika ia tidak sigap mendapatkan pinggangmu. 

"Kau tidak apa-apa, Noona?"tanyanya khawatir.

"Emm ...,"kau mengangguk sambil menoleh menatapnya karena sekarang ia memelukmu dari belakang."Aku baik-baik saja, terima kasih."kau tersenyum.

Tiba-tiba, ia meletakkan dagunya pada bahu kecilmu dan sesekali mencuri ciuman di pipimu.

"Kook-ah ..."

Kau tersipu malu karena perlakuannya, apalagi sekarang ia begitu intens menghirup aroma orange blossom yang melekat di tubuhmu.

"Hentikan, geli ..."protesmu.

Ia mendengus mengerucutkan bibirnya lucu sesekali mengusapkan ujung hidungnya di pundakmu. Begitulah kalian berdua, saling berbagi kehangatan dengan sebuah pelukan dan entah mengapa kau sangat menyukai saat tubuhmu terkurung oleh tubuhnya yang cukup kekar.

"Kau tidak lapar?"tanyamu. Tanganmu kini telah menggenggam erat tangan yang lebih besar yang sekarang masih setia berada di perutmu.

"Aku lapar."ujarnya polos. 

"Tapi tepungnya—"

Kau ingat bahwa kau sudah tidak memiliki stok tepung untuk membuat kue lagi.

"Apakah pasta yang kau beli semalam masih ada, Noona?"tanyanya.

"Iya, tapi—aku tidak yakin itu cukup banyak untuk kita berdua."katamu.

ia tersenyum kemudian mencubit pipimu yang tembam. Tangannya terlepas dari perutmu dan kakinya kini perlahan berjalan menuju lemari penyimpanan. Ia terlihat sibuk mengambil sisa pasta yang belum sempat kau masak beserta sausnya.

"Kookie, bagaimana jika aku memesankan makanan dari luar saja?"tawarmu.

Ia menoleh seperti tidak suka jika kau melakukan hal yang kau tawarkan padanya.

"Aku menemukan pasta dan sausnya, aku ingin makan ini."katanya sambil menunjukkan kedua barang itu padamu.

"Kau—"

"Pokoknya aku ingin masakanmu!!"

Nadanya berubah menjadi kekanak-kanakan seakan ia akan menangis jika permintaannya ditolak. Apa boleh buat, akhirnya kau memasakannya pasta pedas dengan bahan seadanya karena kau sendiri pun belum sempat berbelanja. Tak perlu menunggu waktu lama, pasta tersebut telah masak. Ia bergegas mengambil garpu dan sendok lalu menggulung pasta tersebut sebelum kau meletakkannya didalam piring.

"Buka mulutmu."pintanya setelah beberapa saat meniup pasta yang masih hangat tersebut lalu menyuapkannya padamu.

Kau membuka mulutmu dengan senang hati dan pasta itupun kini sudah siap kau kunyah.

"Bagaimana?"tanyanya.

"Masisseoyo."jawabmu sambil mengunyah pasta tersebut.

Ia lantas memberikan sendok dan garpunya padamu seakan menuntutmu melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan. 

"A!"

Ia membuka mulutnya lebar-lebar siap menerima makanan darimu. Namun kau sendiri berfikir untuk mengerjainya dengan memakan pasta yang akan kau suapkan padanya.

Ia mengumpat, seperti marah namun kau tau ia hanya bercanda. Pria muda di hadapanmu lantas menarik tubuhmu masuk ke dalam pelukannya hingga garpu dan sendok di tanganmu terjatuh ke lantai.

"Kau harus menerima hukuman karena membodohiku, Noona."katanya dengan seringai liciknya.

"Ap—apa?!"kau terlalu gagap untuk menerima bahwa ia kini telah mencium bibirmu.
,
,
,

To Be Continued …
Namanya short story jadi aku bikin pendek ya ^^
Oh btw—jangan minta NC disini. Bcs ini hanya cerita ringan aja dan random banget updatenya tergantung moodnya aku, muekekek. Thank you 🙏 krisan dong krisan heuheu ini ss nya kurang apa hmm—

정국과 60 초 [60 Second With Jungkook] [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang