prolog

36.6K 1.7K 98
                                    

Flashback

Ayla hanya bisa menangis melihat rehan yang saat ini sedang bersanding di pelaminan bersama rena wanita yang sangat dicintai lelaki itu.

"Ayla kenapa kamu membiarkan mereka menikah" ayla tersenyum getir melihat echa, adik iparnya yang sedang menangis sambil menatap benci kepada  kedua pasangan yang sedang berdiri menyalami tamu dengan raut bahagia yang menghiasi wajah mereka.

"Lalu aku harus bagaimana ca? Kakakmu sendiri yang menginginkan ini semua. Bahkan aku sudah memohon padanya agar membatalkan niatnya untuk menikahi rena, tapi dia sangat keras kepala dan terus mendesakku, hingga akhirnya dengan terpaksa membuatku merelakanya menjadi milik wanita lain." tangis ayla pecah karena tidak dapat menahan rasa sesak yang saat ini sedang bersarang di dadanya.

"Ayla maafkan aku karena tidak bisa menghentikan kegilaan kakakku itu, entah apa yang ada dipikiran kakak saat ini sehingga dia tega melakukan ini kepadamu. Wanita licik itu benar- benar telah mencuci otak kak rehan."

Echa tidak habis pikir bagaimana bisa kakaknya berpikiran dangkal seperti ini hanya karena wanita murahan seperti rena itu. Tidakah kak rehan tau akibat ulahnya itu bunda sampai sakit karena stress memikirkan dia dan juga membuat ayah sangat marah, bahkan ayah bilang tidak mau mengakui kak rehan sebagai anaknya lagi.

"Tidak ini bukan salahmu, dari awal pernikahanku dengan rehan memang sudah salah." kata ayla lirih, jika saja janin ini tidak tumbuh dirahimnya pasti saat ini dia tidak akan menyandang status sebagai istri rehan.

Apa ayla harus menyalahkan kehadiran janin yang tumbuh dirahimnya saat ini? Rasanya tidak adil bahkan anak yang berada di dalam perutnya ini belum mengerti apa-apa untuk di salahkan.

"Sebaiknya kita pergi, aku sangat muak melihat mereka.". Jika bukan karena ayahnya yang menyuruh untuk menjemput  ayla, echa tidak akan sudi menghadiri pernikahan kedua manusia kejam itu.

Echa bisa melihat wanita ular itu sedang tersenyum mengejek kearahnya dan ayla sekarang. Ingin sekali rasanya echa mencakar wajah menjengkelkan milik rena itu.

"Aku akan membalas wanita itu" ujar echa geram dengan sengit, yang masih dapat terdengar oleh telinga ayla.

Flashback off

"Ya ampun sayang kenapa berkas kerja mommy di robek" ayla tanpa sadar meninggikan suaranya dan segera menyingkirkan berkas yang masih utuh sebelum di robek kembali oleh pria kecinya lagi.

Raiga seakan mengerti bahwa ayla sedang marah kepadanya seketika mencibikan bibirnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca bersiap untuk menangis, dan benar saja sedetik kemudian raiga sudah menangis tersendu-sendu.

Sedangkan ayla yang sedang sibuk memunguti kertas yang berserakan dilantai seketika menghentikan kegiatanya ketika mendengar pria kecilnya yang sedang menangis keras.

"Anak mommy kenapa menangis?" kata ayla segera menghampiri raiga kemudian mendekap tubuh kecil itu, seraya mengelus lembut punggung raiga yang bergetar karena menangis.

"Cup cup sayang, udah ya jangan nangis lagi mommy ngga marah sama raiga kok." setelah seperkian detik akhirnya tangis raiga mulai mereda menyisakan isak kecil dari pria kecil itu.

Ayla menggendong raiga menuju kamar dan membaringkan raiga di atas tempat tidur lalu ayla juga ikut berbaring di samping buah hatinya yang ternyata sudah tertidur pulas karena kelelahan menangis.

Ayla memperhatikan setiap inci wajah raiga hingga tanpa sadar air matanya mulai menetes, wajah raiga sangat mirip sekali dengan wajah lelaki itu bahkan ayla hanya kebagian bibir raiga saja yang mirip dengan dirinya.

"Mommy sayang raiga" lirih ayla pelan kemudian mengecup pipi gembul raiga dengan sayang.

Ayla sudah rapi dengan setelan kerjanya dengan terburu-terburu ayla meraih tas miliknya bersiap untuk berangkat ke kantor, tapi sebelum keluar dari kamar ayla kembali menghampiri raiga yang masih tertidur pulas untuk menciumi wajah tampan pria kecilnya.

"Ya ampun non ngagetin bibi aja"

wanita paruh baya itu mengusap-mengusap dadanya pelan karena terkejut melihat ayla yang keluar dari kamarnya terburu-buru dan hampir saja menabrak tubuhnya.

"Aduh maaf bi mar, ayla lagi buru-buru soalnya."

"Tidak apa-apa non"

"Oh iya bibi langsung masuk saja ke kamar, raiga sekarang sedang tidur Ayla berangkat dulu ya bi mar."

Ayla meraih tangan wanita paruh baya itu untuk menyalaminya lalu langsung bergegas pergi. Sedangkan bi mar hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah majikanya itu.

"Bagaimana bisa wanita secantik dan sebaik non ayla dicampakan oleh suaminya" gumam wanita paruh baya itu sebelum masuk ke kamar menemani raiga.

****

"Gue udah ngga sabar nungguin kedatangan direktur" celetuk naya teman satu kantor ayla.

"Tumben banget kamu nungguin pak direktur"

"Gue tebak kayaknya lo ngga tau deh kalau kita bakalan kedatangan direktur baru"

"Serius, terus pak edi gimana?"

Naya mendengus kesal mendengar pertanyaan ayla, pasalnya naya sudah menceritakan kepada ayla bahwa direktur lama mereka yang tak lain adalah pak edi itu akan pensiun.

"Ayla kebiasaan banget deh selalu lupa. Perasaan baru semalam gue ngomong sama lo kalau pak edi itu udah pensiun." Sungut vanya dengan kesal pada ayla

"Kapan? Oh iya, aku ingat sekarang" kata ayla sambil tersenyum simpul, ayla jadi malu sendiri dengan sifat pelupanya itu.

"Eh itu dia, ya ampun ganteng banget."
Ayla menjadi penasaran dan langsung mengikuti arah pandang naya. Mata ayla terbelalak melihat seorang lelaki yang sedang berjalan menuju ke arah mereka. Sedangkan lelaki itu yang merasa sedang diperhatikan mengedarkan pandanganya, sampai matanya bertubrukan dengan mata seseorang yang dia kenal.

"Ayla"

****
3 November 2017

09:38

Hai.. aku balik lagi :)

Sorry yang minta tag kemarin aku lupa namanya 🙏🙏

Unplanned Wedding Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang