"Kamu nggak seharusnya pergi dari rumah seperti ini Ay.."
"Aku harus bagaimana lagi ca? Aku udah capek dengan hidup aku yang sekarang. Aku cuma mau hidupku tenang, tanpa ada masalah berat yang selalu membebani pikiranku." Ayla tidak bisa lagi menahan perasaanya saat ini, semua yang mengganggu pikiranya, dia tumpahkan semua didepan Echa yang notabenya adalah adik iparnya itu.
"Aku nggak suka dengan cara kamu main pergi begitu aja, itu nggak bakalan menyelesaikan masalah. Kamu pikir, saat kamu meninggalkan rumah, apa semua masalah bakalan lepas begitu aja? Menurut aku nggak ay. Itu sama aja dengan kamu memberikan celah untuk wanita itu semakin menghancurkan rumah tangga kalian."
"Aku nggak peduli lagi dengan hal itu, aku serahkan semuanya sama Tuhan. Kalau memang jodohku cuma sampai disini, aku akan ikhlaskan semua itu. Kalau dipikir-pikir, disini akulah yang telah merusak hubungan mereka. Aku juga, jika berada diposisi Rena akan merasa sakit hati. Aku sadar posisiku dan maka dari itu aku mengalah."
"Jangan berpikiran dangkal. kamu juga harus memikirkan perasaan kedua orangtuamu. Kasihan mereka ay, pasti mereka akan merasa sedih melihat pernikahan putri mereka satu-satunya gagal. Dan jangan lupakan juga, anak yang sedang berada didalam kandunganmu itu."
Ayla tersenyum getir mendengar penuturan Echa. Ia hampir saja melupakan keberadaan kedua orangtuanya. Ayla benar-benar merasa bersalah.
"Jadi? Apa kamu tetap mau kembali pulang kerumah orangtuamu?"
Ayla menutup wajahnya dengan kedua tanganya. Kemudian wanita itu menggeleng pelan.
"Aku nggak tau."
"Oke. Bagaimana jika kamu tinggal di Apartemenku saja." Ujar Echa memberikan solusi.
Ayla langsung mengiyakanya ajakan Echa. Mungkin ini lebih baik untuknya daripada ia harus makan hati setiap hari karena tinggal bersama pria itu.
"Maaf aku merepotkanmu." Ucap Ayla tidak enak hati.
"Nggak apa-apa, nggak masalah Ay." Jawab Echa dengan tersenyum lembut berusaha menenangkan Ayla.
****
"Ayla" panggil Rehan sambil mengetuk pintu kamar Ayla. Rehan mengerutkan dahinya ketika pintu kamar itu tidak kunjung terbuka.
Apa dia masih marah pikir Rehan.
"Ayla buka pintunya, jangan seperti anak kecil." Panggil Rehan lagi semakin gusar.Pria itu semakin curiga ketika Ayla tidak kunjung menjawab panggilanya.
"Sial. Nggak dikunci ternyata." Gumam Rehan.
Rehan langsung membuka pintu kamar Ayla, dan ketika pria itu masuk kedalam kamar wanita itu, Rehan langsung mendapati kamar Ayla yang sudah kosong dengan lemari pakaian yang terbuka. Rehan tidak dapat menutupi raut wajah cemasnya. Pria itu tidak menyangka jika Ayla benar-benar pergi dari rumah. Langsung saja Rehan mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya, berniat untuk segera pergi menyusul Ayla.
Didalam perjalan tidak henti-hentinya Rehan menghubungi Ayla, tapi tidak ada satupun panggilanya yang dijawab oleh wanita itu. Dan berpuluh-puluh pesan yang dikirimnya, tidak juga dibalas oleh Ayla.
"Apa dia tidak memikirkan bayi yang sedang dikandungnya itu huh" kesal Rehan.
Menurut Rehan Ayla sangat egois dan kekanakan. Dan karena hal itulah yang membuat Rehan sulit untuk membuka hatinya kepada wanita itu. Jika bukan karena wanita itu sedang mengandung anaknya, Rehan tidak sudi lagi mempertahankan pernikahanya dengan Ayla. Ini semua pria itu lakukan hanya demi wanita yang sangat dia cintai itu. Setidaknya itulah yang ada dipikiran pria itu sekarang. Kemudian Rehan kembali mengingat tentang percakapanya dengan Rena sore tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unplanned Wedding
Romancesequel "MY BABY" "Apa itu artinya kamu menceraikanku?" "Tidak. Tapi aku tetap akan menikahinya." "Baiklah, berarti aku yang pergi."