Sudah dua hari Rehan mencari keberadaan Ayla, tapi tetap saja ia tidak bisa menemukan wanita itu. Bahkan Rehan juga sudah sampai mencari Ayla dirumah kedua orangtuanya, bukanya menemukan Ayla, tapi ia malah mendapatkan amukan dari ayahnya.
Ayla bagaikan hilang di telan bumi. Kepala Rehan seperti mau pecah karena memikirkan wanita itu.
"Dimana dia?" gumam Rehan tanpa sadar. Sikapnya itu tidak luput dari perhatian Rena, yang sejak tadi sudah memperhatikanya.
"Kamu kenapa?" tanya Rena yang semakin merapatkan tubuhnya kepada Rehan. Sehingga pria itu terlonjak kaget, saat merasakan ada yang menyentuh pundaknya.
"Tidak apa-apa." jawab Rehan seraya tersenyum lembut.
Rena langsung menghembuskan nafasnya dengan kasar. Rehan memang sedang bersamanya sekarang, tapi tidak dengan pikirannya.
"Lebih baik kamu pulang saja, percuma kamu disini bersamaku, jika pikiranmu entah berkelana kemana." kesal Rena, karna merasa tidak dianggap keberadaanya oleh kekasihnya itu.
"REHAN"
"Ha, iya kenapa?"
"Kamu nggak dengerin aku dari tadi?" sentak Rena marah, rupanya pria itu sedari tadi tidak juga mendengarkan ucapannya.
"Kamu bicara apa?" tanya Rehan yang masih tidak mengerti.
"Kamu sebenarnya kenapa? Dari tadi, aku bicara sama kamu, tapi kamu nggak merespon sedikitpun ucapanku."
"Sayang, maafkan aku, Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya.." ucapan Rehan tiba-tiba terhenti. Dia bingung mau memberitahu Rena atau tidak tentang apa yang sedang ada dipikiranya sekarang. Karena pria itu tidak mau Rena salah paham nantinya.
"Kenapa diam? Apa ini ada hubunganya dengan Ayla?"
"Iya, dia sudah beberapa hari ini tidak pulang ke rumah." jawab Rehan pelan.
"Dan kamu mencemaskanya? Sepertinya kamu sudah mulai mencintainya ya." gumam Rena, lebih pada dirinya sendiri.
"Apa itu artinya kamu akan meninggalkanku?" lirih Rena.
Rehan bisa melihat mata Rena yang sudah berkaca-kaca. Langsung saja pria itu membawa wanita itu kedalam dekapanya.
"Aku tidak akan meninggalkamu. Aku janji itu." ujar Rehan seraya mengecup puncak kepala kekasihnya itu.
"Aku sayang kamu"
"Aku juga"
****
Ayla hanya memperhatikan layar ponselnya yang sejak tadi terus menyala, tanpa berniat untuk mengangkat panggilan dari orang tersebut. Ayla sedang malas jika harus mendengar suara pria itu sekarang.
"Siapa Dir?" tanya Muel tanpa memandang Ayla, pria itu terlihat sedang fokus dengan ponselnya.
Sekarang Ayla memang sedang bertemu Muel dan juga Echa disebuah kafe.
"Mau tau aja lo" celetuk Echa sebal.Muel langsung menyeringai seraya memperhatikan wajah Echa yang sudah terlihat masam.
"Jangan cemburu gitu dong ca." ujar Muel terkekeh pelan. Echa yang mendengar hal itu langsung mendengus keras.
"Besok sudah mulai puasa lho, kalian nggak mau Maaf-maaf'an gitu?" ujar Ayla berusaha mengingatkan.
"Habisnya, Muel ngeselin banget." sungut Echa sambil Mendelik kesal kepada Muel.
"Kamu aja yang sensitif." sahut Muel tak mau kalah.
"Kenapa panggilanya nggak diangkat saja sih Ay?" ujar Muel lagi, sepertinya pria itu mulai terganggu dengan suara ponsel Ayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unplanned Wedding
Romancesequel "MY BABY" "Apa itu artinya kamu menceraikanku?" "Tidak. Tapi aku tetap akan menikahinya." "Baiklah, berarti aku yang pergi."