05. Maafin Gue

3.5K 155 3
                                    

Mau bagaimanapun yang namanya sahabat nggak bisa jauh dari sahabatnya. Ujung-ujungnya pasti saling nyari. Rindu ingin ketemu, gila bareng lagi dan becanda bareng lagi. Sejatinya memang seperti itu.

Apalagi kalau bawaannya rasa bersalah. Pasti kepikiran mulu.

Contohnya saja gadis ini.
Entah sudah berapa kali dia menatap layar ponselnya.

Berulang kali ia menulis beberapa kata, lalu menghapusnya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Berulang kali ia menulis beberapa kata, lalu menghapusnya lagi.

"Oh Tuhan! Ini bahkan lebih sulit dibandingkan mengisi puluhan soal Fisika!"- Pikir Rachel sambil mengacar rambutnya frustasi.

Oke, ini terdengar tak masuk akal. Tapi percayalah soal Fisika adalah makanan sehari-hari dari Rachel. Dia bahkan telah memenangkan puluhan lomba yang bertemakan Fisika. Seperti Olimpiade Sains Nasional (OSN) ataupun Lomba Cerdas Cermat Sains. Dalam hal ini, dia yang memegang mata pelajaran Fisika. Lomba itu bukan hanya sebatas provinsi, tetapi hingga ke tingkat Nasional, kawan.

Oh!!! Sepertinya gue lupa mengatakan bahwa Rachel adalah salah satu siswa terpintar di sekolah ini.

Baiklah, kita kembali ke pembahasan awal yang menimpah gadis itu.

Entah apa yang menghalanginya untuk mengirim pesan tersebut.Mengetik lalu menghapusnya lagi. Berulang kali seperti itu.

Lex, ketemuan yuk [deleted]

Lex, ada yang pengen gue omongin [deleted]

Lex, gue nyesel banget soal kemarin [deleted]

Lex, lo ada waktu nggak pulang sekolah? [deleted]

Setelah menghapus kalimat tersebut, ia mengetik beberapa huruf lagi. Lantas berpikir sesaat, kemudian....

Ia tiba-tiba berteriak
"Oh My Godddddddd!!!! Aahhhh shittt!!!!"

Atap!!! [send]

●●●

Alex berdiam diri di belakang sekolah. Duduk di padang rumput dengan kepala menengadah ke langit. Ia hanya butuh untuk sebentar menenangkan diri dari pikiran yang sangat penuh di otaknya, sibuk mencoba melupakan tingkah bodohnya beberapa minggu belakangan ini

Satu helaan nafas lelah keluar, ia membaringkan tubuhnya dengan satu tangan menutupi matanya, ia ingin sedikit lebih lama menutup mata dan berharap begitu ia membuka mata semuanya sudah ada jalan keluarnya.

Yah, seandainya saja bisa seperti itu.

Sesaat kemudian dia mengambil ponselnya, ingin rasanya dia mengirim pesan kepada sahabatnya -Rachel-, tapi ego dalam dirinya membantah. Menyuruhnya untuk tetap diam, tak melakukan apa-apa. Berkata bahwa ini bukan salahnya sepenuhnya.

Ah, tangannya mengacak rambutnya frustasi, helaan nafas kasar terdengar, kembali ia merutuki kebodohan yang sudah ia lakukan, jika seperti ini bukan hal tidak mungkin mereka akan saling diam, berperang dingin tanpa saling sapa untuk waktu yang lama.

Setelah memutuskan untuk tetap diam tanpa menghubungi gadis itu, dia bergerak untuk mengembalikan ponselnya ke dalam saku celana. Tapi, ponsel tersebut bergetar. Membuat gerakan tangan Alex terhenti.Ia menatap layar tersebut.

1 Pesan Diterima

Ada nama Rachel Anderson tertulis sebagai pengirim pesan

Atap!!!

Alex tersenyum menyeringai membaca pesan itu, dalam satu gerakan ia langsung terduduk, mengetik beberapa kata sebagai balasan. Seringai di wajah Alex makin lebar setelah pesan itu terkirim, lantas ia bangun dan segera berlari menuju atap sekolah dengan senyum yang masih terlukis diwajahnya.

Sekarang atau nggak sama sekali!! [send]

●●●

Disinilah mereka. Berdiri berhadapan.
Alex menatap Rachel dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sedangkan Rachel menundukkan kepalanya, enggan melihat pria dihadapannya itu, dengan kedua tangannya meremas ujung kemejanya sendiri.

"Lex." Panggil Rachel, masih dengan kepala tertunduk.

"Hn"

Gumaman itu membuat Rachel makin mencengkram erat kemejanya.

"Gue...... err... gue.. sebenar.. em... lo.. maksud.. ee..." Sungguh Rachel nggak pernah berpikir jika ia akan menjadi seperti orang bodoh jika berhadapan dengan Alex.

"Chel, lihat gue!"

Ucapan Alex yang tersebut membuat Rachel mengangkat wajahnya, hingga mata mereka bertemu.

"Maafin gue..." Ujar Rachel lirih

Mendengar itu, Alex meraih pergelangan tangan Rachel, menariknya lembut, lantas membawanya ke dalam dekapan Alex.

"Lex, gue minta maaf. Nggak seharusnya gue bersikap seperti itu ke elo. Gue egois. Gue hiks gue hiks Lex...."

Mendengar isakan dari wanita itu Alex mengeratkan dekapannya. Seraya berujar lembut.
"Gue tahu. Gue juga minta maaf ngebentak lo kemarin. Kita baikan yaa? Gue nggak mau di cuekin mulu. Gue kangen dengan segala tingkah manja lo. Jangan jauh-jauh dari gue lagi yaa?"

Alex bisa merasakan anggukan dari Rachel. Seulas senyum terlukis diwajahnya.
"Udah dong. Berhenti nangisnya. Nanti kemeja gue basah. Kan nggak cocok dengan wajah tampan gue, lagian wajah lo jadi tambah jelek tau AHKKK IYA AMPUN..."

Cubitan manis adalah hadiah yang Rachel kasih kepada sahabat gilanya itu. Pelukan itu terlepas, bisa di lihat bagaimana saat ini wajah Rachel memerah karena merajuk dan Alex yang tertawa sambil meringis di saat bersamaan.

"Nyebelin banget sih lo!!! Nggak usah ketawa!"

Alex makin tertawa dan itu membuat wajah Rachel memerah sambil menatap pria itu dengan wajah galak. Ah... Inilah yang mereka rindukan. Bercanda dan tertawa bersama. Inilah yang sebenarnya mereka inginkan. Bukan hal yang besar memang, tapi mereka sadar hal-hal kecil seperti ini jauh lebih berarti dibandingkan hal yang besar, tapi tak berarti.

■■■

Haihai...
Vote and commentnya ditunggu, guys..

Follow instagram Naya dong, usernamenya @nailaattaya

Maaf✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang