13. Gue Pergi

2.3K 109 4
                                    

Dia bukan siapa-siapa gue.

•••••

Tahu tidak, mengapa bohong lebih baik dibandingkan jujur? Kita semua udah tahu, bohong adalah perbuatan yang salah.

Namun, tahukah kalian terkadang bohong lebih dibutuhkan dibandingkan jujur. Sedikit berbohong bisa mempengaruhi sebuah keadaan, dan mungkin juga sebuah hubungan.

Karena sebagian besar orang, lihatnya pada hasil akhir, bukan pada proses.

Dan Rachel menyadari itu.

Kalimat "Dia bukan siapa-siapa gue" Itu Bohong! Alex bahkan lebih dari sekedar "Siapa" bagi Rachel.

Namun, Rachel juga sadar ego dalam dirinya harus ia hilangkan. Dengan itu ia bisa memberikan apa yang diinginkan oleh Alex, juga Bella.

Alex akan lebih bahagia jika bersama Bella. Dan Rachel menyadari itu. Untuk itulah ia melepaskan Alex.

Tidak apa-apa, lukanya biar Rachel saja yang rasa. Iya, tidak apa-apa.

●●●

"Pa.."

Panggil Rachel pada papanya.

"Hm?"

"Rachel pengen minta sesuatu ke papa. Boleh nggak? Ee... Ini mungkin beda dengan permintaan Rachel yang biasanya" Ada nada keraguan yang terselip dalam kalimat yang Rachel utarakan.

Dan papanya tahu itu.
"Ada apa? Tak biasanya kau seperti ini"

"Pa, Rachel pengen pindah."

Papa Rachel terdiam sejenak. Namun sesaat kemudian, ia mengerti. Pasti terjadi sesuatu disini.

"Pindah? Kemana?"

"Terserah papa. Rachel nggak maksain papa untuk menyetujuinya. Namun, tak bisakah papa pertimbangkan? Ada hal yang tak bisa Rachel katakan sekarang. Dan tolong... Papa rahasiakan hal ini dari siapapun yaaa? Rachel bilang ke papa, karena Rachel tahu, papa pasti bakal ngerahasiain ini. Bahkan pada mama sekalipun. Nanti setelah papa putusin keputusan papa, papa bisa bilang ke yang lain." Jelasnya yang hanya bisa diiyakan oleh sang ayah.

"Baiklah"

●●●

Pengecut?

Iya! Memang!

Kalian bisa bilang Rachel pengecut. Ee.. Terkadang bersikap pengecut tak akan membuat masalah bertambah kan? Asal, semua orang tak dirugikan disini.

'Bodoh'

Setelah pembicarannya dengan papanya malam itu, seminggu kemudian papanya berkata bahwa Rachel akan pindah.

Kemana? Entah...

Rachel tak menanyakan itu. Biarlah itu menjadi rahasia untuk saat ini. Helaan napas kasar terdengar dari kedua belahan bibir Rachel.

"Semua pasti baik-baik saja" Ujarnya pada dirinya sendiri.

"Kalau lo?"

Tanpa membalikkan tubuhnya, Rachel tahu siapa yang selalu merusak suasana tenangnya akhir-akhir itu. Dan orang itu pasti Rafael.

"Ayolah Rafael, kita udah bah---" Ujar Rachel seraya membalikkan tubuhnya. Dan bahkan sebelum kalimatnya selesai.

Deg!!!

Ia salah.

Pemikirannya salah!!!

Itu bukan Rafael. Tapi Alex!!!

Maaf✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang