19. Dugaan Kris

1.9K 89 1
                                    

Kris Carlie Swift bukanlah orang yang kepo atau dalam artian pengen tahu urusan orang lain.

Heol..
Dia juga punya urusan yang harus ia urus.

Tapi, lain hal jika "urusan orang lain" itu menimbulkan rasa ingin tahu si Kris. Terlebih jika hal itu ada kaitannya dengan sahabat-sahabatnya. Seperti seorang Rachel Anderson. Terputar dalam benak Kris berbagai pertanyaan mengenai gadis tersebut.

Siapa dia?

Kenapa dia pindah?

Apa motif dari kepindahannya?

Mengapa dia selalu bereaksi saat nama Alex terucap?

Apa hubungannya dengan Alex?

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang membuat Kris makin tertarik untuk mengetahuinya. Gadis itu membuat rasa ingin tahu Kris semakin memburu, ia harus tahu sesuatu.

Dering di ponsel Kris membuatnya tersadar dari lamunannya.

1 Pesan Diterima

Ia lantas membuka pesan tersebut saat nama sahabatnya tertulis sebagai pengirim pesan.

"Tepat sekali" Gumam Kris sambil tersenyum kecil. Orang itu langsung muncul bahkan tanpa Kris undang.

From : Alexandre William

Gue ke rumah lo sekarang. Jangan kemana-mana! Awas aja kalau lo nggak ada! Gue bunuh lo!

Kris terkekeh pelan membaca pesan dari Alex. Lantas ia mengetik beberapa kata sebagai balasan.

To : Alexandre William

Gue tunggu! Banyak yang harus gue tanyain ke elo.

●●●

Alex mengetuk pintu rumah Kris, tak lama kemudian sang punya rumah membukakan pintu yang dibarengi dengan senyum mengejek.

"Ada masalah apa lagi sekarang?" Tanya Kris yang dihadiahi jitakan di kepalanya.

"Lo adalah tuan rumah terburuk yang gue kenal. Tamu datang nggak disuru masuk dulu, malah dilempari pertanyaan tak bermutu." Ujar Alex seraya memasuki rumah Kris dengan santai.

Kris hanya tertawa dan ikut berbalik memasuki rumahnya seraya membalas ucapan sang sahabat.
"Dan lo adalah tamu terburuk yang gue kenal. Tuan rumah didepan pintu dan belum kasih izin masuk, lo dengan sangat santai masuk dan melewati tuan rumah tanpa tahu tamu."

"Sialan."

Mendengar umpatan Alex, Kris malah tertawa. Alex yang mendengar tawa Kris malah meninggalkannya dan berjalan ke kamar sahabatnya itu. Membuka pintu kamar tersebut layaknya miliknya. Sedangkan sang pemilik kamar hanya menghela napas pelan.

Perlu diketahui bahwa Kris dan Alex bersahabat sejak masih dalam Taman Kanak-Kanak hingga sekarang. Jadi bukan hal yang mengejutkan lagi jika Alex maupun Kris bertingkah seenaknya seperti ini.

"Jadi?" Ujar Kris seakan memberikan kode kepada Alex untuk mulai bercerita.

"Gue nggak bilang bahwa tujuan gue ke sini untuk bercerita." Alex menanggapinya dengan malas
"Oh ya, dan seingat gue lo yang bilang ke gue bahwa banyak yang ingin lo tanyain ke gue."

Kris mengangguk, tak membantah.
"Benar." Jawab Kris pendek
"Tapi gue saranin ke elo, sebaiknya lo cerita dulu ke gue, sebelum gue kasih lo pertanyaan. Karena lo pasti bakalan kaget." Sambung Kris dengan nada yakin.

"Come on, Kris. Jangan bikin gue ngantuk dengan ucapan bodoh lo itu. Gue ke sini buat tenangin pikiran, bukan untuk dengar untaian kalimat membosankan dari elo." Alex berucap seraya menguap bodoh. Mengisyaratkan bahwa ia benar-benar akan tidur jika Kris tak kunjung bertanya.

"Lo bakalan nyesel ngizinin gue bertanya. Sebaiknya lo yang cerita apa yang ada dalam pikiran elo itu hingga lo harus tenangin pikiran lo di rumah gue." Kris mengingatkan Alex sekali lagi.

"Lo nanya aja apa susahnya sih." Alex mulai jengah

"Lo yang bakal nyesel, Lex!" Kembali Kris memperingati sahabatnya itu.

Alex memutar matanya bosan, bersikap tak peduli.
"Apaan dah lo, nanya aja susah amat.

"Gue udah ngingatin elo."

Alex mengangguk tak peduli seraya berujar.
"Terserah. Lagian sejak kapan lo mutar-mutar nggak jelas kayak gini? Gue tahu lo orangnya langsung ke inti, bukan bertele-tele kayak gini."

"Karena lo! Gue nggak mau ngerawat orang sekarat karena shock" Kris berujar seraya terkekeh pelan.

Alex mengumpat pada lelucon garingnya Kris. Ia pun memilih mengalah
"Fine!"

"Silahkan. Gue bakal denger" Kris tersenyum penuh kemenangan yang ditanggapi dengan putaran mata bosan dari Alex.

Alex diam sejenak. Mulai memilih dari mana ia akan bercerita. Sesaat rasa sesak itu muncul lagi. Helaan napas keluar dari mulut Alex. Dan mulailah ia mencurahkan apa yang ia rasakan.
"Di Prasetya, gue bertemu dengan seorang gadis. Perihal gadis ini gue belum pernah cerita ke elo, karena gue pikir ini kekanakan." Ada kekehan pelan dari Alex yang sebenarnya itu terasa hambar.
"Dia baik banget, dan perlu lo catat dia adalah teman pertama gue. Yang kemudian berubah menjadi sahabat gue" Alex tersenyum
"Dari awal gue masuk, gue bareng terus ama dia. Tapi, semua berubah sejak sepupu dia muncul." Ada kesedihan yang terpancar dari atensi Alex.
"Sepupunya itu seorang cewek yang selalu ngekorin gue. Gue sadar, sepupunya itu ada rasa ke gue. Dan gue menghargai itu. Tapi ternyata, cara gue ngehargai dia disalahartikan oleh dia. Dia pikir, gue punya rasa yang sama dengan dia. Dan hal itu berdampak buruk pada hubungan gue dengan sahabat gue itu." Alex terdiam sejenak
"Gue mulai bareng ama sepupu sahabat gue, dan sahabat gue mulai bersama dengan orang lain yang ternyata emang udah ada rasa ama sahabat gue itu." Sesak itu muncul lagi.
"Miris banget kan? Dan finalnya sahabat gue itu pergi karena kesalahan gue! Dan gue nggak tahu kemana dia pindah." Cerita Alex diakhiri dengan senyum mirisnya.

Kris mendengar itu mulai yakin dengan dugaannya. Pikirannya mulai berputar pada cerita Rachel kemarin.

"Kalau soal gebetan, kayaknya dia punya. Cewek itu cantik banget, pokoknya tipe dia banget. Tapi gebetannya itu beda kelas dengan dia"

"A-apa? Pa-pacaran? Nggak! Tadikan gue udah bilang, dia udah punya gebetan, Jes"

"Kris?" Panggil Alex. Sebenarnya ada yang aneh dengan tingkah Kris ini. Karena biasanya saat Alex mengakhiri ceritanya pasti langsung ada respon dari si Kris.

"Hm?" Guman Kris menanggapi panggilan sahabatnya.

"Sekarang giliran lo!" Tuntut Alex.

"Siapa nama sahabat lo?" Tanya Kris tiba-tiba

"U-untuk apa?" Alex kaget dengan pertanyaan Kris barusan.

"Karena ada siswa baru di Tirtayasa." Alex mendengarnya dengan gemuruh yang ada dalam dada.
"Siswa baru itu seorang gadis." Perasaan Alex mulai aneh.
"Pindahan dari Prasetya." Alex kaget dengan pernyataannya. Dan Kris memperhatikan semua ekspresi Alex.

"Namanya Rachel Anderson."

■■■
Wahhhh....
Bagaimana ini?
Bagaimana nasib Alex kita pemirsa?
Ada saran dari teman-teman?
Vote dan commentnya ditunggu.

Follow instagram Naya dong, usernamenya @nailaattaya

Maaf✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang