Chapter 2 - Brian Conor

32 6 2
                                    

"I have a great family, I live an amazing ." - John Oates

-----

Latihan hari ini selesai pukul setengah lima. Sekolah tampak sepi sore ini karena ini adalah hari sabtu. Beberapa orang sudah meninggalkan lapangan basket dan sisanya masih sibuk dengan ponselnya.

Brian Conor, kakak Calla Conor. Dia adalah saudara kembarnya. Mama selalu bilang bahwa mereka adalah saudara kembar yang tidak identik, meskipun beberapa kemiripan ada di muka mereka.

Brian Conor. Semua orang lebih sering memanggilnya Ian.

Ketua osis SMA Bina Bangsa, cowok yang dicintai semua orang. Juga ketua umum tim basket tahun ini. Berbeda dengan Theo yang pendiam dan misterius, dia adalah seseorang yang mudah bergaul dengan orang sekitarnya.

Theo dan Ian. Keduanya memiliki pesona sendiri. Theo adalah ketua umum futsal tahun ini. Semua orang menyukai mereka berdua. Mereka tak pernah berbicara. Semua orang menganggap bahwa mereka memiliki hubungan yang kurang baik. Nyatanya dari awal mereka memang tak pernah mengenal satu sama lain. Tapi siapa yang tau apakah sesuatu sudah terjadi di antara mereka berdua.

Ia berjalan meninggalkan lapangan. Menyusul calla yang sudah pergi mendahului. Hp bergetar disakunya.

Ian bisa ke kantin bentar gak?

"Cal, tunggu bentar baju gue ketinggalan." Dia berteriak kemudian bergerak menuju kantin.

"Gue tunggu di depan, buruan" jawab saudari perempuannya.

Di depan pintu kantin, ia melihat perempuan cantik dengan rambut hitamnya yang terurai.

"Hallo Fey, ada apa?" ian meletakkan tasnya dan duduk dihadapan fey.

Sebuah tiket bioskop diletakkan fey dimeja. Ian langsung mengambilnya, dengan tersyum ia berkata.

"Gue jemput nanti malem, di rumah lo. No telat. Gue gamau nunggu lo jadi jangan lama lama dandannya."

Fey hanya bisa tersenyum malu saat ian mengatakan itu. Mereka tidak pacaran, tapi semua orang tau bahwa mereka berdua saling suka.

Ian beranjak dari duduknya. Tak ingin membuat Calla menunggu lama, ia mencubit pipi fey dan mengucapkan selamat tinggal. Ian sudah berjanji pada fey akan pergi nonton bersama. Tapi ia selalu tak punya waktu untuk membeli tiket. Akhirnya ian meminta fey untuk membelinya dan sebagai gantinya ian akan mentraktirnya makan malam.

Ian mengambil motornya, lalu pergi meninggalkan tempat parkir. Dari kejauhan dia melihat Calla bersama seorang yang tak lain lagi adalah theo. Seorang yang bisa membuat seorang calla begitu tergila-gila padanya.

Calla mengucapkan selamat tinggal. Tak mengucapkan apapun, theo hanya tersenyum. Ian memacu motornya di tengah kemacetan kota. Sedangkan Calla di belakang memeluk erat ian.

"Bang, lo nanti malem mau jalan gak?" calla memecah keheningan.

"Abang jalan sama fey," ucapnya jutek.

"Lo jalannya sama fey mulu bang, kapan lo jalan sama adek lo. Kalo suka tuh ditembak buruan, keburu diambil orang," calla mulai mengoceh.

"Diem lo!"

Calla memegang dada abangnya merasakan detak jantungnya berpacu dengan cepat.

"Si abang lagi bahagia nih. Bang lo denger gak?!"

"Apaan?" Ian mulai risih dengan tingkah adiknya.

"Hati lo minta dipegangin." Calla tertawa terbahak melihat ekspresi abangnya lewat spion. Tak peduli dengan tatapan orang. Tapi mereka terlihat sangat bahagia karena mereka dilahirkan sebagai saudara.

Dia adalah Brian Conor abang terbaik di mata Calla. Teman calla satu-satunya. Orang yang mampu memperbaiki hari buruknya. Orang yang selalu membuat harinya bahagia.

I'm a WhaleWhere stories live. Discover now