Bertahan

44 3 0
                                    

Bisakah kau menyusunnya kembali?
Kepingan hatiku yang telah hancur

"IBU !" Teriak seorang wanita yang teramat sangat Yurina kenal. Ibunya.

Yurina menoleh ke asal suara.
Ibu Yurina menghampiri jenazah nenek Yurina. Didorongnya Yurina hingga terjatuh.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA NENEKMU ?!" Teriak Ibunya sembari menatap Yurina dengan tatapan penuh kebencian.
"DASAR ANAK PEMBAWA SIAL!" Teriak nya lagi.
Yurina terpaku.
Apa salahnya ? Kenapa dia yang tidak tau apa-apa ini dimaki-maki?
Yurina tidak mengerti. Namun dia tidak bisa bertanya. Dan tak ada yg sudi untuk menjawab pertanyaannya.
Ya. Pasti.
Karna semua orang yang berada disana menatapnya dengan tatapan jijik.
Ah... lagi-lagi mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya.
Harus sehancur apa hati Yurina supaya semua orang senang melihatnya tak berdaya?
Yurina hanya duduk termenung sembari menatap kosong ke jenazah neneknya.
Andai saja bisa diputarnya kembali waktu, mungkin dia akan tau penyebab semua ini.
Namun, hidup tidak semudah itu.

Hari ini pun berlalu.
Keesokan harinya jenazah neneknya dimakamkan.
Setelah pemakaman selesai, kakek Yurina menghampiri Yurina.
Ditatapnya Yurina dengan pandangan benci.
"Aku bahkan tidak mau lagi menganggapmu sebagai cucuku" katanya dengan nada berat dan tajam.
Deg
Yurina membeku. Terdiam.
"Cih"
Kakek Yurina pun berlalu dari hadapan Yurina.
Yurina pun terduduk di samping makam sang nenek.
Ditatapnya makam sang nenek dengan tatapan kosong.
"Maafkan aku nek. Bahkan karna sudah terlalu sering disakiti aku jadi tak tau lagi bagaimana caranya menangis. Ah.. mungkin air mataku sudah habis terkuras kemarin"
Yurina tersenyum kecut.

"Ayo pulang" kata seorang wanita dengan nada dingin pada Yurina.
Yurina menoleh.
"...mama?" Yurina menatap ibunya tak percaya.
"Dengar tidak?! Ayo pulang ! Sejak kecil kau ini slalu merepotkan saja! Buat membuat malu saya !" Ibu Yurina menarik tangan Yurina.
Yurina berusaha melepaskan tarikan kuat ibunya.
"Tapi ma..."
Ibu Yurina menatapnya tajam.
"Kau itu mau numpang siapa?! Tidak ada yang sudi mengurusmu ! Kau itu hanya bawa sial ! Jadi cepat ikut saya sebelum saya berubah pikiran !" Kata ibu Yurina keras.
Yurina terdiam.
Benar apa kata ibunya. Tidak ada yang menginginkannya di dunia ini. Lalu untuk apa Yurina hidup? Untuk disakiti? Haha, lucu sekali.

Yurina pun menurut lalu ikut pulang kerumah ibunya.

"Mulai sekarang kau jangan pergi kemanapun ! Kau hanya membuat malu! Jangan pergi kemana-mana kecuali ke sekolah ! Dan jika saya melihatmu bersama seorang laki-laki ... awas saja!" Ibu Yurina mengancamnya.
Yurina hanya mengangguk.
Ibu Yurina pun berlalu.
Yurina kini tinggal dengan sang ibu. Dia menuju kamar barunya. Beruntung dia tidak disuruh tinggal di gudang atau dapur.
Direbahkan tubuhnya ke kasur.
Yurina menatap kosong ke langit-langit kamar. Dia menghembuskan nafas.
"Hidup itu berat. Mungkin kematian lebih menyenangkan" gumamnya.
Cukup lama Yurina menatap kosong langit-langit kamarnya.
Banyak hal yang dipikirkannya.
Mungkin saja setelah ini dia tidak bisa tersenyum lagi. Tapi semoga saja itu hanya prasangka buruk Yurina.
Ah.. perasaannya terasa hampa. Kosong. Seolah semuanya sudah hancur tak tersisa.
Yurina beranjak dari kamarnya menuju dapur. Diambilnya sebilah pisau. Digoreskannya pisau itu ke lengannya.
Darah perlahan menetes dari lengan yang digoresnya tadi.
Sakit ? Tidak. Ini tidak seberapa dibandingkan rasa sakit dihatinya.
Entah kenapa hal ini bisa sedikit menenangkan Yurina.
Mungkin dengan ini Yurina bisa memindahkan semua luka dari hatinya ke fisiknya ? Pikiran Yurina mulai kacau.
BRAK !
Meong ~
Yurina langsung tersadar.
"Ah, apa yang kulakukan..." Yurina seolah baru bangkit dari pingsan.
Dilihatnya lengannya.
"Kenapa lenganku berdarah? Kenapa aku memegang pisau?" Gumam Yurina.
"Ah sepertinya aku melamun lalu tak sengaja menganggap lenganku bahan makanan haha" Yurina cekikikan.
Dibasuhnya lengan yang terluka lalu dia balut dengan perban.
"Ah, nanti mama akan semakin jijik padaku jika melihatku begini" gumamnya.
Yurina pun kembali menuju kamarnya.
"Hah... lelah. Hidup melelahkan"
Diambilnya hpnya.

LIME !
ANDA MENDAPATKAN 15 PESAN BARU DAN 10 PANGGILAN TAK TERJAWAB.

"Astaga..." Yurina tercengang melihat pesan yang rupanya dari Axel.
"Segitunya dia mempedulikanku ya?" Yurina sedikit tersenyum.
Lalu dibalasnya pesan dari Axel tersebut.

Waktu berlalu. Sudah hampir setengah tahun sejak kejadian tersebut.
Yurina sudah sangat akrab dengan teman-teman Lime nya. Bahkan mereka sering videocall dan calling.
Kebahagiaan bagi Yurina, mempunyai teman yang peduli padanya.

Geceh pribadi(5)

Yurina: besok gw pengumuman kelulusan uy, doain lulus ya.
Fia: yoi
Axel: pasti lah
Rara: :v
Shakilla: hooh yuu.
Rara: oce oce bosq :v semangat ea.
Yurina: kwkwk. Tq tq.

Yurina cekikikan melihat chatnya dengan teman-temannya.
Lalu Yurina pun tertidur

Keesokan harinya setelah pengumuman kelulusan

Geceh pribadi(5)

Shakilla: gimana yuu?
Shakilla: yuu???
Shakilla: p
Shakilla: p
Shakilla: p
Rara: njir sha spam
Yurina: njir kwkwk
Yurina: LULUS UYYYY
Fia: YEAHHHH
Rara: ASEK :v
Axel: wah selamat
Shakilla: selamat yuuuuu
Yurina: makasih <3
Yurina: ah smoga gw bisa ke jakarta / bandung/ bekasi lah buat kuliah
Rara: wih amin

Malam hari

Yurina menghampiri ibunya.
"Ma.. boleh aku minjam uang untuk kuliah? Nanti aku kembalikan jika dapat gaji dari part time" Yurina memohon pada ibunya.
"Tidak ! Kamu dirumah saja. Tidak usah kemana-mana" Ibunya berkata tegas.
"Tapi ma ,aku ingin kuliah..." Yurina tetap memohon.
"Kau itu mau kuliah pun atau apa , tetap jadi pembawa sial. Daripada kau semakin mempeemalukan saya, jadi lebih baik kamu tidak usah kemana-man !" Ibu Yurina membentaknya.
"Sampai kapan mama akan merantaiku?" Yurina menatap mamanya
"Apa ?"
"Aku tidak boleh kemana-mana, bergaul dan punya teman pun tak boleh. Seolah-olah kakiku dirantai dan dikurung di penjara besi" Yurina tersenyum kecut.
"Kau mulai lancang hah?" Ibu Yurina menatap tajam.
"Selama ini aku bersabar menerima semua kata-kata yang menyakitkan dari mama. Seremuk apapun hatiku aku tetap menerimanya ma. Kenapa mama begitu membenciku? Apa karna masa lalu? Berapa kali kukatakan bahwa bukan akulah yang melakukannya? Kenapa mama begitu tak percaya padaku? Apa karna HARGA DIRI mama ? Karna mama MALU ? Apakah tugas seorang anak untuk menerima semua perlakuan dan perkataan orang tuanya ? " Yurina menatap ibunya dengan ekspresi kecewa.

"Kalau memang mama membenciku, kenapa tidak membunuhku saja?-"
PLAK!!
Ibu Yurina menamparnya.
"LANCANG YA KAMU?! SEJAK KAPAN KAMU BERANI BERBICARA KATA-KATA KOTOR SEPERTI ITU PADA IBUMU SENDIRI? DASAR ANAK LANCANG ! AKU MENYESAL TELAH MELAHIRKANMU !" Ibu Yurina membentak Yurina dengan keras.

Yurina menatap Ibunya dengan pandangan kecewa.

"Memangnya mama pernah menganggapku anak?" Tanya Yurina sembari tersenyum kecut.
Ibu Yurina terdiam.
Yurina pun berlalu menuju kamarnya.

Yurina membereskan barangnya lalu kabur melalui jendela. Dibukanya hpnya. Lalu diubahnya foto profil seluruh sosmednya.
Setelah itu dimatikannya hpnya lalu disimpannya.
Yurina pun terus berjalan di dalam kegelapan malam.

Bersambung...

You'e not alone. We're here [Recommended]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang