Realita Sekolah

83 8 1
                                    

Detik itu juga, langkah itu juga gue sudah secara resmi meninggalkan sekolah menengah pertama. Perlahan gue masuk ke sekolah, melalui gerbang dan gue liat tulisan yang cukup besar, cukup untuk memukau kami para mangsa untuk ketakutan. "SMA 99 Mandiri Tangerang Selatan". Mungkin menurut kalian itu terdengar biasa saja, tapi bagi gue ini adalah kantor polisi. Kenapa? 

"Heh lo anak baru gak usah sok cantik deh! Rok span, rambut di catok. Lo mau sekolah apa mau jual diri?" teriak ketua osis yang sedang mengospek kami semua. 

Dan dia teriak begitu bukan tujuan nya ke gue. Ke orang disebelah gue. Anak lulusan Jabrix (Panggilan untuk alumni SMP 101). 

"Ya. Maaf untuk kata kata saya sekali lagi. Tidak patut saya mengucapkan hal seperti itu. Maka dari itu, saya persilahkan Daniel untuk menyambut kalian semua. Oh, by the way  Daniel adalah host ospek kita tahun ini." - kata ketua osis berwatak dua tersebut.

Oh Tuhan, aku tidak pernah merasakan denyut nadi berdetak hingga secepat ini. Apa ini? Kenapa aku, Renjani, seorang gadis yang menyukai film dan jazz, berwatak seperti wanita goth, pemalas serta orang yang kritis, jatuh hati kepada pria klimis eksotis dengan senyum yang manis itu? Daniel? Ya Tuhan.. Dia adalah cinta pandangan pertama ku disini. Ya Tuhan. Ya Tuhan tolong hentikan bualan kasmaran ini!

"Selamat pagi semua.." ucap Daniel, host ospek 2009 SMA 99 Mandiri Tangerang Selatan. 

Lalu para perempuan teriak meleleh mendengar suara nya. Bukan nya takut, iya, mereka malah terangsang, layak nya bunga putri malu. Namun, gue hanya berusaha menenangkan diri gue saat ini. Gue gak sangka gue jatuh cinta. Di hari pertama ospek yang gue kira akan menjadi siksaan neraka yang kekal. 

"Ya jadi, sebelum dimulai acara ospek ini perkenalkan saya Daniel Armand Battara. Panggil aja Kak Daniel.. Diacara ini kita mulai dengan pengenalan lingkungan sekolah yang akan dipimpin oleh kak Tarina, ketua osis yang sudah kalian temui tadi. Serta guru BK kami yang terhormat ibu Lazuardi dan bapak Kuntoro." - sambutan Daniel. 

Semua hanya terdiam terpaku melihat wajah indah ciptaan Tuhan tersebut. Begitupun gue, orang seperti gue pun tergoda. 

"Eee, okay.. Kalau gitu untuk menyemangati kalian semua. Kalian ikutin yel-yel saya ya. Ikutin okay? satu... dua... tiga... OSPEK DUA RIBU SEMBILAN....... JADILAH YANG BERBEDA, KARENA KITA SATU JUA! SALING MENGHARGAI!!"

Dan semarak semuanya dengan semangat mengikuti yel-yel si Daniel itu. 

(...........)

Ya Tuhan waktu terus berlalu dan kami daritadi hanya mengitari tempat yang akan menjadi rumah kedua kami dalam 3 tahun kedepan. Kelas yang panas, berdebu, toilet yang jorok gelap, bau, makanan kantin yang tidak higienis, guru yang killer, teman yang bisa dibilang norak. Hamba hanya bisa berpasrah kepada dirimu ya Tuhan! Just let all of this flow. Karena dengan izinmu 3 tahun ini hamba harap tidak terasa. 

Gue cuman ngomong itu sendiri ke dalam hati, sedangkan bu Lazuardi terus mengoceh dan membimbing kami layaknya tour guide. Lalu ia sedang memberikan pertanyaan kepada regu gue, dan gue gak peduli dan hanya melamun karena gue gak tertarik sama sekali. Mending gue homeschool deh. Lalu tiba-tiba sang guntur menyambar--

"Heh itu mbak nya yang di belakang, yang mukanya lusuh banget kayak kain pel sekolah. Ada yang ingin ditanyakan tidak?" - Bu Lazuardi. 

Gue hanya memberikan senyuman terpaksa dan berkata dengan lembut "Enggak ada Ibu.."

"Oh gitu.. Trus kamu kenapa melamun?" sahut dia lagi.

Otomatis gue menjadi pusat pandangan para kumpulan buronan norak ini. Gue hanya memberikan bualan andalan gue. "Enggak apa-apa Bu, saya hanya kurang fit aja hari ini."

Renjani Melawan DuniaWhere stories live. Discover now