When We Meet

5.5K 482 26
                                    

Gwangmyeong-dong
Soul, South Korea
00 . 00 KTS

Kriett

Deritan pintu itu bahkan tidak akan terdengar ketika sesuatu berlapis sarung tangan kulit merengkuh knop pintu lalu membukanya dengan pelahan.

Sepasang keping musang menilik isi dalam ruangan yang berhasil dimasukinya. Laki-laki itu menolehkan kepalanya ke belakang kemudian mengagguk, seolah memberikan sebuah tanda pada sosok yang berdiri tepat beberapa senti dibelakangnya.

Keduanya sempat bermain mata sebelum akhirnya membuka pintu semakin lebar. Ruangan besar berisikan sebuah meja kerja dengan tumpukan dokumen, serta kertas-kertas juga lemari yang berisikan buku-buku besar,  terhampar menjadi pemandangan indah yang menyapa dua orang namja berbeda postur tubuh itu.

“Hyung, flashdisknya ada dalam laci meja nomor tiga.” bisik suara husky yang terdengar sangat lirih. Sosok laki-laki bermata musang dihadapannya mengangguk, kemudian semakin melangkahkan kakinya masuk lebih dalam lagi menghampiri meja kerja berukuran besar itu.

Sebuah seringai terpatri di sudut bibirnya yang berbentuk hati saat melihat laci nomor tiga yang dimaksud patnernya, adalah sebuah brankas pribadi. Ia memiringkan kepalanya sejenak, sebelum mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku jacketnya. Benda itu ia letakkan di atas pemutar keywords lalu menekan titik tombol kecil berwarna merah.

Tak

Bingo!

KLIK

Keduanya saling berpandangan sebelum mengangguk.

Pintu brankas terbuka menampakkan isinya yang berupa tump,ukan uang, serta beberapa dokumen, dan yang terakhir adalah sebuah kotak kecil berwarna hitam. Tanpa berfikir panjang lagi, jari-jari panjang itu meraih kotak kecil yang ada dihadapannya lalu membukanya.

Senyum kemenangan terlontar di bibirnya sebelum menutup kembali pintu brankas kemudian bangkit berdiri.

“Kajja kita sudah mendapatkan apa yang kita cari. Besok akan menjadi topik utama di perusahaan bursa saham.” Ujar suara bass itu yang diangguki laki-laki patnernya.

Keduanya kembali melangkah keluar, menutup pintu berplitur itu  tanpa suara, lalu berjalan dengan tenang. “Hyung, lewat atap saja. Aku membawa pengaitnya. Setauku ada alarm diatas rumput halaman rumah Kim Jongin ini.” Mata musang itu melirik laki-laki disampingnya, tanpa memberi jawaban, ia lantas berputar arah lalu menaiki tangga menuju lantai atas rumah besar milik pengusaha ternama Kim Jongin.

Seet

“Yoochun-ah!!” pekik laki-laki beriris musang itu sambil menarik tangan patnernya. Membuat seseorang bernama Yoochun itu melontarkan ekspresi wajah bertanyanya tanpa kata.

“Ada CCTV. Kita cari jalan lain.” Yoochun mengangguk mengerti. Keduanya kembali berputar arah menuju jalan di sebelah kanan tangga.

Tsk!

“Menjengkelkan saja. Kim Jongin pasti memasang kamera di setiap sudut ruangan. Hanya ada tiga tempat yang tidak dihuni benda menyebalkan itu hyung. Kamar tidurnya, ruang kerja, dan…” Yoochun tidak melanjutkan kita-katanya ketika melihat sosok yang dipanggilnya hyung itu sudah berjalan mendekati sebuah pintu kamar yang terlihat tidak terkunci, dengan lampu yang menyala terang.

“Yunho hyung! Hey.. Wait! Where you going Bro? Aishh!!” Yoochun menggeleng lemah saat panggilan berbisiknya tidak dipedulikan Yunho. Akhirnya tanpa berkata lagi, pemuda dengan wajah cassanova itu mengikuti kemana hyungnya kini telah menghilang dibalik sebuah pintu.

.

.

DEG

No Matter Crime, Love Or Possessive (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang