When I am Passionate

2.6K 344 9
                                    

Aku mengingkannya, tubuhnya, terlebih hatinya
***

"Kau tidak mau memakannya?" tanyaku lagi pada sosok pemuda berparas menawan di hadapanku. Aku membuang senyum kecut saat wajah cantik itu berpaling tanpa sedikitpun menatapku.

Sudah tiga hari aku menyekap Kim Jaejoong dalam duniaku. Dunia yang kubuat untuk menjadi tameng agar siapapun tidak bisa memasukinya apalagi berpijak disana. Terkecuali namja di hadapanku ini. Yoochun sudah mengatakannya padaku, bahwa ia tidak pernah menyentuh setiap makanan yang kuberikan untuknya.

Tsk!

Tidak segampang itu kau ingin mati. Jika aku tidak menghendakinya, maka kau tidak akan mati tanpa seizinku.

"Jangan membuat kesabaranku habis. Kau mau makanannya atau..."

"Atau apa? Kau mau membunuhku? Silakan. Aku tidak peduli." Tatapannya sekarang mengarah padaku. Wajah menantang itu justru membuatku semakin tertarik padanya.

"Baiklah jika itu maumu. Jangan pernah menyesali keputusanmu jika wanita yang menjadi ummamu itu langsung mati melihat bangkai tubuh putranya." Kataku sembari meraih handgun yang kuselipkan di balik jacketku.

Aku melihatnya terbelalak. Aku tau ia berfikir tentang ucapanku barusan. Matanya bergerak gelisah, jemarinya saling bertaut dan bermain. Apakah itu ciri khasnya saat sedang cemas? Satu lagi kebiasaanya yang kuketahui.

Ia menelan salivanya, menatap tidak percaya sebuah pistol dalam genggamanku yang mengarah padanya. Aku bisa merasakan tubuhnya bergetar, Apakah ia takut? Takut aku akan membunuhnya?

Sudah kubilang, bahwa aku menginginkannya, menginginkan tubuhnya, menginginkan suaranya yang hanya mendesahkan namaku, tetapi dari itu semua, hal yang terpenting yang aku inginkan adalah hatinya.

Kau belum tau siapa Jung Yunho yang sebenarnya Jaejoongie. Namja ini akan melakukan segala cara agar apa yang diinginkannya tercapai, itulah diriku.

"B-bunuh a-aku. Aku tidak akan mundur." Ucapnya dengan suara bergetar.

DOR

"Hyung!! Ap__"

Aku tidak berpaling sedikitpun dari wajah Jaejoong meskipun kudengar suara Yoochun yang sepertinya sudah berdiri mematung di depan pintu kamar ini.

Kulihat sepasang mata yang mempesona itu terpejam dengan sangat rapat. Kedua lengan itu memeluk tubuhnya sendiri seolah udara dingin dan mencekam baru saja membelai kulit putihnya. Tidak luput juga tubuhnya yang bergetar hebat serta meringkuk.

Suara deritan ranjang itu terdengar saat aku menumpukan tubuh duduk diatasnya. Kubelai surai lembutnya. Hingga kedua matanya kembali terjaga lalu menatapku dengan sorot mata seperti bertanya, heran, tidak mengerti, tidak percaya. Semuanya bercampur dalam ekspresi wajah itu.

Pandangan Jaejoong beralih pada sesuatu yang mengenai peluru handgun milikku. Mangkuk berisi bubur itu pecah dengan isinya yang tercecer berantakan di atas lantai. Jaejoong kembali menatapku.

"W-Wae? K-kenapa kau t-tidak menembakku?" tanyanya sembari memundurkan tubuhnya menjauh dariku. Aku tersenyum mendengar pertanyaannya, lalu kuulurkan tangan hendak menyapa permukaan lembut kulit wajahnya yang sangat mempesona itu.

Ah....

Lagi-lagi dia menolak dengan menjauhkan wajahnya lalu merunduk seperti ketakutan.

"Yoochun-ah. Cepat ambilkan bubur baru untuk tamu kita yang manis ini." perintahku pada namja yang sedari tadi masih bergeming di depan pintu. Kudengar langkah kaki Yoochun menjauh. Lalu fokusku kembali pada Kim Jaejoong.

No Matter Crime, Love Or Possessive (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang