BS || 03

5.3K 363 1
                                    

Kicauan burung gereja dipagi hari membangunkan Bela, sayup-sayup Bela membuka matanya dan sesekali mengerjapkan matanya yang terasa berat.

Bela melirik sekilas kesamping tempat tidurnya, disana ada tubuh Restu, tanpa bela ketahui yang disampingnya itu adalah Reza. Bela merasa terpesona akan ketampanan suaminya itu. Sudah sangat lama sekali suaminya itu menyentuhnya kembali.

Bela masih menatap tampilan ukiran suaminya yang tampan itu, tanpa disadari Bela. Reza membuka matanya dan langsung menghujamkan pandangannya menatap kearah mata Bela yang memandanginya sedari tadi. Sontak membuat Bela salah tingkah dan bersemu merah diarea pipinya. Membuat Reza gemas akan sikap malu-malu Bela itu.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu melihatku seperti itu, Hmm?" tanya Reza lembut seraya jemari tangannya membetulkan helaian rambut Bela ketelinganya.

Romantis!

Bela hanya menggeleng pelan, "tidak ada apa-apa." jawab Bela masih dengan merona.

Reza tau kalau Bela sedang bingung dan salah tingkah, Reza pun segera duduk dan meperlihatkan perut sixpack milik kakaknya, dan lagi membuat Bela bersemu merah. Hal itu justru membuat Reza tersenyum dan ingin menggodanya.

"Ada apa sayang, bukannya kita semalam sudah melihat semuanya masing-masing hmm? Kenapa dengan wajah meronamu itu, sayang?" Reza menggoda Bela, sontak saja Bela mencubit perut sixpack suaminya itu.

Reza semakin tergelak, "Ampun, aduh, ampun, sayang." ujar Reza dengan kesakitan dan tertawa terbahak-bahak karena Reza berhasil membuat pagi mereka tidak kaku.

"Rasain, jangan menggodaku seperti itu, kamu seperti bukan suamiku saja." ucapan Bela justru membuat tawa Reza berhenti.

Bela juga berhenti berucap, lantaran suaminya berhenti tertawa, membuat Bela semakin deg-degan menunggu suaminya berbicara. Selama menunggu suaminya berbicara, selama itu pula degup jantungnya Bela seperti berlari maraton. Bela takut, kalau suaminya berubah lagi, bersikap kasar dan menyiksa batinnya dengan ucapan-ucapannya. Bela lupa kalau suaminya itu suka berbicara tajam yang menyakitinya. Dan tadi Bela salah berucap tanpa disaring terlebih dulu.

"Kenapa sayang?" tanya Reza.

Bela hanya menggelengkan kepalanya dengan sangat pelan. "Aku takut kalo kamu berubah acuh tak acuh lagi sama aku." cicit Bela dengan mata yang berkaca-kaca.

Deg!

Ucapan dan kata-kata Bela justru membuat Reza semakin ingin tau, sebenarnya ada apa dengan rumah tangga Bela, wanita yang ia cintai itu dengan kakaknya.

"Memangnya aku berbuat kasar seperti apa padamu, Bela sayang. Hmm?" tanya Reza dengan penasaran.

Bela menatap gugup kearah suaminya. Aku takut kalau kamu mencaci aku dengan perkataanmu yang sangat pedas itu." ujar Bela dengan mata yang berkaca-kaca menahan air matanya.

Jantung Reza berdetak lebih cepat, ia merasa sakit saat Bela mengucapkan apa yang dirasakan selama ini, itu membuat tangannya mengepal erat menahan amarah.

"Jadi rumah tanggamu tak bahagia." Reza bergumam dalam hatinya.

Dengan cepat Reza memeluk tubuh polos Bela yang hanya ditutupi oleh selimut itu. "Maafkan aku sayang, aku tak akan mengulanginya lagi! Sungguh." ujar Reza dengan bersungguh-sungguh.

Bela yang sudah tak tahan menahan tangisnya dan ditambah dengan kata-kata suaminya itu, sehingga Bela menumpahkan air mata tangisannya didada bidang suaminya itu, Reza tak peduli dadanya basah oleh tangisan Bela. Yang ia pedulikan sekarang adalah Bela nyaman dan Reza akan melindunginya. Karena Reza mencintai Bela.

Bukan SUAMIKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang