Prolog.

942 45 7
                                    

Rendy berjalan perlahan kemeja Reina, gadis itu seperti biasa sedang membaca novel remaja saat pelajaran kosong.

Biasanya Rendy akan mengganggu Reina, karena Reina akan menjadi sangat fokus bila sedang membaca.Rendy senang melihat gadis itu cemberut dan ngambek bila diganggu, tapi hari ini dia akan bicara serius, tentang suatu hal yang ia rasa harus ia sampaikan pada Reina.

Sebenarnya, sudah lama ia ingin menyampaikan ini. Hanya saja, baru sekarang keberanian itu muncul.

"Rei"ucap Rendy pelan namun masih dapat didengar oleh Reina.

"Hm" Rendy mendengus kesal, gadis ini akan berubah menjadi es batu bila sedang fokus begini.

"Rei,gue lagi ngomong! Liat muka gue kek jangan tulisan mulu"

"Lo ganggu"ucapan Reina barusan benar-benar buat Rendy kesal, dia langsung mengambil novel yang sedang dibaca reina lalu dia berdiri dan meletakan novel itu dikursinya dan kemudian dia kembali duduk.

"Ren,balikin novel gue. Ngapain lo dudukin gitu coba? Kuker lo" Reina mencoba mendorong badan Rendy agar dia berdiri, tapi apalah daya gadis lemah seperti Reina, tenaganya kalah jauh sama Rendy.

"Rendy nyebelin, sana lo jauh-jauh gue males sama lo" Reina membuang muka dan memasang wajah cemberut yang malah terlihat menggemaskan menurut Rendy.

"Jangan ngambek dong Rei,gue cuma mau cerita bentar doang kok sama lo, yayaya?"

"Ck, kaya gak ada waktu lain aja, gue tuh lagi asik baca novelnya Ren, itu tuh cewe nya gak peka banget tau nggak, ngeselin!"

Rendy menaikan alisnya, dan memasang wajah yang seolah-olah mengatakan emang lo peka jadi cewe? .Reina yang mengerti, langsung memutar bola matanya malas "gue peka ya, Ren orangnya" ucapnya kemudian.

Rendy sedikit terkekeh melihat Reina yang memasang wajah ingin memakannya hidup-hidup.

"Iya lo peka orangnya, percaya gue kok. Eh, lo mau denger gak cerita gue? eh, bukan cerita sih gue mau minta saran sama lo"

"Ok, cerita aja,adek siap kok dengerin cerita abang" Reina dan Rendy langsung tertawa mendengar omongan Reina yang terdengar ambigu. Sebelum akhirnya Rendy menarik nafas panjang dan memulai ceritanya.

"Ren gue suka sama cewe" Rendy menghala nafas lega setelah mengatakan itu. Sedangkan Reina malah menaikan alisnya dan wajahnya berubah menjadi bingung.

"Terus? Apa hubungannya sama gue?" Rendy menarik nafas kesal, gadis ini benar-benar membuatnya hampir gila!

"Yah gue cuma mau minta saran lo aja gitu, gue mau nembak cewe ini" Rendy tersenyum, senyum yang disukai Reina. Senyum menular,buktinya Reina juga ikutan tersenyum sekarang.

"Emang cewenya siapa? Namanya? Gue tau gak orangnya? Gue kenal gak?"

"Nanyanya satu-satu kali Rei, jangan borongan gitu" Rendy terkekeh mendengar Reina bertanya sebanyak itu, bukannya ucapan gadis ini sebelumnya mengisyaratkan bahwa dia tidak peduli? Lalu mengapa sekarang dia bertanya ini-itu?

"Hehe, maaf Ren, penyakit kepo gue kumat" Reina tersenyum malu, senyum favorit Rendy. Memang bukan senyum menular seperti Rendy, tapi senyum ini adalah senyum yang bisa membuat Rendy tenang.

"Lo tau cewe yang gue suka, lo bahkan tau segalanya tentang dia" Reina membulatkan matanya, dia jadi semakin penasaran siapa wanita yang Rendy sukai. Harus diakui kalau Reina punya kadar kepo diatas rata-rata.

"Namanya?" Rendy menggelengkan kepalanya.

"Gue rasa lo gak perlu tau soal itu" Reina cemberut, dia kesal karna Rendy bercerita setengah-setengah padanya.Sedangkan Rendy menikmati perubahan wajah Reina yang terlalu cepat, awalnya marah, kepo, cemberut, tersenyum, dan sekarang cemberut lagi, ahh gadis ini benar-benar membuatnya gemas.

"Lo kalo ditembak pake bunga seneng gak?" Reina menggelengkan kepalanya.

"Guekan alergi bunga" Rendy hampir melupakan fakta itu, Reina alergi sama segala jenis bunga, hidungnya akan gatal bila menghirup wanginya.

"Tapi mungkin bagus juga,lo mungkin bisa coba cara itu,gak semua cewe alergi sama bungakan?" Rendy mengangguk, membenarkan ucapan Reina tapi gadis yang disukainya ia yakini alergi bunga.

"Cewe yang gue suka alergi bunga Rei, gimana kalo gue nembaknya sambil nyanyi pake gitar" Reina kembali menggeleng.

"Terlalu romantis Ren, gue gak terlalu suka cowo romantis, gue sukanya yang humoris "Rendy menganggukan kepalanya, memahami ucapan Reina.

"Tapi ya dicoba aja Rei, mana tau cewe yang lo suka seneng diperlakuin romantis kaya gitu" Rendy menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan ucapan Reina.

"Cewe yang gue suka, suka cowo humoris" Reina hanya membentuk huruf o dari mulutnya.

"Kasih tau clue lagi dong tentang cewe itu, kok gue sama dia banyak kesamaannya? Apa cuma perasaan gue aja?"

"Ah, nggak Rei, bukan perasaan lo aja" Rendy mengucapkan hal itu dalam hati.

"Dia temen sekelas gue, dia suka baca novel, dia suka jadi es batu kalo udah baca novel, dia temen deket gue, dia yang selalu gue tanyain saran ini-itu,dia orang yang punya senyum yang paling gue suka,dia..."

"Aduh, siapa sih Ren? Lo kayaknya cuma deket sama gue deh, siapa sih?" Reina memotong ucapan Rendy.

"Lo Rei, lo yang gue suka"

"Menurut lo siapa?" Reina berpikir sejenak, lalu dia langsung tersenyum memandang Rendy.

"Setau gue selain gue, yang suka baca novel itu ya Lala, lo suka ya sama Lala? Eh tapikan lo gak terlalu deket sama dia? Lo juga jarang minta saran ke...eh sekarang lo malah minta saran ke gue, Ren kalo lo suka sama Lala lo kejer dong dia, jangan malah ngejer gue, kan jadinya aneh suka sama si A malah ngedeketin siB, gak nyambung tau Ren"

Rendy mendengus kesal,tadi siapa yang ngotot bilang kalau dirinya peka? Nyatanya?oh ya Reina adalah gadis ter-peka yang pernah Randy temui.

****

I wish everyone love my story💜
Kalo ada banyak kurangnya tolong kasih tau,biar bisa aku perbaikin,biar aku belajar buat bikin yang lebih bagus lagi.
Voments guys,love you💜

Revisi: 1 september 2018 21.32WIB

KARMA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang