Tiga-Rasa

335 28 9
                                    

"Kadang memulai sesuatu dari status cuma temen itu lebih sulit daripada balikan sama mantan"-RA

***

"Rei, lo pernah jatuh cinta nggak?" Reina menahan tawa mendengar pertanyaan konyol Rendy.

"Selain sama keluarga, gue rasa belum" Rendy tersenyum, jujur dia senang mendengar jawaban Reina.

"Kalo lo, udah pernah jatuh cinta?" Reina tak bisa menahan rasa penasarannya, Reina akui kadar 'kepo'nya memang diatas rata-rata.

"Udah" Reina tak terlalu terkejut, mana mungkin cowok setampan Rendy belum pernah jatuh cinta!

"Sama siapa?" Rendy terkekeh pelan melihat Reina yang terlalu kepo menurutnya.

"Seorang gadis, gadis yang baik, manis, lucu, agak 'kepo' , tapi gue sayang banget sama dia"

"Oh ya? namanya siapa?"

"Reina" batin Rendy.

"Lo gak perlu tau" Reina mendengus kesal, tapi dia tak mau memaksa Rendy menjawab pertanyaannya, percuma! pikir Reina.

"Dia sekarang dimana?" tanya Reina lagi, satu lagi sifat dominan Reina selain 'kepo',yaitu tidak mudah menyerah! Tidak mudah menyerah mempertahankan sifat keponya.

"Ada dideket gue sekarang" Rendy menjawab sambil tersenyum dan menatap dua bola mata Reina, Reina yang ditatap malah memalingkan wajahnya karna malu. Dan oh,apa-apaan ini? kenapa wajahnya tiba-tiba panas dan berubah menjadi merah? Apa dia blushing? ah tidak-tidak! Mungkin karna cuacanya saja yang panas, ya benar cuacanya panas! .

"Dia ada dideket gue Rei, deket banget, disebelah gue"Rendy menjawab untuk yang kedua kalinya, namun kali ini dia lebih memilih menatap lapangan sekolah daripada Reina.

Degg!

Jantung Reina seakan berhenti, apa maksud Rendy? Bukannya yang disebelah Rendy sekarang hanya Reina? Apaa gadis yang dimaksud Rendy adalah ...
Ahh tidak tidak! Mana mungkin itu, haha Reina kamu terlalu berharap bodoh! Lupakan dia, jangan anggap itu kode! Jangan percaya ucapan Fani yang bilang kalau Rendy menyukaimu, ucap Reina dalam hati.

***

Rendy tiba-tiba teringat kenangan setahun lalu. Saat dia melempar Reina dengan kode yang amat keras. Namun, gadis itu hanya diam tak mengerti.

Saat itu, saat Reina sedikit terkejut namun membisu. Rendy akhirnya angkat bicara ke dua kali, mengucapkan bahwa Reina gadis yang ia suka secara tidak langsung sambil menatap lapangan karena malu.

Malu, karena tak mampu mengungkapkan rasanya secara langsung. Padahal Rendy tahu, kalau Reina ini sama sekali tidak bisa di kodein.

Dan, bodohnya Rendy masih berharap sampai sekarang pada gadis ini. Ya, mau gimana, namanya juga udah sayang.

Tapi, mendengar penuturan Reina di cafe tadi, membuat hati Rendy sedikit goyang. Bagaimana Rendy bisa membuat Reina jatuh cinta bila Reina sendiri hanya ingin bersahabat dengannya?

Apakah ini lah akhir kisah cinta nya? Berhenti saat bahkan Rendy belum memulainya. Mengungkapkannya.

"Ren"

"Rendy"

"Woi! Ren! Jangan ngelamun, kalo nabrak gimana!?" Reina memukul pundak Rendy dari belakang sambil berteriak tepat di telinga Rendy.

Membuat Rendy sedikit meringis karena telinganya terasa benar-benar terisi. Terisi oleh suara Reina yang nyaring.

"Apa sih, Rei? Budek gue denger suara lo" ucap Rendy sambil memegang telinganya yang terasa berdengung.

"Ya, lo sih ngelamun" ucap Reina.

"Gue kan jadi ngerih, kalo kita nabrak terus mati gimana?" Lanjut Reina sambil bergidik ngerih.

"Lo ngebayanginnya lebay amat, gue gak bakal nabrak" ucap Rendy.

"Tapi kan-"

"Udahlah, selow aja lah di boncengan" tegas Rendy.

"Lagian ini bentar lagi nyampe" lanjut Rendy.

"Oh iya, itu rumah gue" Reina menunjuk rumahnya yang sudah terlihat.

"Udah tau. Udah berapa kali ya gue nganterin lo pulang? Kalo pake tarif lumayan juga kayaknya, Rei" ujar Rendy sambil menghentikan laju motornya. Karena mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Reina.

"Yeh, gak ikhlas ni? Yaudah besok gak usah anter gue pulang lagi deh gak papa kok" ucap Reina sambil turun dari motor Rendy.

"Idih, ngambek. Bercanda kali, Rei" ucap Rendy sambil mengacak gemas rambut Reina.

"Rendy! Berantakan" ucap Reina sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.

"Lagian kalo udah males anter gue pulang ya bilang, jangan minta tarif dong" ujar Reina.

"Ya ampun, bukan gitu, Rei. Gue cuma bercanda, kok baper sih?"

Sekalinya gue beneran ngebaperin lo malah cuek aja sambung Rendy dalam hati.

"Lagian tempat kosong di belakang ini memang khusus buat lo. Percuma jugakan ini di ciptain kalo gak digunain" ucap Rendy sambil memukul tempat Reina duduk tadi berulang kali.

"Tapi, gue kan jadi gak enak, Ren. Gue kan nebeng setiap hari, tapi gak pernah ngasih apa-apa. Lo kalo mau apa sama gue, minta aja. Asal jangan yang aneh-aneh" ucap Reina.

Mau jadi pacar lo, Rei...

"Gue gak mau apa-apa. Gue ikhlas kok" ucap Rendy sambil tersenyum.

"Yaudah, gue pulang dulu ya"

"Makasih ya. Hati-hati dijalan, byee" Reina melambaikan tangan sambil tersenyum. Terus memperhatikan motor Rendy sampai saat motor itu hilang dari pandangannya Reina menunduk lesu.

"Persahabatan cewek sama cowok emang gak ada, Ren. Semua nyisain rasa. Gue udah ngerasain, lo udah apa belum?" Lirih Reina pelan.

🍉🍉🍉

Revisi: 10 desember 2018, 06.40 a.m

KARMA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang