"Bukan karna tidak bisa mengungkapkan perasaan yang membuatku sakit, tapi karna ucapan mu yang mengatakan kita cuma 'teman' yang membuat ku sadar dan sakit secara perlahan" -RA
***
"Rei, sembilan kali delapan berapa?" Tanya Rendy masih fokus dengan buku tugas di depannya.
"Tujuh puluh dua." Jawab Reina masih fokus dengan novel romantis yang ada di tangannya.
"Akar 225 berapa, Rei?"
"15."
"Kalo 135 bagi 5 berapa?"
"Nanyak mulu ih, Ren. Gue lagi baca novel nih." Reina membanting novelnya ke atas meja lalu memandang Rendy kesal.
Rendy yang diperlakukan begitupun hanya tersenyum lebar tanpa merasa bersalah. Membuat Reina makin menekuk wajahnya kesal.
"Gue mau baca buku dulu! Lagi puncak konflik nih, awas lo gangguin lagi ya!" Ancam Reina sebelum akhirnya kembali fokus pada bukunya.
Namun, seperti tak mendengar ancaman Reina sebelumnya, Rendy malah makin semangat menjaili Reina.
"Rei punya tip-x gak? Minjem dong?" Rendy kembali bertanya.
"Rei? Kok diem aja sih? Kasih tau kek dimana tip-x nya. Lagi butuh nih biar tugas gue buruan kelar." Rendy bahkan terus bertanya walaupun tanpa ada jawaban.
"Di laci." Ucap Reina akhirnya.
"Oh laci. Yaudah ini gue ambil ya, Rei." Rendy merogoh isi laci Reina.
"Hm." Reina yang malas menjawab hanya bergumam pelan.
"Rei, udah selesai nih. Gue balikin ya? Ini gue letak di laci ya?"
"Rei? Gue letak di laci, ya?" Rendy terus mengulang pertanyaan bila tidak mendengar jawaban dari Reina.
"Iya." Dan Reina yang jengah mendengar pertanyaan berulang dari Rendy pun memilih menyerah dan menjawab pertanyaan itu. Walaupun hanya dengan satu kata saja.
"Rei gue-"
"RENDY IH! KAN DIBILANG JANGAN GANGGU!" Reina kembali berteriak marah. Kali ini bukan hanya membanting buku di atas meja saja.
Tangan mungil Reina juga mulai bergerak memukuli lengan Rendy kesal. Walaupun tangan Reina kecil, karena dia memukul dengan sepenuh hati dan jiwa raga, akhirnya seluruh kekuatannya pun tersalurkan dalam pukulan itu.
Rendy bahkan sampai meringis sakit karenanya.
"Iya-iya. Maaf. Janji deh gak lagi." Ucap Rendy setelah kewalahan menghindari pukulan Reina.
"Awas ya kalo gangguin lagi!" Reina kembali mengancam sambil membesarkan matanya.
Tapi, bukannya bikin takut, Reina malah keliatan lucu di mata Rendy. Bahkan, kalau tidak ingat kalau Reina sedang marah, mungkin dia sudah mencubiti pipi gembul Reina karena terlalu gemas melihat Reina.
"Iya, nggak lagi deh, Rei."
"Bener ya? Janji gak?" Reina menunjukan jari kelingkingnya pada Rendy. Ingin mengajak Rendy berjanji ala anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA [NEW VERSION]
Teen FictionBagaimana kalau kamu mencintai seseorang saat dia sudah bersama orang lain? Terus berjuang dan menjadi perusak atau berhenti sebelum berjuang? *** Cerita ini pernah saya publish sebelumnya, namun karena saya tidak puas dengan ceritanya, akhirnya cer...