Ten

477 72 18
                                    

Mingyu merasakan seberkas cahaya mengusik retinanya kala ia mencoba membuka mata. Sayup-sayup terdengar suara perempuan yang menyerukan namanya dengan tidak sabar. Mingyu kenal betul suara ini. Suara yang selalu menenangkannya kala sang Ayah membuatnya takut dengan segala kuasa yang ia miliki.

Benar saja. Saat mata dengan iris hitam itu terbuka sempurna, dihadapannya terlihat sang Ibu yang memandangnya dengan raut wajah terkejut sekaligus bahagia.

"Mingyu! Kau sudah bangun 'nak?! Syukurlah" sang Ibu berseru sambil memeluk anaknya yang masih terbaring, dengan air mata yang tak henti berlinang.

"Eomma merindukanmu 'nak!" Bahu Min Ah bergetar kala mengatakannya. Tak kuasa menahan tangis saat mengetahui sang anak semata wayang telah sadar dari tidur panjangnya selama hampir dua bulan penuh.

"Eomma..." Mingyu masih dengan kesadaran yang belum sepenuhnya utuh, mencoba mengingat dimana dirinya berada saat ini. Pandangannya kosong menatap lurus kearah langit-langit ruangan.

Min Ah melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya kemudian "Iya, ini Eomma. Saat ini kita ada dirumah sakit, Gyu" senyum bahagia menggantikan air mata Min Ah saat ini. Ia terlalu bahagia melihat sang anak yang kini sudah membuka mat, setelah sekian lama.

"Aku... dirumah sakit?" Tanya Mingyu dengan raut wajah bingungnya.

Min Ah mengangguk "Tunggu sebentar, biar Eomma panggilkan dokter" Min Ah beranjak dari duduknya dan beralih meraih tombol darurat dan memencetnya sebanyak tiga kali untuk memanggil dokter yang memang bertugas merawat Mingyu.

Tak butuh waktu lama, seorang pria bersetelan jas putih lengkap dengan stetoskop menggantung dilehernya, memasuki ruangan Mingyu.

Min Ah beranjak dari duduknya yang sebelumnya berada disamping Mingyu, dan memilih berdiri agak jauh dibelakang dokter. Memberi ruang untuk pria itu agar lebih leluasa memeriksa anak semata wayangnya.

Stetoskop dipasang, dada Mingyu jadi sasaran "Mingyu, apa yang kau rasakan?" Tanyanya sambil terus menekan pelan ujung stetoskop pada beberapa bagian dada dan perut Mingyu.

"Sedikit pusing... kurasa" jawab Mingyu ragu-ragu. Karena ia sendiri pun tak yakin dengan apa yang dirasakannya saat ini.

Dokter muda itu hanya manggut-manggut mendengar penuturan pasiennya "Ya, itu wajar. Karena kau baru bangun dari tidur panjang selama dua bulan" tuturnya tak lupa dengan iringan senyum tipis menyertai wajah tampannya.

"Bagaimana 'dok?" Kini giliran Min Ah yang bertanya dengan wajah khawatirnya.

"Sejauh ini, perkembangan Mingyu cukup baik. Mengingat ia koma dalam waktu yang cukup lama, keluhan Mingyu tidak seberapa. Selama aku menangani pasien dengan kasus yang hampir sama, kebanyakan dari mereka mengeluh banyak hal. Jadi, untuk saat ini aku sarankan agar Mingyu tetap beristirahat"

Mingyu mendudukkan dirinya, mengambil posisi senyaman mungkin tanpa harus membebani tubuhnya "Terimakasih 'dok" ucapnya sambil tersenyum.

Sang Dokter balas tersenyum "Tak masalah. Jadilah anak penurut, maka kau akan pulang besok" Dokter muda itu mengangguk singkat untuk sekedar berpamitan dengan Min Ah sebelum akhirnya menghilang di balik pintu.

Min Ah kembali menghampiri ranjang Mingyu dan duduk disampingnya "Apa kau butuh sesuatu?" Tanya Min Ah sambil mengusap punggung tangan Mingyu yang berhiaskan jarum infus.

Mingyu hanya menggeleng. Pandangannya menerawang sejenak, matanya terpejam kemudian. Sekelebat bayangan tiga orang pemuda yang membuatnya celaka, tiba-tiba mengganggu pikirannya.

"Eomma..." Mingyu berseru masih dengan matanya yang terpejam. Suara Mingyu terdengar pelan dan serak ditelinga Min Ah "Ya, Eomma disini"

Mingyu menghela nafas berat "Apa pernah ada yang menjengukku?" Tenggorokan Min Ah tercekat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Mingyu.

Stay With Me {MEANIE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang