u

411 144 118
                                    

Aku kesal. Untuk apa ia mengajakku makan malam jika aku hanya diam? Sebenarnya siapa yang orang asing disini?

"Niall, aku ingin pulang." ucapku memotong obrolan asik antara Niall dan Ellie. Mereka menatapku bingung.

"Tunggulah sebentar. Aku ingin mengobrol dengan Ellie." jawabnya tanpa merasa bersalah.

"Bukankah daritadi kau memang berbicara dengan dia?" Jawabku sambil menunjuk wanita itu.

Tatapan Niall terhadapku berubah. "Benarkah?" Tanyanya.

Astaga, aku muak. "Seharusnya kau mengajak Ellie makan malam, bodoh. Bukan aku!" jawabku sarkastis lalu melangkah keluar dari restoran itu.

Aku berjalan kaki hingga menemukan sebuah halte bus. 30 menit berlalu dan belum ada satupun bus yang tiba. Aku meraih ponsel dari tas kecilku untuk mengecek pukul berapa saat ini. Sekarang sudah pukul 10 malam. Bus yang biasa aku tumpangi terakhir tiba pada pukul 8 malam. Pantas saja.

Dengan terpaksa, aku melangkahkan kakiku menuju rumah. Semakin lama aku berjalan, kedua kaki yang beralas high heels ini semakin lelah. Aku melepas high heels sialan itu dan menentengnya pada tangan kananku. Telapak kakiku menyentuh pinggiran kota London yang dingin, namun kurasa ini jauh lebih baik dari sebelumnya.

Aku mendengar langkah kaki.

Itu bukan langkah kakiku. Suara langkah kaki itu tak seirama dengan langkah kakiku.

Lagipula, aku 'kan tidak memakai alas kaki.

Aku mengarahkan pandanganku ke sisi jalan. Samar samar, aku dapat melihat bayangan seseorang disana.

Aku berjalan lebih cepat, menghindari hal-hal yang tak kuinginkan. Jika hantu memang tak ada, kuharap dia bukan orang jahat.

Aku tak ingin mati hari ini.

Aku masih ingin melihat Niall.

Two GhostsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang