"Kay!"
Orang misterius itu memanggil namaku. Ada tiga hal yang kutahu saat ini; ia adalah seorang pria, ia mengetahui nama panggilanku dan ia memilikki aksen Irish yang tak asing ditelingaku.
Dengan tekad yang tinggi, aku membalikkan tubuhku. Dugaanku benar, ia adalah Niall.
Syukurlah, yang kutemukan pria tampan, bukan orang jahat bertubuh kekar.
Tiba-tiba ia tertawa. "Penakut!" ledeknya.
Bukannya bersikap romantis pada gadis yang sedang ketakutan, pria tengil ini malah meledekku.
Ia memang bukan orang jahat. Ia juga bukan hantu.
Ia tak akan membunuhku.
Namun rasanya aku yang ingin membunuh pria ini.
Niall tertawa semakin heboh. Tenang, aku sudah biasa dengan sikapnya yang tertawa tanpa sebab.
Ia mendekat lalu mengelus rambutku, "Kau tak akan bisa membunuhku, Kay"
Tunggu, rasanya aku tak mengatakan apa yang kupikirkan.
Belum sempat aku berpikir lebih banyak tentang perkataannya tadi, ia meraih high heels yang kupegang dengan tangan kirinya. Jika kau ingin tahu, ia adalah seorang kidal.
"Ayo pulang!" ajaknya sambil menggenggam tangan kiriku dengan tangan kanannya.
Setibanya dirumah, Niall menuju dapur dan membuka lemari es dengan segera. Aku juga sudah biasa dengan sikapnya yang satu ini.
Tanpa kuduga, ia kembali dengan tangan kosong. "Kau tak makan?" tanyaku. "Tidak" jawabnya lalu menyalakan televisi.
Niall yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Ghosts
Short StoryTentang Niall dan Kayla yang harus menjadi serupa untuk dapat bersama Cover by @slay-v