T i g a

20 7 8
                                    

Kini mereka berempat berada di taman Universitas Seni Seoul. Saat ini mereka tengah duduk di bawah pohon beringin yang sangat rindang. Mereka tengah berpikir keras akan clue yang mereka dapatkan.

Namun sekeras apapun mereka berpikir, mereka tetap tak menemukan apapun yang bersangkutan dengan clue yang mereka dapatkan.

"Kalian ada ide untuk memecahkan clue ini, nggak?" tanya Lisa.

Jisoo, Jennie dan Rosé tampak berpikir keras memikirkan ide untuk memecahkan clue yang mereka dapatkan.

"Aku ada ide!" seru Jisoo girang.

×××

Di sinilah mereka sekarang. Di mart yang berada di kampus mereka. Jennie, Lisa, dan Rosé cukup bingung atas ide yang Jisoo berikan.

"Kenapa kita ke sini?" tanya Lisa.

"Perut aku lapar," jawab Jisoo sembari cengengesan tak berdosa.

"Astaga!! Buang-buang waktu banget!" ucap Jennie emosi.

"Santai dulu dong. Di sini 'kan banyak barang. Mulai dari minuman, makanan, pakaian dan yang lainnya. Mungkin kita bisa mencarinya disini," ucap Jisoo.

"Benar juga," sahut Rosé.

"Ya sudah. Kita cari saja sekarang. Waktu kita juga nggak banyak," ucap Lisa.

Mereka berpencar ke segala arah di mart yang terdapat di kampus mereka. Jennie, Rosé, dan Lisa sedang sibuk mencari barang apa yang sesuai dengan clue yang mereka dapatkan. Berbeda dengan Jisoo. Jisoo malah tampak santai dengan makanan dan minuman yang kini telah tertata rapi di depannya. Dan saat ini pula ia mulai memakan mie cup instant yang sudah diseduhnya. Dengan lahap ia memakan mie tersebut sembari mengucapkan syukur karena perutnya yang lapar sudah kembali terisi walaupun dengan mie instant.

×××

Tiga puluh menit sudah waktu berlalu. Namun mereka belum menemukan tanda-tanda apapun. Mereka benar-benar lelah.

Ide? Mereka sudah kehabisan hal tersebut. Tak ada lagi ide yang terpikir di benak mereka saat ini. Mereka benar-benar lelah.

"Eottoke? Sudah tiga puluh menit kita ada di sini. Dan kita belum menemukan tanda-tanda apapun. Kenapa mereka ngasih clue yang seperti ini sih? Benar-benar menyebalkan," cerocos Rosé kesal akan clue tersebut.

"Aku lelah. Kita harus berpikir gimana lagi?" ucap Jisoo.

"Bagaimana kalau kita ke perpustakaan?" usul Lisa.

"Untuk apa? Mencari buku?" tanya Jisoo.

Mendengar pertanyaan Jisoo, Jennie langsung melemparkan bungkus permen ke wajah cantik Jisoo. Jisoo pun mendengus sebal ketika Jennie melemparkan bungkus permen tersebut ke wajah cantiknya.

"Aku punya ide lagi," ucap Jennie.

Tak ada lagi yang bergairah untuk mendengarkan ide dari Jennie. Semuanya benar-benar kelelahan. Teriknya matahari, benar-benar mempengaruhi aktivitas mereka. Rasa haus pun tak terelakkan lagi.

"Ayo dong. Semangat! Jangan nyerah gini. Kalian mau kita seperti dulu lagi? Mudah terbebani dan akhirnya? Kita bubar dan kita tertipu," ucap Jennie dengan perasaan kesal melihat ketiga sahabatnya yang tampak tak peduli akan ide yang disampaikannya.

"Jangan mengingat itu lagi! Masa lalu nggak perlu di ingat," sahut Rosé.

"Aku bukannya ingin membuat kalian untuk mengingat hal itu lagi. Tapi aku mau kalian itu bangkit. Jangan seperti ini. Harus semangat. Gimana kita mau berhasil kalau kita sudah nyerah duluan? Ayolah! Jadikan masa lalu itu sebagai motivasi kita untuk menjadi yang lebih baik lagi!" Jennie kembali berusaha untuk menaikkan semangat ketiga sahabatnya. Namun, Jennie sangat sedih ketika ketiga sahabatnya tak ada yang merespon perkataannya.

Jennie menghela napasnya sabar.
"Kalian benar-benar tidak ingin berjuang? Kita ini ada empat orang. Dan kita kalah sama clue yang seperti ini? Apa alasan yang buat kalian mudah menyerah?" ucap Jennie lagi.

"Aku takut kalau kita terlalu berjuang, perjuangan kita nggak dihargai," sahut Jisoo yang sedari tadi diam mendengarkan semua ocehan Jennie.

Cukup Jisoo berjuang... dulu. Sekarang? Ia tak ingin dibohongi lagi untuk yang kedua kalinya. Menurutnya, clue yang tak berguna ini hanya digunakan untuk membohongi mereka agar mereka mendapatkan hukuman.

"Takut?" Jennie tertawa mendengar penuturan Jisoo. "Katanya kuat. Tapi takut? Takut di hukum? Dasar pecundang," ucap Jennie sembari tertawa hambar.

"Ya, aku pecundang!" bentak Jisoo tepat di depan wajah Jennie. Jisoo langsung pergi dari hadapan ketiga sahabatnya dengan perasaan sedih yang teramat.

×××

"Mereka menyerah?" ucap seorang wanita misterius dari belakang Jennie, Rosé, dan Lisa.

"Tidak mungkin. Mereka pasti akan berusaha," sahut seorang pria.

"Tapi bagaimana kalau mereka menyerah? Ini bisa gawat," ucap wanita tersebut.

"Lagipula untuk apa kamu memberikan ide ini kepadaku? Ini sangat menyulitkan bagi mereka," sahut pria tersebut.

"Aku tak tahu kalau bakal jadi seperti ini." Wanita tersebut sangat gusar akan ide yang dicetuskannya tersebut.

"Anak yang lain sudah mendapatkan clue yang mereka terima. Tinggal mereka berempat yang belum. Karena di clue mereka hanya kamu berikan dua huruf. Sementara anak yang lainnya diberikan ciri-ciri dari clue tersebut," ucap pria tersebut menjelaskan.

Wanita tersebut menghela napasnya gusar. Dia bisa celaka jika ia tak membuat misinya kali ini berhasil.

"Jadi bagaimana ini?" tanya wanita tersebut gusar.

"Lihat saja dulu. Apakah mereka bersatu lagi untuk menemukan clue tersebut atau mereka menyudahinya seperti ini. Tapi, aku rasa Jisoo akan menurunkan rasa egoisnya sedikit. Aku tahu mungkin ia kesal dengan semua ini. Siapa juga yang nggak kesal kalau melihat clue yang mereka punya." Pria tersebut berusaha menenangkan wanita tersebut yang sedang gusar.

"Baiklah. Aku akan terus memantau mereka. Terima kasih atas bantuanmu," ucap wanita tersebut.

"Sama-sama. Aku kembali ke aula dulu ya," pamit pria tersebut.

"Oke," jawab wanita tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

D A S I  [HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang